Bagaimana Sih Potret Kehidupan Kaum Muslim Minoritas di Swedia?

Menilik salah satu kehidupan muslim yang tentram di Eropa

Islam bukan hal yang baru bagi masyarakat Swedia. Menurut arkeolog, bangsa Viking kerap berdagang dengan pedagang muslim mulai abad ke-7 masehi. Hal ini diperkuat dengan penemuan koin bertuliskan huruf arab di pemakaman Viking baru-baru ini. Namun catatan di era modern menunjukkan bahwa warga negara Swedia muslim baru tercatat pada tahun 1930, sejumlah 15 orang. Saat ini populasi muslim di Swedia bertambah menjadi 8,1 persen dari jumlah populasi total sebanyak kurang lebih 10 juta orang.

Islamophobia mungkin marak terjadi di beberapa negara, apalagi Islam sering dikaitkan dengan teror yang disebabkan oknum tertentu, tapi tidak dengan Swedia. Penduduk muslim di sini hidup nyaman dan damai, berdampingan dengan masyarakat penduduk asli yang beragam latar belakangnya. Swedia sendiri sangat menjunjung tinggi kebebasan individu, termasuk kebebasan beragama. Meskipun kadang ada beberapa orang yang mungkin memiliki prasangka buruk, tapi tidak sampai menimbulkan huru-hara, apalagi sampai terjadi diskriminasi. Yuk kita lihat sama-sama bagaimana kehidupan muslim beserta adaptasinya di Swedia!

1. Muslim bebas memakai pakaian apa pun, tanpa larangan

Bagaimana Sih Potret Kehidupan Kaum Muslim Minoritas di Swedia?Pexels.com/rawpixel.com

Beberapa negara Eropa, bahkan negara tetangga Swedia, Denmark, mulai melarang pemakaian niqab/cadar di tempat umum, tapi tidak dengan Swedia. Di sini kita bisa menemukan bermacam pakaian yang dikenakan muslim/muslimah dengan bentuk apa pun, mulai dari yang tidak berhijab, sampai bercadar. Mulai dari kerudung turban ala orang Iran, sampai burqa ala orang Somalia. Para lelakinya pun begitu. Ada yang sangat menunjukkan identitas dengan memakai peci/kopiah dan gamis, ada yang berjanggut tebal, tapi ada juga yang tampil tidak mencolok.

2. Makanan halal meskipun tidak banyak, tapi mudah dicari

Bagaimana Sih Potret Kehidupan Kaum Muslim Minoritas di Swedia?axfood.com

Sebagai seorang muslim, wajib hukumnya memakan makanan halal. Di Indonesia mudah mencarinya karena setiap makanan memiliki label halal. Disini, tidak semua makanan berlabel halal. Harus pintar-pintar membaca komposisi dari setiap makanan kemasan. Biasanya yang menjadi concern adalah keberadaan wine dan turunannya (terdapat pada dessert, coklat, dan manisan lain), serta penambahan zat aditif yang ditandai dengan adanya E-number yang terdapat di hampir setiap makanan kemasan.

Tapi tidak usah khawatir, karena saat ini sudah banyak aplikasi yang memudahkan kita untuk mengecek kehalalan makanan seperti Scan Halal dan Halal e-code. Di Swedia sendiri, apabila di suatu daerah memiliki populasi muslim yang cukup banyak, secara otomatis supermarket di area tersebut akan mensupply beberapa makanan khusus dengan label halal.

Selain makanan kemasan, kehalalan daging harus diperhatikan. Ada beberapa daging giling yang merupakan campuran daging sapi dan babi. Daging sapi dan unggas juga tidak semua berlabel halal disini. Namun ada beberapa supermarket di kota-kota besar yang memiliki section khusus daging halal segar.

Beberapa supermarket dan toko di kota-kota kecil maupun pinggiran kota juga menyediakan daging halal beku. Alternatif lain, muslim di sini dapat memakan makanan seafood, vegan dan vegetarian yang variannya banyak sekali mulai dari nugget, sosis, burger, hingga "daging" giling. Semua makanan untuk vegetarian berasal dari tanaman loh! Dan tersedia di setiap supermarket karena vegetarian merupakan diet umum di Swedia.

Untuk jajanan atau street food di kota-kota besar, sudah mulai banyak yang memasang label halal pada makanannya, seperti kebab, pizza, dan grilled chicken. Kalau khawatir kehalalannya, bisa tanya langsung ke penjualnya. Gerai-gerai seperti ini juga menyediakan alternatif lain seperti vegan dan seafood jika kita tidak mau makan daging.

3. Tidak ada adzan dan waktu salat yang berubah-ubah setiap musim

Bagaimana Sih Potret Kehidupan Kaum Muslim Minoritas di Swedia?pixabay.com/rudolf_langer

Swedia terletak di antara 23.5-66.5 lintang utara, yang berarti memiliki 4 musim, dengan intensitas matahari yang berbeda beda di setiap musimnya. Hal ini tentu saja mempengaruhi waktu salat. Di tengah musim panas misalnya, matahari bersinar begitu lama, terbit pada pukul 4 pagi, yang berarti waktu subuh sudah habis, dan tenggelam pada pukul 10 malam di mana saat tersebut waktunya salat magrib. Sedangkan di musim dingin, waktu salat dhuhur dan ashar hanya berjarak 1 jam saja.

dm-player

Karena muslim merupakan minoritas di Swedia, jadi tidak akan terdengar suara adzan bersahut-sahutan seperti di Indonesia. Jadi masing-masing individu harus sadar sendiri akan waktunya salat. Ini yang sedikit berat. Selain itu kadang kala waktu salat datang ketika sedang dalam aktivitas seperti rapat, kuliah, bahkan ujian. Namun dengan komunikasi yang baik, pasti diizinkan kalau saatnya ibadah. Banyak orang yang sudah paham dengan kewajiban muslim yang beribadah 5 waktu sehari.

Baca Juga: 10 Negara Minoritas Muslim yang Paling Ramah Bagi Wisatawan Muslim

4. Waktu puasa yang berubah-rubah setiap tahunnya

Bagaimana Sih Potret Kehidupan Kaum Muslim Minoritas di Swedia?pixabay.com/rawpixel

Tidak hanya waktu salat yang berubah, waktu puasa pun berubah setiap tahunnya karena perbedaan penanggalan hijriyah dan masehi. Setiap tahun, awal puasa maju sekitar 11 hari lebih awal dari tahun sebelumnya. Apabila bulan puasa jatuh pada musim panas, itu berarti kaum muslim harus menjalani puasa sekitar 20 jam. Namun bila bulan puasa jatuh di musim dingin, puasa dilakukan hanya 10 jam saja. Pilih yang mana?

5. Tempat salat yang tidak banyak

Bagaimana Sih Potret Kehidupan Kaum Muslim Minoritas di Swedia?mapio.net

Tidak seperti di Indonesia yang bahkan di pom bensin ada musalanya. Di Swedia, tidak semua tempat memiliki tempat salat. Bahkan di setiap kota, hanya ada 1 masjid besar. Namun hal itu tidak membatasi kaum muslim untuk beribadah. Beberapa kota yang tidak memiliki masjid, salat Jumat maupun salat ied, dilaksanakan di hall, atau Islamic Center. Sedangkan di kampus atau kantor, jika tidak ada ruangan yang dikhususkan untuk salat, salat bisa dilakukan di mana saja asalkan suci, dan tidak mengganggu orang lain, seperti di pojok perpustakaan, sudut laboratorium, atau ruang menyusui.

6. Merayakan hari raya di hari kerja

Bagaimana Sih Potret Kehidupan Kaum Muslim Minoritas di Swedia?goteborgmoske.se

Karena Islam merupakan minoritas di negara ini, negara tidak menetapkan hari raya kaum muslim sebagai hari libur nasional. Biasanya kaum muslim akan melaksanakan salat ied berjamaah, lalu setelah itu akan lanjut bekerja dan beraktivitas seperti hari-hari biasa pada umumnya. Biasanya perayaan dilakukan di akhir minggu, masjid-masjid menggelar festival dan mengadakan berbagai aktivitas untuk anak-anak dan orang tua. Namun, tidak usah khawatir, setiap warga negara berhak mengambil jatah cuti 30 hari setahun, jika sebagian ingin digunakan untuk merayakan hari raya, sah-sah saja, asalkan dikomunikasikan dahulu dengan atasan dan kolega.

7. Kehidupan sosial yang aman dan tentram

Bagaimana Sih Potret Kehidupan Kaum Muslim Minoritas di Swedia?unsplash.com/rawpixel

Seperti yang dijelaskan di awal, bahwa negara menjunjung tinggi kebebasan beragama, hal itu juga tercermin dari perilaku warganya. Tatapan mata curiga dan sikap yang antipati hampir tidak ditemukan di sini. Jikalau ada, setiap orang bisa langsung melaporkan itu ke polisi dan langsung diproses hukum untuk semua tindakan yang tidak menyenangkan seperti, ungkapan bernada rasis, pemukulan, dan tindakan tidak menyenangkan lainnya. Muslim memiliki hak yang sama dengan warga negara lain. Tidak ada perbedaan di antara warga negara. Asalkan bisa bersosial dengan baik, akan mudah bagi seorang muslim untuk tinggal di sini.

Begitulah kira-kira gambaran kehidupan muslim di Swedia. Suatu hari, apabila teman-teman mau ke sini atau tinggal di sini, tidak usah takut. Asalkan jaga sopan santun dan beretika yang baik, pasti mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial. Hanya saja butuh beberapa usaha untuk beradaptasi dalam beribadah. Semua tergantung masing-masing individu. Tapi untuk urusan tolenransi yang satu ini, usaha Swedia bisa diapresiasi.

Baca Juga: [OPINI] Bersyukurlah Jika Kamu Pernah Jadi Minoritas

Anisa Anggi Dinda Photo Verified Writer Anisa Anggi Dinda

Kinda find a good way to share some experience here. Enjoy!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya