TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cerpen Haruki Murakami tentang Rasa Kehilangan dan Cara Mengatasinya

Hadapi perasaan pilu itu dan jangan pernah lari darinya

newyorker.com

Haruki Murakami dianggap sebagai salah satu sastrawan yang begitu sering memanfaatkan langgam realisme magis di sebagian besar karyanya. Sejumlah novel dan cerita pendeknya banyak yang bertolak dari kenyataan atau kehidupan yang biasa dijumpai sehari-hari namun terselip elemen magis yang tampak aneh dan kadang sulit dipercaya.

Kerapkali ia menggunakan teknik itu untuk menyampaikan cerita bernuansa pilu seperti derita kehilangan atau kesendirian. Elemen magis itu kemudian sering menjadi bagian dari solusi atau setidaknya petunjuk untuk menghadapi penderitaan yang menjadi tema cerita.

Berikut ini lima cerita pendek karangan Haruki Murakami yang berkisah tentang derita kehilangan dan cara mengatasi perasaan itu.

1. Confessions of a Shinagawa Monkey (2020)

newyorker.com

Cerita pendek ini merupakan sekuel dari A Shinagawa Monkey yang terbit pertama kali di majalah The New Yorker pada 2006. Cerpen ini mengisahkan kehidupan seekor monyet seukuran tubuh anak kecil yang bisa bahasa manusia dan gemar mencuri nama perempuan.

Di cerita lanjutannya ini, asal-usul monyet Shinagawa akan terungkap. Mulai dari bagaimana ia memperoleh kemampuan berbahasa manusia, cerita mengenai hidupnya yang terbuang dari kawanan hingga caranya menjalani hidup tanpa perempuan yang dikasihinya.

Meski hidup dengan penuh rasa kehilangan, monyet Shinagawa tetap mampu mengatasi derita yang dialaminya itu. Dalam hal kehilangan perempuan yang dikasihi, misalnya, ia menganggap bahwa cinta bisa pergi kapan saja. Namun selama ia masih memiliki kenangan dan memori tentang perempuan yang dicintainya, itu sudah cukup menopang gairah dan semangatnya untuk terus hidup.

Baca Juga: Ini 6 Petuah Bijak dari Dwilogi 'Monyet Shinagawa' Haruki Murakami

2. The Wind Cave (2018)

newyorker.com

Cerpen ini berkisah tentang upaya seorang anak muda dalam mengatasi rasa bersalahnya atas kematian adik perempuannya. Meski tidak berkaitan langsung, namun pemuda ini meyakini sebuah insiden yang dialami adiknya di sebuah gua dekat Gunung Fuji memiliki andil atas kematiannya kelak di kemudian hari.

Jika dibaca lebih saksama, cerita ini hendak menjelaskan tentang kategori luka batin yang mungkin dialami manusia. Ada luka yang bisa cepat sembuh dan ada juga luka yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk disembuhkan.

Namun rasa kehilangan yang dialami anak muda ini tampaknya akan selamanya berada di relung hatinya. Derita itu akan senantiasa hidup bersamanya dan memaksanya untuk bisa terus menjalani hidup dengan perasaan pilu itu.

3. Kino (2015)

newyorker.com

Cerita pendek ini mengisahkan sosok pemilik bar yang memiliki kisah pilu di masa lalu dan baru saja berpisah dari istrinya. Ia kemudian bertemu dengan berbagai hal spiritual dan magis seperti kedatangan tamu misterius yang kemudian menjadi pelindung bagi dirinya dari serangan ular dan tamu pembuat onar.

Secara perlahan, pembaca akan menemukan pengalaman pilu dan rasa kehilangan yang besar pada masa lalu sosok protagonis cerita ini. Karena ia senantiasa menahan perasaan itu dan terus menghindarinya, ia menjadi pribadi yang kosong dan berhati beku.

Dalam sebuah pelarian dari sebuah ancaman, sosok lelaki ini kemudian mengalami semacam perjalanan spiritual. Sebuah pengalaman yang akan mengantarkannya pada sikap menerima kehilangan dan menjalani hidup dengan perasaan itu.

4. Scheherazade (2014)

newyorker.com

Cerita ini berkisah tentang sosok laki-laki yang kehilangan kehendak bebasnya karena hidup terkurung dalam sebuah kamar. Meski begitu, semua keperluan sandang, pangan hingga kebutuhan seksualnya terpenuhi dengan baik dari seorang perempuan bernama Habara.

Bagi sosok laki-laki ini, kehadiran Habara begitu ditunggu-tunggu. Bukan hanya karena ingin dipenuhinya segala kebutuhan harian, tetapi karena ingin mendengarkan cerita Habara yang begitu menarik. Hingga di suatu saat, perempuan itu hilang dan tak pernah datang lagi.

Dalam situasi serba kehilangan ini, sosok lelaki itu sebenarnya ingin menyampaikan pesan kepada pembaca bahwa manusia harus senantiasa bersiap akan kehilangan sesuatu yang begitu penting dan menarik hingga ia rela mengorbankan segalanya untuk hal itu. Dengan berpegang pada pesan itu, seseorang seharusnya tidak mengalami kecewa yang berlebihan.

Baca Juga: 8 Film Adaptasi dari Novel Karya Haruki Murakami, Apa Saja?

Verified Writer

Asep Wijaya

Penikmat buku, film, perjalanan, dan olahraga yang sedang bermukim di Fujisawa, Kanagawa, Jepang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya