5 Alasan Kenapa "Panic Buying" Bukanlah Tindakan Tepat di Tengah Wabah

Jangan gegabah ya!

Hari-hari ini pemberitaan terkait panic buying menjadi highlight di media massa. Ini terjadi lantaran sebagian masyarakat yang khawatir akan virus Corona atau Covid-19 yang kini  tengah melanda sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia.

Sebenarnya, jika dikaji lebih dalam lagi, tidak sepatutnya panic buying terjadi. Apalagi aksi ini membuat sebagian orang menjadi latah hingga akhirnya sibuk memborong berbagai macam kebutuhan pokok demi memenuhi kebutuhan sendiri. Yuk, jadilah bijak dan tidak perlu melakukan panic buying seperti yang terjadi belakangan ini.

Berikut ini 5 alasan mengapa panic buying bukanlah tindakan tepat untuk dilakukan di tengah wabah.

1. Secara tidak sadar, panic buying dapat mematikan empati seseorang terhadap yang lainnya

5 Alasan Kenapa Panic Buying Bukanlah Tindakan Tepat di Tengah WabahUnsplash.com/ Eddie Kopp

Tentu saja kepanikan dapat membuat seseorang menjadi sibuk dengan dirinya sendiri, alhasil ia tak lagi memedulikan orang lain sehingga menjadi lupa diri. Ini pula yang bisa terjadi jika panic buying tak kunjung mereda.

Maka di berbagai titik, manusia akan sibuk dengan dirinya sendiri dan melupakan empati dengan sesama. Padahal kita tahu, setiap orang membutuhkan bantuan.

Untuk itu, janganlah gegabah ketika banyak orang di luar sana sibuk dengan memborong banyak barang pokok demi memenuhi kebutuhan sendiri tanpa mau pikir panjang memikirkan orang lain lagi.

Mulailah dari diri sendiri dan cobalah untuk mengedukasi orang-orang di sekitarmu seperti keluarga agar tidak ikut latah dengan ikut melakukan panic buying.

2. Dapat merugikan orang banyak

5 Alasan Kenapa Panic Buying Bukanlah Tindakan Tepat di Tengah WabahUnsplash.com/Ra Dragon

Tidak bisa dimungkiri, panic buying dapat merugikan orang banyak. Contohnya saja seperti sebagian orang yang memborong banyak dus-dus masker wajah saat virus Corona mulai merebak di tanah air.

Di waktu bersamaan tidak sedikit juga para penjual yang menimbun barang tersebut bahkan menaikkan harganya demi memanfaatkan momentum. Hal ini pun dapat mengguncang jalannya roda perekonomian suatu negara. Padahal, sebagai manusia yang dikaruniai hati dan pikiran, sudah seharusnya kita berpikir jernih pada kondisi seperti ini.

Bukan malah panik tak karuan hingga akhirnya menghalalkan banyak cara demi selamat dari wabah. Ingatlah, sikap panik juga dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, lebih baik menjaga diri dari berbagai hal serta melakukan belanja seperlunya, dan yang terpenting tidak berhenti berdoa pada Sang Khalik.

Baca Juga: Pikirkan 5 Hal Ini untuk Hentikan Panic Buying Akibat Kasus COVID-19 

3. Bisa menimbulkan kepanikan berkepanjangan untuk khalayak banyak

dm-player
5 Alasan Kenapa Panic Buying Bukanlah Tindakan Tepat di Tengah WabahUnsplash.com/Pawel Janiak

Aksi panic buying tentu dapat memicu khalayak lainnya untuk ikut melakukan hal yang sama. Alhasil, aksi ini bukannya berakhir malah akan terus berbuntut panjang lantaran masyarakat yang khawatir tingkat tinggi terhadap wabah, sehingga melakukan berbagai upaya demi keselamatan diri.

Padahal, ketahuilah, panic buying malah menimbulkan kecemasan yang terus berlanjut, seolah-olah manusia tak lagi punya nurani untuk saling mengerti sesama. Akhirnya, berlomba-lomba mendapatkan sesuatu demi mengamankan bagian sendiri, tanpa mau pusing dengan kondisi orang lain.

Yuk, kita introspeksi diri agar tidak ikut latah melakukan aksi spontanitas ini!

4. Karena panic buying bukanlah jaminan terbebas dari wabah yang sedang terjadi

5 Alasan Kenapa Panic Buying Bukanlah Tindakan Tepat di Tengah WabahPixabay.com/WebLab24_Siti_Web

Meski sudah mengamankan berbagai logistik sebagai upaya penyelamatan diri dari wabah, bukan berarti setiap orang aman dari virus yang dapat mematikan ini. Alhasil, panic buying tak memiliki dampak besar terhadap kondisi keselamatan seseorang terhadap virus. Jika ia tidak menjaga kesehatan dan diri dengan baik, maka peluang untuk terkena serangan virus juga terbuka lebar.

Untuk itu, jangan langsung memutuskan ikut melakukan panic buying agar bisa selamat. Ingatlah, nyawa setiap kita ada di genggaman-Nya, maka utamakan untuk meminta perlindungan hanya  pada Sang Maha Pencipta, agar Dia rida memberikan perlindungan pada kita semua dalam menghadapi wabah virus ini.

Jangan andalkan panic buying sebagai solusi utama dan satu-satunya cara agar selamat,  karena hal tersebut bukanlah jawaban yang tepat demi aman dari wabah baru ini.  

5. Akan membuat krisis kemanusiaan semakin menjadi

5 Alasan Kenapa Panic Buying Bukanlah Tindakan Tepat di Tengah WabahUnsplash.com/Spenser

Krisis kemanusiaan kini menjadi fenomena yang tidak terelakkan belakangan ini. Peristiwa ini terjadi salah satunya dikarenakan minimnya rasa empati antar manusia, sehingga antar sesama manusia bisa saling sikut-sikutan bahkan saling menyakiti. Sungguh fenomena ini kian mematikan hati setiap orang, sehingga tak heran krisis kemanusiaan menjadi hal yang kian menjadi hari-hari ini.

Panic buying pun juga menjadi salah satu cikal bakal yang dapat menyulut terjadinya krisis kemanusiaan. Sebab hal ini membuat manusia tak peduli lagi pada sesama dan malah larut memedulikan ego sendiri.

Untuk itu krisis kemanusiaan kerap dilatarbelakangi oleh menghilangnya rasa saling menyayangi dan peduli antar sesama manusia. Jika ini terus berlanjut, maka perang antar negara pun bisa saja berlaku sebagai buntut dari krisis kemanusiaan yang tak terbendung.

Ingatlah, selalu bijak dan tidak tergesa-gesa dalam memutuskan sesuatu, pun dalam kondisi wabah atau bencana yang sedang terjadi hari ini. Kendalikan pikiran dan hati dalam satu frekuensi, sehingga rasa panik pun bisa diredam dan kita bisa lebih leluasa untuk berpikir arif menghadapi wabah. Tetap tenang namun jangan kendurkan sikap waspada, ya!

5 Alasan Kenapa Panic Buying Bukanlah Tindakan Tepat di Tengah WabahPenanganan virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Baca Juga: 3 Cara Pemerintah Atasi Panic Buying yang Terjadi di Masyarakat

Anggita Amelia Photo Verified Writer Anggita Amelia

Writing is the way I share it, hopefully my writing will be useful to the reader

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya