Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Victim blaming atau tindakan menyalahkan korban atas kejadian buruk yang menimpa sering terjadi di sekitar. Dalam kasus kekerasan seksual misalnya, alih-alih fokus pada pelaku, kita malah lebih fokus untuk mengucilkan korban. Entah berkomentar tentang cara berpakaian, cara dia membalas pesan atau berinteraksi di media sosial, dan sebagainya.
Kamu perlu berhati-hati dalam bersikap. Sebab, jika kamu menyalahkan korban, ada dampak victim blaming yang gak boleh disepelekan. Simak penjelasannya sampai selesai.
1. Depresi hingga memiliki kecenderungan ingin mengakhiri hidup
ilustrasi wanita depresi (Unsplash.com/ Tiago Bandeira) Setiap orang tentu memiliki jalan pikir atau persepsi tersendiri akan penyebab dan dampak suatu kejadian. Akan tetapi, ketika kita menyimpulkan sesuatu secara sepihak, dalam hal ini menyalahkan korban atas pelecehan yang dialami misalnya, tentunya berbahaya.
Sebab, dalam situasi seperti itu sepatutnya mereka mendapat perlindungan, baik secara mental dan emosional. Kalau dihakimi, mereka justru akan tertekan hingga berujung depresi atau bahkan memicu keinginan mengakhiri hidup.
Dilansir Health US News, orang dewasa sering menyalahkan diri sendiri juga, dan banyak yang telah dilecehkan mendapati diri mereka disalahkan oleh orang lain atas luka yang mereka derita, dengan cara yang halus atau terang-terangan.
Meskipun biasanya dimulai dengan pelaku, para ahli mengatakan menyalahkan korban adalah fenomena budaya yang dapat memiliki dampak psikologis yang melemahkan pada seseorang yang sudah berjuang untuk pulih dari pelecehan.
2. Korban menjadi takut melaporkan kejadian yang menimpanya
ilustrasi merasa takut (Unsplash.com/ iz zy) Nyatanya, stigma keliru mengenai korban pelecehan seksual masih banyak beredar di masyarakat. Mereka sering dicap negatif bahkan dengan label tertentu. Padahal, dengan lekatnya stigma tersebut, ini justru akan memicu perasaan takut hingga membuat ia memendam peristiwa mengerikan itu seorang diri.
Dampaknya tentu gak main-main. Sebab lebih lanjut mereka juga akan takut atau enggan untuk melaporkan kejadian yang menimpanya. Kalau seperti itu, mereka akan sulit mendapatkan pertolongan. Sedangkan di sisi lain, pelaku akan tetap merasa aman dan terus-menerus melakukan aksi buruknya tanpa rasa bersalah.
Maka dari itu, akan lebih baik jika kita mendukung mereka dengan cara yang lebih bijak. Misalnya, dengan memberikan support dan menemani mereka melaporkan tindak kejahatan tersebut. Atau mungkin mendengarkan cerita mereka tanpa dipaksa atau membebani dengan pertanyaan-pertanyaan terkait.
Baca Juga: 5 Tanda Kamu Masih Berjuang dari Victim Mentality
3. Menganggap bahwa kejadian tersebut merupakan aib
ilustrasi wanita putus asa (Unsplash.com/ Victoria Volkova) Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Dampak lainnya dari victim blaming yaitu menimbulkan anggapan bahwa kejadian tersebut merupakan aib. Hal ini bermula dari persepsi yang keliru mengenai korban pelecahan seksual tadi. Sehingga, korban jadi menyalahkan diri sendiri dan menganggap ia sudah rusak, tidak memiliki masa depan lagi, dsb.
Dilansir Verywellmind, menyalahkan diri sendiri yang toxic seperti itu tidak sehat. Dan itu bisa berdampak serius pada kesejahteraan individu. Kekerasan seksual tidak pernah menjadi kesalahan korban. Itu selalu salah pelakunya.
Terlebih pada kenyataannya, pelecehan seksual bukan sebuah aib, melainkan tindakan kriminalitas. Yang seharusnya mereka dirangkul dan dilindungi bukan malah dikucilkan. Maka dari itu sekali lagi, kita harus mendukung mereka. Misalnya, ketika penyintas berani speak up mengenai kejahatan pelaku, berikan perhatian pada kondisi mereka tanpa harus dihakimi.
4. Memicu timbulnya perasaan trauma
ilustrasi pria refleksi diri (Unsplash.com/ Kato Blackmore) Seperti yang dibahas sebelumnya, pelecehan seksual sangat berpengaruh pada psikologis korban. Kondisi tersebut tentunya akan semakin parah ketika mereka malah dikucilkan atau dihakimi oleh orang-orang disekitarnya. Akibatnya, dalam jangka panjang ini bisa menimbulkan rasa trauma saat menjalani hari-hari berikutnya.
Misalnya, mulai timbul rasa cemas atau panic attack saat bersosialisasi atau berada di tempat umum, mereka juga tidak memiliki kepercayaan lagi pada orang lain. Atau bahkan yang lebih berbahaya, mereka jadi cenderung menyalahkan atau menyakiti diri sendiri.
Maka dari itu untuk memberikan dukungan, kita perlu belajar dan memahami bentuk-bentuk kekerasan seksual. Termasuk juga mengenai mitos dan fakta, serta kebenaran akan stigma yang selama ini beredar. Dengan demikian, akan tumbuh kesadaran akan hal-hal terkait kondisi tersebut.
Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Perilaku Playing Victim Harus Dijauhkan, Catat!