Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Sastrawan menjadi salah satu orang yang berjasa dalam kehidupan orang lain lewat kata-kata yang dibuatnya. Mulai dari cerpen, kritik, hingga puisi, seakan mampu menyihir para pembacanya. Kita bisa terbuai dalam sajak-sajak yang ditulisnya.
Meski telah tiada, karya-karya sastrawan ini tetap hidup dan melegenda di dunia. Siapa saja mereka?
1. Sapardi Djoko Damono
Instagram.com/damonosapardi Sapardi Djoko Damono merupakan sastrawan yang lahir di Surakarta pada 20 Maret 1940. Sapardi meninggal pada usianya yang genap 80 tahun. Penyair yang mulai aktif menulis sejak duduk di bangku SMP ini, pernah menjabat sebagai dekan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia pada periode 1995-1999.
Syair-syair pada setiap puisi yang ditulisnya selalu mengena di hati para pembaca, seperti dalam Hujan Bulan Juni, Aku Ingin, Akulah si Telaga, Pada Suatu Hari Nanti, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari.
Gak cuma berbakat dalam menulis puisi, Sapardi juga berbakat menjadi penerjemah. Beberapa karya dalam bahasa asing yang pernah ia terjemahkan ke bahasa Indonesia yaitu, The Old Man ad the Sea karya Hemingway dan Daisy Milles karya Henry James.
Baca Juga: 5 Penyair Hebat Beserta Karyanya yang Wajib Kamu Tahu!
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
2. Chairil Anwar
Chairil Anwar, seorang penyair terkemuka Indonesia yang dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" karena salah satu karyanya yang berjudul Aku. Bersama dengan Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan sebagai pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia. Ia meninggal pada tahun 1949 di usia yang masih sangat muda, 26 tahun.
Lahir dan dibesarkan di Medan, ia bersama ibunya pindah ke Batvia (Jakarta) pada tahun 1940. Sejak saat itulah ia mulai menggeluti dunia sastra. Namanya mulai dikenal setelah puisinya yang berjudul Nisan dipublikasikan pada tahun 1942.
Puisi yang ditulisnya menyangkut berbagai tema seperti pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme. Gak cuma di kenal di Indonesia, karya-karyanya juga di kenal di berbagai belahan dunia dan telah diterjemahkan dalam bahasa asing.
3. W.S. Rendra
Penyair bernama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra atau akrab disapa W.S. Rendra, meninggal pada usia 73 tahun di Depok, Jawa Barat pada tahun 2009. Penyair yang kerap dijuluki "Burung Merak" ini sudah menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai satra di berbagai media masa sejak masih muda. Karya penyair sekaligus pendiri Bengkel Teater Rendra ini telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Jepang, Belanda, Jerman, dan India.
Puisi-puisi karya W.S. Rendra yang cukup populer yaitu, Hai, Ma!, Sajak-Sajak Cinta, Orang-Orang Miskin, Surat Cinta, Gugur, dan Makna Sebuah Titipan.
4. Boedi Ismanto
darinegeripoci.files.wordpress.com Boedi Ismanto merupakan sastrawan berkebangsaan Indonesia yang lahir di Tegal, Jawa Tengah pada 24 Mei 1958. Ia menghembuskan napas terakhirnya pada tahun 2013, bertepatan dengan acara temu penyair Indonesia Dari Negeri Poci dan pluncuran buku ke-6, Negeri Abal-Abal, saat menunggu giliran untuk membacakan puisinya.
Ia mulai debut kepenyairannya sejak duduk di bangku SMP dan hampir semua koran serta majalah di Indonesia memuat karnyanya termasuk antologi puisi bersama. Pada tahun 2014, Kurniawan Junaedhie bersama penyair-penyair lainnya meluncurkan 1000 puisi karya-karya Boedi Ismanto berjudul 1000 Puisi untuk Langit, untuk mengenang kepergiannya.
Baca Juga: 9 Puisi Sastrawan Paling 'Jleb' yang Ampuh Obati Luka Hati