TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Teman Autis, Wadah Edukasi untuk Terwujudnya Indonesia Ramah Autis

Kisah inspiratif Alvinia Christiany mendirikan Teman Autis

Alvinia Christiany (kiri) bersama rekan-rekan Teman Autis (instagram.com/temanautis)

Perundungan atau bullying adalah salah satu permasalahan sosial yang harus serius ditangani. Angka kasus perundungan, khususnya pada anak, tercatat semakin tinggi setiap tahunnya. Dampak perundungan jelas sangat merugikan, para korban pasti akan merasakan trauma berkepanjangan, cemas, hingga depresi dalam jangka lama. 

Salah satu golongan masyarakat yang rentan mendapatkan perundungan adalah anak berkebutuhan khusus. Salah satunya adalah Autism Spectrum Disorder (ASD). Anak-anak penyandang autisme memang memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga hal inilah yang membuatnya dianggap berbeda sehingga kerap menjadi sasaran bullying. 

Alvinia Christiany bersama beberapa temannya tergerak untuk menciptakan sebuah wadah edukasi bagi orangtua serta masyarakat umum dalam mendampingi anak-anak autis bernama Teman Autis. Atas inisiatif dan gerakan mulianya tersebut, Alvinia Christiany mendapatkan apresiasi Satu Indonesia Award 2022 yang diberikan oleh ASTRA Indonesia.

1. Tingginya angka kasus perundungan pada anak autis mendasari lahirnya Teman Autis

salah satu kegiatan Teman Autis di Car Free Day, Jakarta (instagram.com/temanautis)

Alvinia, selaku co-founder Teman Autis, bercerita bahwa ia bersama teman-temannya pertama kali memulai inisiatif ini pada 2017. Pada saat itu, project ini masih bernama Light It Up dan baru berganti nama menjadi Teman Autis pada tahun 2018. 

Di tahun 2017, Alvinia bersama keempat temannya secara suka rela untuk serius melakukan kegiatan ini. Bermula dari keresahannya terhadap maraknya kasus bullying pada anak autis di sekolah.

Sebagai seorang penyintas perundungan, Alvinia tidak ingin hal ini terjadi pada anak-anak lainnya khususnya anak autis. Berawal dari sinilah Alvinia bersama keempat rekannya terpanggil untuk lebih serius mempelajari tentang autisme, dan mendirikan Light It Up sebagai gerakan untuk meningkatkan kesadaran terhadap autisme kepada masyarakat luas.

"Walaupun saya tidak mengidap autisme, saya terenyuh hati, kayak ada sedikit beban di hati saya gak mau lihat anak autis dibully karena bukan kesalahan mereka. Kami dan rekan-rekan mulai cari tahu autisme itu apa? Kami lakukan kegiatan bareng, dari situ kami menyadari bahwa kondisi autisme ini belum banyak diketahui masyarakat Indonesia dan perlu kita sebarkan kesadarannya. Jadi kegaiatan Light It Up kami dulu lebih ke meningkatkan kesadaran apa itu autisme sendiri," ujar Alvinia ketika diwawancara.

Di awal berdirinya Teman Autis, beberapa kegiatan yang rutin dilakukan oleh Alvinia dan rekan-rekannya adalah jalan-jalan bareng anak-anak autis beserta orangtuanya di Car Free Day, Sudirman, Jakarta. Sambil membawa spanduk, Alvinia mensosialisasikan informasi penting terkait autisme kepada para pejalan kaki di area Car Free Day yang bertujuan untuk meningkatkan awarness terhadap kondisi autisme pada anak.

2. Teman Autis merupakan wadah edukasi tentang berbagai informasi penting terkait autisme

program seminar edukasi autisme yang diadakan Teman Autis (instagram.com/temanautis)

Bergantinya nama dari Light It Up menjadi Teman Autis bukan sekadar ingin rebranding saja. Alvinia bersama rekan-rekannya mengubah nama menjadi Teman Autis karena punya visi dan misi yang lebih besar dari sekadar meningkatkan kesadaran terhadap autisme, yaitu agar Teman Autis juga bisa berfungsi sebagai wadah edukasi bagi orangtua serta masyarakat umum dalam mendampingi anak-anak autis.

Keseriusan Teman Autis untuk menjadi wadah edukasi tentang autisme ini adalah dengan membuat website www.temanautis.com yang berisi tentang direktori klinik terapi autitisme, komunitas yang menaungi anak autis, serta berbagai artikel informatif dan edukatif terkait autisme yang dibutuhkan oleh para orangtua yang memiliki anak autis. 

"Tidak melupakan juga niat awal kami meningkatkan kesadaran autisme memberikan informasi tersebut lewat wadah kami www.temanautis.com, kami memberikan informasi gak hanya ke orangtua, tapi ke masyarakat Indonesia yang mungkin masih awam tentang autisme. Sehingga dua tujuan kami yakni membantu orangtua dan meningkatkan kesadaran autisme bisa dijalankan," ungkap perempuan yang juga berprofesi sebagai interior designer ini.

Selain itu, berbagai upaya edukasi lain yang dilakukan oleh Teman Autis adalah dengan melakukan seminar offline dan online. Dalam seminar tersebut, Teman Autis akan mengundang narasumber ahli yang membahas terkait topik-topik penting bagi orangtua yang memiliki anak autis.

"Sekarang kita memberikan edukasi melalui seminar. Bulan lalu kami mengundang dewasa autis yang sudah berkarier selama 10 tahun lebih dan mengajarkan teman dewasa autis lainnya yang belum punya pekerjaan, gimana cara mendapatkan peekerjaan di bidang yang diinginkan," tambahnya.

Teman Autis juga memanfaatkan media sosial sebagai media untuk edukasi yang interaktif seperti facebook dan instagram. Agar lebih relevan, Alvinia dan tim bahkan aktif membuat konten-konten video reels. Selain itu, setiap bulannya di tanggal 25, Teman Autis rutin melakukan Instagram Live dan mengundang ahli untuk melakukan tanya jawab terkait autisme, dan ini juga berfungsi seperti konsultasi gratis bagi para orangtua. 

Baca Juga: Alvinia Christiany dan Perjuangannya Melawan Stigma Autisme

3. Alvinia dan rekan-rekannya membuka layanan konsultasi online melalui website Teman Autis

Teman Autis melakukan seminar dan memfasilitasi layanan konsultasi (instagram.com/temanautis)

Salah satu rencana besar yang sedang digodok dan mulai dikembangkan oleh Alvinia bersama rekan-rekannya adalah membuat program konsultasi online di website Teman Autis. Rencananya, website Teman Autis ke depannya tak hanya menjadi direktori dan berisi artikel informasi terkait autisme saja, tetapi juga akan ada layanan konsultasi online.

Ide untuk membuka layanan konsultasi online ini muncul dari pengalaman di mana seorang ibu dari Sumatra yang bertanya kepada Teman Autis melalui media sosial. Ia meminta rekomendasi klinik terapi dan konsultasi untuk anaknya yang autis.

Dari pengalaman tersebut, Alvinia dan rekan-rekannya malah jadi overthinking, tetapi dari situlah justru muncul ide brilian untuk mencoba membuat layanan konsultasi online yang dapat memfasilitasi kebutuhan orangtua dari anak autis, khususnya yang berdomisili di luar Jakarta dan Pulau Jawa. 

"Kami dapat cerita dari salah satu orangtua yang curhat, ibu ini cerita dia tinggal di Sumatra, dia nanya di Jakarta apa, sih, paling bagus tempat terapi atau klinik? Ceritanya berkesan ke kami. Ibu ini pasti harus melakukan terapi yang harus dilakukan secara reguler. Kami pikir, ada orangtua yang mau konsul secara online dan ada mitra yang mau memberikan secara online juga. Kita menjembatani itu dengan membuat konsultasi online ini," ucap co-founder Teman Autis ini.

Kabar baiknya, ternyata kegiatan Teman Autis yang digagas oleh Alvinia dan teman-temannya ini mendapatkan apresiasi Satu Indonesia Award 2022 berkat kegigihan dan niat baiknya ini. Dana yang diperoleh dari penghargaan tersebut akan digunakan Alvinia untuk mengembangkan layanan konsultasi online di website Teman Autis.

4. Tak hanya sebagai komunitas, Teman Autis adalah pembuka akses bagi orangtua agar lebih mudah dalam mendampingi anak autis

Teman Autis menjadi wadah edukasi tentang autisme (instagram.com/temanautis)

Berawal dari keinginan untuk meningkatkan kesadaran terhadap autisme kepada masyarakat dan orangtua penyandang autis, project yang awalanya didanai secara mandiri oleh para anggota pengurusnya ini secara bertahap bertransformasi menjadi sebuah wadah serta jembatan bagi para orangtua yang ingin mendampingi anaknya yang mengidap autisme.

Hal itu pula yang membuat Teman Autis berbeda dengan komunitas-komunitas lainnya. Gak sekadar menjadi wadah edukasi, namun Alvinia mengungkapkan bahwa Teman Autis berperan aktif sebagai sebuah jembatan yang menuntun dan membukakan akses informasi kepada para orangtua dalam usahanya mendampingi anak-anaknya yang menyandang autisme.

"Kami menggabungkan semua komunitas di satu wadah sehingga menjadi jembatan, tidak membuat sesuatu yang baru tapi menggabungkan sehingga orangtua mudah mengakses informasi yang mereka perlukan. Kami mencoba menjadi senetral mungkin sehingga bisa mengakomodasi berbagai instansi dengan beberapa aliran dan kepercayaan mereka masing-masing seperti apa," ucap Alivinia.

Baca Juga: Perjuangan Tumpas Stigma: Alvinia Bentuk Komunitas Teman Autis

Verified Writer

Ruth Christian

@ruthchristian

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya