TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tanda Kamu Siap Lanjutkan Hidup Usai Ujian Berat yang Bikin Terpuruk

Ada tunas harapan baru meski agak meragukan

ilustrasi pria menunduk (pexels.com/Abdulrahman Abu Shaer)

Ujian hidup yang berat bagimu belum tentu dianggap demikian oleh orang lain. Begitu pula sebaliknya, sehingga peristiwanya boleh jadi apa saja. Yang jelas, kejadian itu membuat mentalmu down dan kamu kesulitan buat menghindarinya.

Kamu seperti tiba-tiba jatuh ke gelapnya kedalaman lubang. Kamu cedera, panik, lalu putus asa. Sampai kamu tersadar untuk mendongak dan ternyata masih ada cahaya di atas sana. Itulah gambaran dari momen kebangkitanmu setelah terpuruk oleh ujian hidup. Kesadaran serta optimismemu kembali satu per satu, yang ditandai dengan lima hal berikut ini.

Baca Juga: 5 Cara Mendapatkan Ketenangan dalam Menghadapi Beragam Ujian Hidup

1. Mulai sadar bahwa kamu gak bisa terus terpuruk seperti ini

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Hac Hai)

Tadinya, terpuruk adalah satu-satunya keadaan yang wajar bagimu. Seandainya kamu bisa gak terpuruk, dirimu malah merasa itu tidak normal. Bahkan kamu sampai seperti mewajibkan diri untuk sesedih mungkin. Kamu tidak hanya tak bahagia melainkan merasa gak pantas buat sedikit saja menunjukkan perasaan yang positif.

Namun kini ada kesadaran baru yang menyeruak di tengah gelapnya perasaanmu. Kamu mulai menunjukkan perlawanan pada keterpurukan yang semula terasa tak terelakkan bagimu. Kamu tidak ingin terus terbelenggu oleh emosi negatif. Kamu tahu harus mulai bergeser meninggalkan keterpurukan itu apa pun caranya.

Baca Juga: 5 Cara Mendapatkan Ketenangan dalam Menghadapi Beragam Ujian Hidup

2. Ada tunas harapan baru meski tak menghapus keraguanmu

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Lombe K)

Pohon harapan yang amat besar dalam hidupmu telah tumbang. Ini membuatmu nyaris putus asa. Terbayang olehmu sudah berapa tahun kamu merawatnya sedemikian rupa dan kini pohon harapan itu lenyap tak bersisa.

Waktu itu dan sampai beberapa lamanya kamu yakin tak ada yang bisa menggantikan pohon tersebut. Akan tetapi, kini muncul tunas baru di tunggul pohon yang kamu kira sudah mati. Itulah harapan barumu, yang meski tak ada apa-apanya dibanding pohon harapan yang lama, nyatanya tunas itu terlihat segar dan terus tumbuh.

Ukurannya yang begitu kecil barangkali membuatmu ragu apakah tunas harapan baru itu bakal bertahan hidup sampai menjadi pohon besar. Atau bukan tunas itu yang mati, melainkan kamu yang gak sempat menyaksikannya mencapai ukuran terbesarnya. Dalam ketidak tahuan tentang masa depan, kamu tetap merasa senang dan lega mendapati adanya sesuatu yang bisa diharapkan.

3. Setelah cukup lama menarik diri, kini kamu merindukan dunia di luar sana

ilustrasi pria di balik jendela (pexels.com/Jairo Chacon)

Momen kejatuhan yang paling menyakitkan dalam hidup biasanya diikuti oleh penarikan diri dari segala situasi sosial. Terutama, dari orang-orang yang menjadi saksi atas kejatuhanmu. Kamu merasa malu, terluka, dan berpikir lebih baik menghindari mereka semua.

Dunia sunyi menjadi tempat persembunyianmu. Kamu akan merasa aman untuk sementara waktu dengan menjauhi orang-orang. Namun karena takdirmu ialah makhluk sosial, dunia di luar sana tak henti-hentinya memanggilmu untuk keluar dari persembunyian dan bergabung bersama yang lain.

Walaupun ada rasa tidak percaya diri dan waswas, kamu tak mampu menolaknya. Situasi sosial yang dahulu sangat kamu hindari, sekarang malah membuatmu merasa rindu. Di dunia sunyi yang dipilih, kamu juga hidup. Namun kamu tahu bahwa bergabung bersama yang lain dan menjalani hari akan mengalirkan kembali darahmu yang lama beku.

4. Kamu telah menerima apa yang terjadi dan mengambil pelajarannya

ilustrasi pria merenung (pexels.com/Anastasiya Lobanovskaya)

Sekalipun kamu sudah rindu terhubung kembali dengan orang lain dan bersama mereka menjalani hari, perasaanmu belum lega kalau belum mampu menerima kenyataan pahit tempo hari. Bahkan kamu perlu bisa mengambil pelajarannya dulu agar siap melanjutkan hidup.

Tanpa dua hal tersebut, jika pun kamu memaksakan diri buat melangkah maju, rasanya ada beban besar di kedua kaki. Kamu gak akan melangkah jauh. Dirimu pasti berhenti dan kembali disergap berbagai emosi negatif yang belum tuntas dinetralkan.

Ketika kamu telah benar-benar mampu menerima kenyataan pahit serta memetik hikmahnya, inilah obat yang sesungguhnya dari emosi negatifmu. Kamu merasa lebih positif sebab mengetahui bahwa di balik kejadian itu, ada hal baik yang berguna buatmu meneruskan hidup.

Baca Juga: 6 Eks Gelandang Liverpool yang Lanjutkan Karier ke Ligue 1

Verified Writer

Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya