TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Keterbatasan Seolah Tak Ada Arti Jika Hasrat Menulis Terlampau Tinggi

[Millennial of The Month] Rizna Maria Hidayah

IDN Times/Reza Iqbal

Seorang nahkoda hebat tak terlahir dari lautan yang tenang, mungkin itu istilah yang tepat untuk menggambarkan sepak terjang Rizna Maria Hidayah. Punya keterbatasan dan harus menggunakan kursi roda untuk bepergian tak menjadi penghalang bagi perempuan berusia 26 tahun itu untuk tetap berkarya.

Saat perhelatan Indonesia Writers Festival 2019 di Universitas Multimedia Nusantara pada 6-7 September 2019 lalu, Rizna menyempatkan dirinya untuk datang dan hadir dalam sesi Meet and Greet bersama para community editor. Bagaimana awalnya sehingga ia bisa serius menggeluti dunia kepenulisan hingga menjadi salah satu top community writer di IDN Times Community? Rizna membagi kisahnya dengan penuh antusiasme pada semua yang hadir di IWF 2019 lalu.

1. Lahir pada 7 Januari 1993, sulung dari tiga bersaudara ini memang berprestasi sejak bangku SD

IDN Times/Reza Iqbal

Meski pun memiliki keterbatasan, ia bersekolah di sekolah biasa tidak di SLB. 12 tahun menimba ilmu di sekolah formal dengan segala keterbatasannya tak lantas membuatnya jadi sosok yang minder atau pun rendah diri. Namun itu menjadi ajang pembuktiannya agar tetap bisa berprestasi sama seperti murid-murid yang lain. Bahkan saat masih SD ia termasuk murid yang cukup cerdas sehingga selalu mendapat peringkat 10 besar.

Memasuki masa SMP, ketika sistem penilaian sudah melibatkan ujian praktik, membuatnya sedikit terganjal lantaran keterbatasan fisik yang ia miliki. Mau tak mau nilainya di setiap ujian praktik harus pas-pasan. Selepas lulus SMA, ia sempat berpikir untuk tak melanjutkan ke bangku kuliah karena gagal masuk ke universitas idamannya. Namun karena keinginan orangtuanya untuk tetap menyekolahkan Rizna ke jenjang perguruan tinggi dan menjadi sarjana, maka Rizna masuk ke salah satu Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) di Tangerang.

2. Dan di bangku kuliah inilah ia pertama kalinya menggunakan kursi roda. Jadi selama 12 tahun mengenyam pendidikan formal ia selalu diantar jemput oleh orangtuanya

IDN Times/Reza Iqbal

Lagi-lagi karena keterbatasannya, ia merasa bahwa dirinya adalah orang yang sangat gaptek. Bagaimana tidak, selama bersekolah ia hampir tak pernah mengikuti pelajaran komputer lantaran harus berpindah ke laboratorium komputer sedangkan ia hanya bisa menunggu di dalam kelas. Namun beruntung, saat di bangku kuliah banyak teman-teman yang peduli padanya sehingga ia bisa lulus dengan tepat waktu dan bisa meraih gelar S.Kom pada tahun 2015. 

3. Saat mulai jenuh dengan kegiatan pasca meraih gelar sarjananya, ia menemukan IDN Times Community

IDN Times/Reza Iqbal

Waktu itu ia membuat blog yang berisi curhatannya sebagai pecinta badminton. Terbesit di pikirannya jika ia ingin sekali menjadi jurnalis, apalagi yang fokus di olahraga badminton. Namun lagi-lagi karena keterbatasannya ia tak mungkin menjadi jurnalis lapangan. Pada Maret 2018 ia menemukan IDN Times Community sehingga ia bisa menulis artikel-artikel tentang badminton dan tentu saja, dibayar.

Mendapat penolakan berkali-kali dari editor tak membuat Rizna lantas menyerah begitu saja. Justru dari situlah ia belajar tentang apa saja yang boleh dan tidak untuk ditulis di artikel IDN Times Community. Selain menulis tentang badminton, ia juga menjajal untuk menulis hype dan ternyata banyak yang menyukai tulisannya. Dari ketekunannya menulis di IDN Times Community, jutaan rupiah sudah masuk ke rekening pribadinya lho

Baca Juga: Suka Menulis, Bukan Karena Uang Tapi Passion untuk Berkarya

Verified Writer

IDN Times Community

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya