Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi malu (Pexels.com/Deeana Arts)

Rasa malu dan kekhawatiran akan penolakan adalah bagian alami dari pengalaman manusia. Akan tetapi, beberapa orang dihantui rasa malu serta ketakutan terhadap penolakan sosial yang begitu mendalam. Perasaan tersebut berkembang hingga mengganggu interaksi dengan orang lain. 

Beberapa orang mungkin mengalami gangguan kepribadian menghindar atau biasa disebut avoidant personality disorder. IDN Times akan mengulas gangguan kepribadian tersebut dari sudut pandang psikologis. 

1. Mengenal avoidant social disorder

ilustrasi malu (pexels.com/Anna Shvets)

Mengutip dari Psychology Today, orang dengan avoidant personality disorder menunjukkan kebiasaan yang tidak umum di lingkungan sosial. Ia mengalami ketakutan yang besar terhadap interaksi dengan individu lain, misalnya sampai menolak untuk melakukan suatu aktivitas atau bekerja karena khawatir akan mendapatkan kritik dari orang lain. 

Individu dengan avoidant personality disorder selalu merasa kurang puas dengan kondisi mereka. Professor di Universitas Illinois, Suzanne Degges-White, PhD menjelaskan bahwa orang dengan gangguan kepribadian menghindar merasa tidak mampu mengembangkan hubungan yang sehat serta memiliki ketakutan besar terhadap penolakan. Padahal, mereka sebenarnya ingin berpartisipasi dan melakukan interaksi sosial. 

Akibat harga diri yang rendah dan perasaan tidak mampu, gangguan kepribadian ini disadari oleh penyintas dapat menghambat interaksi sosial, hal ini diungkapkan oleh sumber serupa. Mereka terlalu fokus dengan kekurangan pribadi, sehingga penolakan akan semakin menyakitkan bagi individu seperti ini.

Risikonya, perasaan kesepian muncul lebih besar. Selain itu, ada kesulitan untuk membangun hubungan dengan orang lain. 

2. Tanda seseorang mengalami avoidant social disorder

ilustrasi takut akan hal-hal di luar zona nyaman (pexels.com/MART PRODUCTION)

Suzanne selaku konselor individu dan keluarga menjabarkan setidaknya terdapat 7 gejala gangguan kepribadian menghindar. Tanda-tanda di bawah ini bukan untuk diagnosa mandiri, melainkan sebagai informasi terhadap salah satu gangguan kepribadian yang dialami individu. Berikut adalah 7 gejalanya:

  1. Tidak terlibat dalam aktivitas atau interaksi yang membutuhkan kontak dengan orang lain karena khawatir mengalami kritik maupun penolakan
  2. Menolak untuk terlibat suatu kegiatan sebab yakin bahwa orang lain tak akan menyukainya
  3. Perasaan takut dan malu dominan menguasai, bahkan dalam hubungan intim. Hal ini membatasi mereka untuk sepenuhnya hadir dan terlibat di situasi sosial tertentu
  4. Tidak dapat bersantai karena adanya ketakutan yang terus-menerus akan penolakan dan ketidaksetujuan
  5. Memiliki persepsi negatif terhadap keterampilan, kepribadian, dan kemampuan pribadi mereka
  6. Tidak mau mencoba aktivitas baru dan mengambil risiko karena khawatir akan penghinaan yang sangat kuat 
  7. Diliputi perasaan tidak mampu dan selalu merasa kurang dibandingkan dengan orang lain, sehingga kesulitan menjadi diri sendiri. 

3. Apakah penyebab avoidant social disorder?

ilustrasi meminta bantuan untuk mengatasi rasa takut (pexels.com/SHVETS production)

Penyebab avoidant personality disorder menurut terapis cognitive-behavioral, Arlin Cuncic dalam Very Well Mind terkait dengan faktor genetik, lingkungan, sosial hingga psikologis. Seseorang yang mengalami gangguan tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh aspek  yang mengganggu kondisi jiwanya.

Bisa jadi ia pernah menerima pelecehan, kritik atau celaan yang berlebihan, ejekan atau penghinaan, kurangnya kasih sayang, hingga penolakan dari teman sebaya. Arlin juga menerangkan bahwa individu yang sangat pemalu pada saat kecil dan tidak pernah mengatasinya seiring hingga dewasa, berkontribusi pada pola pikir yang meningkatkan avoidant personality disorder. 

Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah terapi perilaku kognitif atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT), psychodynamic therapy, and schema therapy. Pelatihan keterampilan sosial juga akan sangat membantu.

Sebagai langkah awal, cobalah untuk berkonsultasi pada ahli seperti psikolog atau psikiater untuk mengidentifikasi gangguan yang mungkin dialami individu. Bagi kamu yang merasa mengalami gejala di atas tidak disarankan untuk melakukan selfdiagnosis. 

Editorial Team