5 Alasan Silent Scream Bisa Jadi Musuh Terbesar Mental Health

- Menyembunyikan perasaan menambah beban emosional, bisa berubah menjadi stres kronis.
- Membentuk pola pikir negatif, merusak cara kita melihat diri sendiri dan dunia sekitar.
- Mengurangi kualitas interaksi sosial, memperburuk keadaan mental dan fisik.
Terkadang, kita merasa begitu terjebak dalam hiruk-pikuk kehidupan, tetapi tidak ada yang benar-benar tahu betapa beratnya perasaan kita. Ketika kita memendam semua emosi dan masalah di dalam diri, itu mungkin terlihat seperti diam yang tenang. Padahal, di dalam sana ada teriakan yang terus menggema, yang tak seorang pun bisa dengar. Inilah yang disebut dengan "silent scream", yakni terjerat dalam kesunyian emosional yang membebani mental health kita.
Mungkin kamu sudah pernah merasakannya, saat dunia di sekitar kamu terlihat normal, tapi di dalam diri ada perasaan hampa dan terpendam. Perasaan ini sering kali tak tampak dari luar, meskipun dampaknya jauh lebih besar daripada yang kita kira. Apa yang terjadi ketika "silent scream" terus berkembang? Berikut adalah lima alasan mengapa hal ini bisa menjadi musuh terbesar bagi kesehatan mental kita.
1. Menyembunyikan perasaan menambah beban emosional

Ketika kita memilih untuk tidak berbicara tentang apa yang sedang kita rasakan, kita cenderung menambah beban emosional yang semakin berat. Dalam diam, perasaan seperti kesedihan, frustrasi, atau kecemasan terus menggunung tanpa ruang untuk dilepaskan. Ini seperti menutup rapat pintu yang seharusnya bisa dibiarkan terbuka, sehingga kita terus terperangkap dalam ruang sempit yang semakin sesak.
Seiring berjalannya waktu, perasaan yang tak tersalurkan ini bisa berubah menjadi stres kronis. Ketika kita tidak memberi ruang untuk ekspresi emosi yang sehat, mental kita bisa semakin terkikis. Akhirnya, tubuh dan pikiran kita akan menunjukkan tanda-tanda kelelahan, dan itulah ketika masalah kesehatan mental mulai terlihat dengan cara yang lebih jelas.
2. Membentuk pola pikir negatif

Ketika kita terus-menerus menyembunyikan apa yang kita rasakan, kita sering kali mulai menyalahkan diri sendiri. “Kenapa aku tidak bisa mengatasi ini?” atau “Seharusnya aku lebih kuat.” Pola pikir seperti ini bisa merusak cara kita melihat diri sendiri dan dunia sekitar. Bukannya mencari solusi, kita malah terjebak dalam spiral negatif yang membuat kita merasa lebih kecil dan tak berdaya.
Pola pikir yang penuh dengan kritik diri dapat memengaruhi cara kita mengambil keputusan dalam hidup, bahkan memengaruhi hubungan dengan orang lain. Ketika kita terlalu lama membiarkan "silent scream" menguasai diri, kita semakin mudah terjebak dalam perasaan tidak cukup baik, yang hanya memperburuk keadaan mental kita.
3. Mengurangi kualitas interaksi sosial

"Silent scream" juga berpotensi merusak interaksi sosial kita. Ketika kita tidak bisa mengungkapkan apa yang sedang terjadi dalam diri kita, kita cenderung menarik diri dari orang-orang terdekat. Ketakutan akan penilaian atau rasa malu sering kali membuat kita menutup diri, sehingga hubungan sosial pun menjadi semakin renggang.
Mengisolasi diri dari dunia luar memang tampak seperti cara untuk melindungi diri, tetapi pada kenyataannya, hal itu justru memperburuk keadaan. Tanpa dukungan dari orang lain, kita semakin merasa sendirian dengan masalah kita, yang justru semakin memperkuat perasaan cemas dan depresi.
4. Meningkatkan risiko gangguan fisik

Tak hanya berdampak pada psikologis, "silent scream" juga bisa membawa dampak fisik yang serius. Ketika kita menahan perasaan dan terus menekan emosi, tubuh kita mulai bereaksi. Stres yang terpendam dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan fisik, seperti sakit kepala, gangguan tidur, atau bahkan gangguan pencernaan.
Kondisi fisik yang memburuk ini akan menambah beban mental kita, menciptakan siklus yang sulit diputus. Semakin lama kita diam, semakin besar potensi gangguan fisik yang akan muncul, dan ini bisa semakin mempengaruhi kualitas hidup kita.
5. Menyebabkan ketidakmampuan menghadapi tantangan

Kita semua tahu bahwa hidup penuh dengan tantangan. Namun, ketika kita terlalu lama membiarkan perasaan terpendam tanpa menanganinya, kita mulai kehilangan kemampuan untuk menghadapi kesulitan dengan kepala dingin. “Silent scream” bisa menghalangi kita untuk berpikir jernih dan mengambil tindakan yang tepat ketika menghadapi masalah.
Emosi yang tidak diungkapkan akan mengganggu kemampuan kita untuk berfungsi secara optimal. Ketika kita akhirnya memutuskan untuk berbicara atau bertindak, kita mungkin merasa sudah terlambat atau terlalu lelah untuk melakukannya dengan efektif. Hal ini menciptakan rasa frustrasi yang terus menerus, yang akhirnya mengganggu kesejahteraan mental kita.
"Silent scream" mungkin terlihat seperti pilihan yang aman untuk sementara waktu, tetapi sebenarnya itu adalah musuh terbesar bagi kesehatan mental kita. Kunci untuk melawan perasaan yang terpendam adalah berbicara—berbicara pada diri sendiri atau orang lain yang bisa dipercaya. Mengungkapkan perasaan, meskipun sulit, adalah langkah pertama untuk melepaskan diri dari beban yang mengikat kita. Jangan biarkan perasaanmu terkubur terlalu dalam. Kita semua berhak merasa baik, berhak untuk terdengar, dan berhak untuk didukung.