TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

9 Rekomendasi Novel yang Wajib Kamu Baca di Tengah Krisis Eksistensial

Untukmu yang sedang bergumul dengan krisis eksistensial 

backstage.com

Apakah kamu pernah merasa seperti orang paling sial sedunia dan merasa hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan? Jika iya, maka selamat karena kamu tidak sendiri. Hanya karena segala hal tidak berjalan seperti yang kita inginkan, bukan berarti seluruh hidup kita adalah sebuah kegagalan, bukan?

Alih-alih panik atau depresi, kita harus dapat melihat masalah tersebut dari perspektif yang berbeda. Untuk kamu yang sedang mengalami krisis eksistensial, novel-novel di bawah ini mungkin dapat membantu kalian untuk mengatasi rintangan yang sedang dihadapi. Berikut daftarnya.

1. De Profundis (1905) - Oscar Wilde 

penguin.com.au

Sejak dijatuhi hukuman penjara atas tuduhan homoseksualitas pada tahun 1895, penulis terkenal Oscar Wilde memutuskan untuk membuat  sebuah surat "balas dendam" untuk mantan kekasihnya, Alfred Douglas, di akhir masa hukumannya.

Dalam surat yang dinamai De Profundis itu, Wilde menjelaskan mengapa dia melihat Douglas sebagai akhir dari hidupnya: hukuman penjara, perceraian, kebangkrutan, dan pengasingan yang ia alami setelah hukumannya berakhir. 

Terlepas dari karyanya yang gelap ini, masa-masa di dalam penjara telah membuat Wilde berdamai dengan dirinya sendiri, lalu merenungkan hal-hal yang paling berharga dalam hidupnya. Melalui pengalaman yang mengerikan dan kepedihan batinnya, ia akhirnya mampu membangun kembali hidupnya sedikit demi sedikit sampai kematiannya pada 1900.

2. The Martian Chronicles (1950) - Ray Bradbury  

catapult.co

The Martian Chronicles adalah sebuah novel yang membahas permasalahan umat manusia di era modern seperti perang, penghancuran diri, dan rasisme. Novel ini berlatar setelah manusia menjajah Mars dan menjadikannya sebagai rumah baru mereka.

Singkatnya, The Martian Chronicles adalah refleksi mendalam tentang kehidupan manusia yang rapuh, yang menunjukkan kalau kita adalah makhluk yang tidak tahu bagaimana caranya menghargai sesuatu sampai kita kehilangannya. 

3. The Man Who Planted Trees (1953) - Jean Giono 

thechildrenswood.co.uk

Novel ini menceritakan kisah di mana sang narator bertemu dengan seorang gembala bernama Bouffier saat sedang melewati wilayah Provence. Di sana, ia melihat Bouffier terus menanam benih setiap harinya dengan harapan menumbuhkan kembali sebuah hutan yang sudah hangus terbakar api. 

Beberapa tahun kemudian, tepatnya setelah Perang Dunia II berakhir, sang narator kembali ke tempat yang sama. Ia pun terkejut saat melihat kalau hutan yang dulu hangus telah pulih setengahnya.

The Man Who Planted Trees adalah novel mengajarkan kepada kita kalau kebahagiaan adalah tentang menikmati apa pun yang kita lakukan. Tidak masalah jika orang lain berpikir kalau hal itu tidak ada artinya. Jika kita percaya pada diri kita sendiri, tentunya kita akan terus mengejutkan orang lain dengan hasil yang akan kita capai setelahnya.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Novel untuk Dibaca Weekend Nanti

4. The Empty Book (1958) - Josefina Vicens 

mercadolibre.com.mx

The Empty Book adalah buku yang sempurna bagi kalian yang merasa kalau hidup kalian hanya berputar-putar di tempat. Memang, terkadang hidup kita terasa seperti kehidupan protagonis novel ini, José García, yang percaya kalau kesuksesan itu bisa didapatkan dari uang dan harta benda yang melimpah.

Dalam The Empty Book, diceritakan kalau García mencoba menulis novel tapi tidak dapat menyelesaikannya. Hal ini pun membawanya untuk menulis sebuah jurnal yang menceritakan kehidupan sehari-hari yang awalnya ia anggap tidak ada artinya. Namun, dia akhirnya mendapatkan makna kehidupan dari kebiasaan barunya tersebut.

5. The Truce (1960) - Mario Benedetti  

kupindo.com

Novel ini menceritakan kehidupan Martín Santomé, seorang duda yang sangat menyukai pekerjaannya dan menyayangi ketiga anaknya. Namun ketika waktu pensiunnya semakin dekat, Santomé mulai mempertanyakan eksistensinya sendiri. 

Setelah jatuh cinta dengan seorang wanita muda bernama Laura, Santomé pun mulai belajar untuk menghargai hal-hal sederhana dalam hidup dan akhirnya benar-benar merasakan kebahagiaan darinya. Santomé kemudian menyadari kalau dia pernah menutup diri dari dunia dan berhenti memperhatikan hal-hal penting di sekitarnya. 

6. Mati Bahagia (1971) - Albert Camus  

completementflou.com

Dalam novel ini, sang protagonis (Patrice Meursault) berkata kalau "Butuh waktu untuk hidup. Sama seperti karya seni lainnya, kehidupan juga perlu dipikirkan matang-matang." Singkatnya, tanpa harus menjelaskan premisnya panjang lebar, Mati Bahagia adalah sebuah novel yang menggambarkan sebuah imaji kebebasan yang liar.

Mati Bahagia (A Happy Death) adalah novel pertama Camus yang berpusat pada kesulitan manusia untuk mencapai kebahagiaan. Novel ini juga memberikan kita wawasan mendalam tentang kebahagiaan dalam hidup yang, ternyata, tidak berasal dari orang lain melainkan dapat kita ciptakan sendiri. 

7. Watchmen (1986) - Alan Moore  

hipwallpaper.com

Pernah diadaptasi ke dalam film dan serial TV, Watchmen adalah sebuah novel grafis yang berlatar di dunia alternatif pada tahun 1985 di mana pahlawan berkostum dilarang dan ditangkap oleh pihak berwenang.

Dalam dunia Watchmen, ketegangan antara dua negara adidaya — Amerika Serikat dan uni Soviet — yang terjadi selama Perang Dingin sedang berada di puncaknya. Pemusnahan global pun menjadi kekhawatiran para karakter anti-hero di dalamnya, karena mereka sadar kalau kekuatan mereka masih belum cukup untuk mencegah skenario terburuk ini. 

Watchmen sendiri adalah sebuah novel yang mengajarkan kita untuk mengakui keterbatasan diri kita sendiri, karena hal itu adalah bagian penting dari proses "metamorfosis" diri agar kita dapat menjadi sosok yang lebih kuat. Novel ini juga mengajarkan kita untuk menghadapi realitas yang sebenarnya tanpa harus menipu diri sendiri dengan sebuah harapan palsu.

8. The Book of Embraces (1989) - Eduardo Galeano 

abebooks.com

The Book of Embraces adalah novel yang menceritakan beberapa kisah yang menggambarkan ketidakadilan, di mana tokoh-tokohnya menyampaikan perasaan mereka sebagai sosok yang tertindas. Pada akhirnya, mereka mengumpulkan keberanian untuk menyampaikan kebenaran dan bangkit untuk melawan kesewenang-wenangan.

Setelah membaca novel ini, kalian akan mendapatkan dorongan untuk mengubah apa pun demi hal yang kalian inginkan, khususnya jika kalian ingin menjadi sosok yang lebih baik.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Buku Pengembangan Karier Edisi Tahun 2020, Wajib Baca!

Verified Writer

Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya