TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Jenis Istirahat yang Harus Dipahami, Bukan Hanya Soal Fisik!

Tubuh yang optimal butuh istirahat yang berkualitas

ilustrasi orang sedang tidur (pexels.com/Polina Zimmerman)

Selama ini, kebanyakan dari kita sering menganggap bahwa istirahat berarti memberikan ruang untuk fisik agar bisa kembali beraktivitas secara optimal. Kita baru mengambil jeda untuk berhenti saat merasa fisik sudah dalam kondisi lelah atau lemah.

Padahal, sejatinya tubuh kita bukan hanya terdiri dari fisik saja. Ada berbagai aspek lain yang juga perlu kita perhatikan. Apa saja itu? Yuk simak bentuk-bentuk istirahat berikut yang sering abai dari perhatian kita! 

1. Istirahat fisik

ilustrasi orang sedang tidur (pexels.com/Kampus Production)

Istirahat fisik tentu sudah menjadi kebutuhan utama kita sehari-hari. Istirahat fisik berarti mengambil jeda untuk berhenti dari aktivitas-aktivitas fisik yang melelahkan. Biasanya, seseorang melakukan hal ini dengan cara tidur yang cukup, relaksasi, yoga dan lain sebagainya yang bisa merilekskan otot-otot tubuh. 

Jadi, saat fisikmu sudah memberikan sinyal-sinyal kelelahan, kamu perlu mengambil jeda untuk beristirahat. Jangan memaksa diri atau mendorong diri terlalu keras untuk mencapai sesuatu. Sebab, hal ini bisa menyebabkan tubuh jatuh sakit dan memberikan efek negatif yang lebih banyak dari itu. 

2. Istirahat mental

ilustrasi wanita berelaksasi (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Pernah merasa sangat stres dengan kerjaan yang menumpuk? Kehilangan semangat melakukan sesuatu? Sulit berkonsentrasi di tempat kerja? Sulit tidur atau justru kelebihan tidur? Jika ya, maka kamu mungkin butuh istirahat mental! Hidup di dunia modern seperti saat ini seringkali membuat kita dituntut melakukan banyak tugas sekaligus. Akibatnya, kita rentan mengalami kelelahan mental dan bisa berujung pada burnout.

Istirahat mental bisa dilakukan dengan mengambil jeda untuk me-time, menjauhkan diri dari situasi-situasi yang stresful, menikmati hari dengan lebih santai, atau rutin melakukan journaling. Selain itu, agar tidak terjebak dalam situasi burnout, kamu juga disarankan untuk selalu mengambil jeda selama kurang lebih 10 menit setiap dua jam di tempat kerja. Isi waktu itu dengan stretching, jalan-jalan di sekitar, dan lain sebagainya untuk merilekskan pikiran. 

3. Istirahat sosial

ilustrasi berinteraksi dengan lingkungan sosial (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Ada juga nih yang disebut dengan istirahat sosial. Menjalin relasi dengan lingkungan sosial, berinteraksi, berkomunikasi, saling tolong menolong memang adalah hal yang perlu kita lakukan sebagai makhluk sosial. Tapi, kita memiliki social battery yang juga perlu di-charge layaknya handphone saat kehabisan battery-nya. Kadar social battery setiap orang pun berbeda-beda, sehingga kita perlu memahami miliki kita sendiri maupun orang sekitar.

Saat kamu merasa kehabisan social battery, maka kamu perlu melakukan istirahat sosial. Misalnya, dengan melakukan quality time bersama orang tersayang, mengucapkan 'tidak' saat tidak mampu membantu orang lain, atau menghabiskan waktu seorang diri untuk mengisi energi sosial dalam diri. Kita berhak mengambil jeda dari lingkungan sosial saat merasa butuh untuk mengisi energi sosial tersebut. 

Baca Juga: Gak Hanya Tidur, Inilah 7 Jenis Istirahat yang Penting untuk Tubuh  

4. Istirahat emosional

ilustrasi ngobrol dengan pasangan (pexels.com/Trinity Kubassek)

Seberapa sering kamu menyembunyikan emosi atau perasaan yang kamu miliki? Seberapa sering kamu mengaku 'baik-baik saja' saat sebenarnya kamu bantuan? Atau seberapa sering kamu terpaksa pura-pura bahagia demi membahagiakan orang lain? Memendam, menyembunyikan, atau tidak mengakui perasaan yang sebenarnya ternyata bisa membuat kita merasa kelelahan, lho! 

Saat hal itu terjadi, kita perlu melakukan istirahat emosional. Hal ini bisa dilakukan dengan menghabiskan waktu bersama orang tersayang yang dianggap bisa memberikan dukungan emosionalnya. Kita juga butuh untuk melepas segala hard feelings yang sedang dirasakan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Melakukan istirahat emosional akan menuntun kita menuju pribadi yang autentik. 

5. Istirahat spiritual

ilustrasi saling memberikan kekuatan (pexels.com/Pixabay)

Pernah dengar istirahat spiritual, tidak? Istirahat spiritual mencakup hal yang lebih luas dibanding diri kita sendiri. Hal ini dapat berupa melakukan ibadah secara rutin, meditasi atau justru berusaha mencari tujuan dan makna hidup selama ini. Kita berusaha untuk mendapatkan perasaan kuat dan mendalam dengan hidup yang kita miliki. 

Beberapa orang biasanya melakukan hal ini dengan mengikuti aktivitas sosial seperti menjadi relawan untuk membantu sesama. Atau sesederhana menyisihkan sebagian rezeki yang didapatkan kepada orang yang membutuhkan. Hal ini dapat meningkatkan spiritualitas kita dan membuat kita lebih mampu memaknai dan mensyukuri hidup yang dimiliki. 

6. Istirahat sensori

ilustrasi orang bermain handphone (pexels.com/Karolina Grabowska)

Bukan hal yang asing lagi, kita dikelilingi oleh banyak sekali stimulus dari lingkungan sekitar. Mulai dari informasi di gadget, paparan cahaya layar handphone, suara-suara sekitar, dan sebagainya. Terlalu banyak terpapar stimulus akan membuat kamu mengalami overstimulated yang bisa menyebabkan kelelahan. Untuk itu, kamu juga sesekali butuh melakukan istirahat sensori. 

Istirahat sensori bisa dilakukan dengan cara menjauhkan diri dari segala benda-benda digital. Biasanya, para pakar kesehatan mental menyarankan untuk berhenti bermain handphone 45 menit sebelum tidur. Dengan begitu, kamu akan mendapatkan tidur yang berkualitas dan menjadi lebih segar untuk melakukan aktivitas di hari selanjutnya. 

Verified Writer

Nur Tazkiyah Sejati

rarely found someone who wants to listen carefully, so i write to release what is inside my mind

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya