Perjuangan Tumpas Stigma: Alvinia Bentuk Komunitas Teman Autis

Beda bukan berarti kurang!

Mulutmu, harimaumu. Peribahasa tersebut memang benar adanya bahwa ucapan yang dilontarkan bisa melukai hati orang lain. Sayangnya, di negeri tercinta kita ini justru terdapat banyak stigma negatif dan kasus perundungan di lingkungan masyarakat.

Tak terkecuali dialami oleh penyandang autis yang kerap dipandang "aneh" dan mendapatkan perlakuan diskriminatif. Autisme acap kali dianggap sebagai sebuah "penyakit menular" sehingga dijauhi serta dikucilkan di lingkup pertemanan.

Padahal, autisme merupakan gangguan perkembangan saraf (neurologis) seseorang, mengutip laman Teman Autis. Minimnya wawasan masyarakat mengenai autisme inilah yang membuat penyandang autis mendapatkan perlakuan buruk.

Hal inilah yang juga disadari oleh Alvinia Christiany sebagai co-founder komunitas Teman Autis. Sebagai salah satu penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia Awards ke-13 untuk kategori kelompok, berikut ini kisah inspiratif Alvinia Christiany, Ratih Hadiwinoto bersama timnya membangun komunitas Teman Autis

1. Berangkat dari rasa khawatir dan resah, Alvinia ingin masyarakat lebih memahami tentang autisme

Perjuangan Tumpas Stigma: Alvinia Bentuk Komunitas Teman AutisTeman Autis yang melakukan gerak jalan sambil sosialisasi tentang autisme di Car Free Day di Sudirman, Jakarta pada 30 Juli 2017 (dok. pribadi/Alvinia Christiany)

Maraknya kasus perundungan dan banyak stigma negatif tentang autisme membuat hati Alvinia bersama rekan-rekannya tergerak untuk mendirikan komunitas Teman Autis. Organisasi ini sebenarnya sudah digagas sejak tahun 2017 dengan nama Light It Up Project.

Namun, barulah pada April tahun 2018, komunitas tersebut mengesahkan namanya menjadi Teman Autis. Sama seperti namanya, organisasi yang dibentuk oleh Alvinia, Ratih beserta rekan-rekannya ini ingin lebih mengenal, memahami dan membantu para penyandang autisme.

Tak hanya itu, Alvinia bersama rekan-rekannya turut serta memperkenalkan autisme kepada khalayak umum. Hal ini bertujuan untuk menambah wawasan masyarakat serta menumpas stigma negatif tentang penyandang autis yang beredar di luar sana.

"Di tahun 2017 dulu tuh lagi marak-maraknya cerita tentang bagaimana anak autis banyak yang dirundung terutama untuk teman-teman autis yang ada di bangku sekolah. Lalu gak sedikit juga, saya dan teman-teman itu denger kalau penggunaan kata autis sebagai ledekan itu banyak dipakai oleh orang-orang gitu," ungkap Alvinia Christiany saat diwawancarai pada Sabtu (26/11/2022).

Demi menumpas stigma negatif, Alvinia dan para sukarelawan gencar melakukan sosialisasi tentang autisme di berbagai kesempatan. Seperti pada acara Car Free Day (CFD) di daerah Sudirman, Jakarta, mereka ikut berjalan kaki sambil membawa spanduk untuk menyosialisasikan autisme kepada para pejalan kaki.

2. Teman Autis turut menjadi wadah informasi bagi orang tua dengan penyandang autis

Perjuangan Tumpas Stigma: Alvinia Bentuk Komunitas Teman AutisSalah satu kegiatan sosialisasi yang dilakukan tentang autisme oleh Teman Autis (dok. pribadi/Alvinia Christiany)

Berdirinya komunitas Teman Autis memang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang autisme. Akan tetapi, organisasi ini turut menjadi sumber informasi bagi para orang tua yang memiliki anak dengan kondisi autisme.

Di era digital ini memang sangat mudah mendapat informasi tentang apa pun. Namun, informasi mengenai autisme masih tercerai berai sehingga menyulitkan para orang tua dengan autis. Melalui seminar dan perbincangan, Teman Autis akhirnya mengetahui bahwa para orang tua sering kesulitan mencari klinik dan tempat terapi untuk kebutuhan anaknya.

"Lalu kami pikir oh gimana kalau dibikin satu wadah di mana semua informasi tentang autisme khususnya untuk para orangtua bisa kumpulkan. Jadi, bisa memudahkan mencari informasi yang mereka perlukan agar dapat memberikan penanganan terbaik untuk anaknya," jelas Alvinia Christiany.

Oleh sebab itulah, Alvinia dan tim telah menyediakan berbagai informasi tentang autisme. Mulai dari pengetahuan dasar mengenai autisme, tips bagi para orang tua untuk merawat anak autis, tempat terapi, klinik, hingga sekolah.

Semua informasi lengkap tersebut dapat diakses dengan mudah melalui laman www.temanautis.com. Berdirinya serta keberlangsungan laman tersebut sekaligus komunitas Teman Autis berasal dari dana pribadi dan sumbangan dari para donatur.

Baca Juga: KAKG, Oasis Segar di Tengah Kalutnya Korban Kekerasan Seksual

3. Teman Autis memiliki cara tersendiri untuk mencapai impian

dm-player
Perjuangan Tumpas Stigma: Alvinia Bentuk Komunitas Teman AutisAcara TAWA (Tanya Jawab Seputar Autisme) di fitur Instagram Live setiap tanggal 25 (instagram.com/temanautis)

Demi memberikan edukasi, Teman Autis tetap gencar melakukan berbagai kegiatan sosialisasi. Dari berupa acara online maupun offline kepada orang tua dengan anak autis maupun untuk masyarakat umum.

Tak ingin melewatkan kesempatan sedikit pun, Teman Autis turut memanfaatkan media sosial, seperti Instagram dan Facebook. Contohnya saja dengan membuat banyak konten terkait autisme untuk merangkul semua kalangan dan memperbanyak koneksi.

Selain itu, Teman Autis juga rutin mengunakan fitur live Instagram setiap bulannya di setiap tanggal 25 dengan sesi acara bernama TAWA (Tanya Jawab Seputar Autisme). Melalui program ini, para orang tua dapat mengajukan pertanyaan sekaligus berkonsultasi secara gratis kepada para ahli.

Teman Autis pun membuka grup Whatsapp untuk sesama orang tua dengan anak autis. Dalam grup ini, para orang tua dapat melakukan diskusi ataupun saling sharing serta mendukung satu sama lain.

4. Rintangan terkadang menghadang kala berjuang

Perjuangan Tumpas Stigma: Alvinia Bentuk Komunitas Teman AutisTeman Autis yang melakukan gerak jalan sambil sosialisasi tentang autisme di Car Free Day di Sudirman, Jakarta pada 30 Juli 2017 (dok. pribadi/Alvinia Christiany)

Tak kenal lelah dan pantang mundur, Teman Autis telah melewati sejumlah rintangan yang mencoba menghadang. Sejak awal terbentuk, Alvinia bersama tim sempat mengalami kesulitan untuk mencari sesama komunitas yang mau berkolaborasi.

Pasalnya, Teman Autis terbilang "orang baru" pada saat itu sehingga tak banyak yang mengenal mereka. Namun, kerja keras Alvinia bersama tim akhirnya berbuah manis. Kini, Teman Autis telah memiliki 100 mitra yang bekerja sama untuk terus mendukung dan menjalankan komunitas ini.

Namun, badai memang selalu datang silih berganti, hambatan yang tengah dihadapi Teman Autis adalah terbatasnya sumber daya manusia. Tim Teman Autis kini beranggotakan 13 orang, termasuk Alvinia dan Ratih.

Akan tetapi, untuk mencapai tujuan Teman Autis yang ingin menumbuhkan kesadaran masyarakat Indonesia tentang autisme. Tentu saja membutuhkan lebih banyak sumber daya manusia. Meskipun begitu, Alvinia dan tim tak habis akal dengan memanfaatkan era digital ini.

"Untuk sekarang mungkin lebih terbatasnya SDM karena kami mimpinya ingin menjangkau semua masyarakat Indonesia dan semua orang tua dengan anak autis. Akan tetapi, kami hanya 13 anggota jadi itu agak sulit. Namun, solusinya kini kami pelan-pelan saja sambil lebih sering mengadakan webinar atau seminar online agar bisa menyebar ke seluruh masyarakat," ucap Alvinia.

5. Para penyandang autis, si Spesial yang sering dipandang sebelah mata

Perjuangan Tumpas Stigma: Alvinia Bentuk Komunitas Teman AutisOscar Yura Dompas, penyandang autis yang berhasil menerbitkan tiga buku (instagram.com/temanautis)

Setiap orang lahir dengan bakatnya masing-masing. Begitu pula dengan para penyandang autis yang juga memiliki kemampuan istimewa. Dengan dukungan orang tua dan lingkungan sekitar, bukan suatu hal yang mustahil jika mereka bisa unjuk kebolehan di depan umum.

Berbeda tapi tak kurang, inilah prinsip yang dipegang oleh Teman Autis. Melalui media sosialnya, komunitas ini kerap membagikan kisah inspiratif dari para penyandang autis. Dengan begitu, kita bisa melihat para penyandang autis yang berhasil meraih mimpi mereka.

Dari sekian banyak kisah inspiratif yang dibagikan, kisah Oscar Yura Dompas tak kalah menarik untuk disimak. Oscar merupakan seorang penyandang autisme di Indonesia yang berhasil menerbitkan tiga buku.

Dengan kegigihan serta dukungan dari orang tuanya, ia telah menulis tiga buku yang terdiri dari Autistic Journey, The Life of the Autistic Kid Who Never Gives Up, dan Menaklukkan Autis. Semuanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Tak hanya membagikan kisah inspiratif, Teman Autis juga turut serta menghadirkan dewasa autis yang sudah berkarier lebih dari 10 tahun. Ini tentu akan dapat memotivasi serta menginspirasi teman-teman dewasa autis lainnya yang belum memiliki pekerjaan.

Tersenyumlah Indonesia karena kisah inspiratif dari perjuangan Alvinia dan Teman Autis akan dapat memotivasi kami untuk terus berbuat baik kepada siapa pun. Semoga impian mulia Teman Autis juga dapat tercapai dengan segera. Kita satu Indonesia juga akan membantu mewujudkan Indonesia yang ramah autis dengan menghargai dan menghormati mereka tanpa membeda-bedakannya.

Baca Juga: 5 Cara Berinteraksi dengan Orang Autis di Extraordinary Attorney Woo

I am Lavennia Photo Verified Writer I am Lavennia

"Earth" without "Art" is just "Eh".

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya