TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ruangguru Ajak Siswa & Guru Cerdas Berinternet untuk Bangun Toleransi

Selain itu, untuk melawan intimidasi

IDN Times/Klara Livia

Yayasan Ruangguru dengan Google.org meluncurkan konten program "Yuk, Cerdas Berinternet!" pada Kamis (26/9) di CGV Rumah Kreasi, FX Sudirman, Jakarta Pusat. Program ini berangkat dari semakin berkembangnya dunia informasi dan digital di Indonesia, yang membuat risiko digital juga semakin besar. 

"Yuk, Cerdas Berinternet!" memiliki tujuan untuk mempromosikan toleransi, membangun ketahanan digital terhadap radikalisme dan intimidasi, serta meningkatkan literasi digital siswa dan guru di seluruh Indonesia. 

1. Digital sudah menjadi kehidupan kita sehari-hari. Namun, tidak banyak orang sadar akan risiko dari jaringan yang tidak terbatas ini

IDN Times/Klara Livia

Saat ini, digital sudah menjadi bagian dari norma kehidupan. Anak sekolah mengerjakan tugas dengan bantuan internet. Orang dewasa bekerja dan mengatur rapat dengan bantuannya juga. Tanpa kita sadari, digital sudah sangat melekat dalam kehidupan kita. Meski begitu, akses internet yang tak terbatas ini punya risiko yang cukup berat untuk anak-anak.

Pada tahun 2015, Kementerian Sosial Indonesia mencatat sebesar 40 persen anak korban cyber bullying berujung pada bunuh diri. Setelah ditelusuri, fenomena ini berangkat dari intoleransi dan kurangnya sikap kritis dalam mengakses internet.

"Lebih dari setengah anak-anak terpapar dengan pelajaran agama yang ekstrem melalui internet. Mereka mengiyakan ajaran tersebut. Mereka hidup dengan percaya bahwa itu merupakan ajaran yang terbaik," ujar Niken Larasati, Manajer Yayasan Ruangguru. 

2. Murid SMP & SMA lebih rentan terhadap risiko digital. Mereka mengakses internet lebih luas, tapi kemampuan berpikirnya belum matang

IDN Times/Klara Livia

Pelajar SMP dan SMA adalah usia yang lebih rentan terhadap risiko digital. Bila dibandingkan dengan anak-anak sekolah dasar, keduanya lebih bebas mengakses internet. Namun, kemampuan berpikir kritis mereka belum sematang orang dewasa. Mereka belum cukup mampu untuk memilah konten yang baik dan buruk.

"Kalau anak SD, orangtua atau guru mungkin memonitor konten-konten yang dikonsumsi. Jadi, ada kontrol. Kalau usia SMP dan SMA, mereka sudah bebas untuk mengakses sendiri. Jadi, kita bekali tools untuk lebih bijaksana dalam mengonsumsi internet," papar Niken.

Baca Juga: Ruangguru Berikan Beasiswa pada 3.600 Guru dan Siswa

3. Pelajar banyak menghabiskan waktu di sekolah. Oleh karena itu, Ruangguru juga menggandeng guru-guru untuk cerdas berinternet

IDN Times/Klara Livia

Tidak hanya untuk murid, Ruangguru juga memberikan pelatihan kepada guru-guru di sekolah. "Kami sadar bahwa untuk pelajar tingkat SMP dan SMA, waktu mereka banyak dihabiskan di sekolah. Menggandeng guru-guru sebagai agen perubahan adalah strategi yang strategis dan tepat sasaran," tuturnya.

Sejak bulan Juli, Ruangguru juga sudah memberikan pelatihan awal materi "Yuk, Cerdas Berinternet!" kepada 300 guru di Tabanan, Palembang, Samarinda, Cilacap, dan Bandung. Selama satu tahun ke depan, pelatihan serupa direncanakan akan digelar di lebih banyak sekolah dan kota. 

4. 27 materi "Yuk, Cerdas Berinternet!" sudah bisa diakses gratis oleh siswa SMP & SMA sederajat di seluruh Indonesia pada aplikasi Ruangguru

dok. Ruangguru

"Kita gak bisa membatasi anak-anak untuk menonton ini saja. Yang bisa kita lakukan adalah mengarahkan mereka ke konten yang positif. Kita gak hanya mendikte, namun mengarahkan," papar Niken.

Konten positif yang ditawarkan di sini merupakan 27 materi yang mencakup tema Bersikap di Internet, Berpikir Kritis di Internet, dan Mengelola Diri di Internet. Dari tiga tema besar ini, puluhan video belajar "Yuk, Cerdas Berinternet!" dikerucutkan menjadi 10 subtopik yang lebih spesifik. Semua materi bisa didapat secara gratis di aplikasi Ruangguru, lho!

Baca Juga: 5 Hal yang Tanpa Sadar Bisa Menjadi Pemicu Cyber Bullying

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya