TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tampil Kece Sambil Menjaga Lingkungan dengan Sustainable Fashion

Yuk bantu kurangi limbah pakaian!

pexels/Burst

Apakah kamu tahu, t-shirt dan celana jins yang kamu pakai sehari-hari diproduksi dengan membuang 20 ribu liter air?

PBB menyebut industri mode sebagai penyumbang 20 persen limbah air dunia dan sekitar 10 persen emisi karbon global. Bagaimana tidak, setiap harinya industri mode memproduksi outfit baru karena tingginya peminat mode di dunia. Fakta ini akhirnya membuat industri mode mulai beralih ke sustainable fashion yang lebih ramah lingkungan.

Kalau kamu ingin bergaya kece sekaligus menjaga lingkungan, yuk mulai beralih ke pakaian sustainable. Berikut kami rangkum cara menjaga lingkungan dengan sustainable fashion!

1. Pilih pakaian dengan label organik dan sustainable

sustainablebusinesstoolkit.com

Bulan Agustus lalu, Sejumlah industri mode terbesar dunia menandatangani G7 Fashion pact dari Global Fashion Agenda. Salah satu bentuk komitmen dalam G7 Fashion pact tersebut adalah untuk mengurangi dampak industri terhadap lingkungan. Salah satunya dengan meluncurkan koleksi sustainable fashion.

Dari komitmen tersebut, tentunya pakaian ramah lingkungan kini sudah mulai merambat industri mode. Oleh karena itu, ketika kamu berbelanja pakaian, kamu perlu melihat label pakaian tersebut. Apabila ada logo sustainable atau organik, maka pakaian tersebut dijamin ramah lingkungan.

2. Pilih pakaian dengan material ramah lingkungan

pexels/Alena Koval

Banyak material pakaian yang memberikan dampak buruk untuk lingkungan. Poliester, nilon, dan akrilik dibuat dari petrokimia yang dapat melepas serat mikro ke dalam air selama proses pencucian. Akhirnya, air menjadi beracun dan harus dibuang.

Untuk menyikapi ini, industri mode memiliki inovasi terbaru dengan memanfaatkan protein alami untuk membuat serat dan kain. Inovasi ini menciptakan material mylo dan microsilk.

Mylo diproduksi dengan memanfaatkan benang jamur yang dibuat menjadi kain seperti kulit yang tahan lama. Proses produksinya cenderung cepat sehingga dampak buruk lingkungan berhasil dikurangi. Selain itu baik mylo dan microsilk dibuat dari ragi dan sutra laba-laba yang ramah lingkungan.

Baca Juga: Jakarta Fashion Week 2020: Siap Menuju Sustainable Fashion

3. Daur ulang pakaian yang sudah tidak dipakai

pexels/pixabay

Ellen MacArthur Foundation menyebutkan bahwa konsumen di seluruh dunia membuang  460 miliar nilai pakaian setiap tahun dengan membuang pakaian. Padahal pakaian tersebut masih bisa dipakai, namun konsumen membuangnya setelah tujuh hingga sepuluh kali pemakaian.

Daripada membuang pakaian, lebih baik kita mendaur ulang pakaian yang gak lagi kita pakai untuk mengurangi dampak buruk lingkungan. Kita bisa mendaur ulang kain baju dengan membuat sarung bantal atau gorden. Atau mungkin kita bisa membuat pakaian baru dari kain pakaian lama.

4. Donasikan pakaian yang tidak lagi dipakai

pexels/mentatdgt

Untuk mengurangi banyaknya pembuangan pakaian, banyak retail menawarkan program donasi pakaian. Kita bisa mendonasikan pakaian yang sudah tidak pakai untuk dijual di toko bekas. Selain itu, pakaian yang tidak lagi dipakai ini kemudian digunakan kembali di berbagai negara untuk didaur ulang menjadi bahan baru.

Dengan mendonasikan pakaian bekas, terkadang retail memberikan imbalan untuk para donatur, seperti voucher hingga diskon pembelian di masa mendatang. Dengan ini, kita gak hanya menjaga lingkungan, tapi juga dapat untung, bukan?

Baca Juga: 8 Cara Mempraktikkan Sustainable Fashion, Minim Sampah & Hemat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya