5 Kontribusi dalam Meningkatkan Awareness pada Isu Kesehatan Mental

Berhenti melakukan romantisasi pada isu kesehatan mental

Isu mengenai kesehatan mental kini mulai menjadi hal yang bukan lagi tabu di masyarakat. Bisa di lihat dari hadirnya film yang mengangkat tema kesehatan mental misalnya, mereka berhasil mencapai penjualan fantastis. Begitu pula ketika penyintas berani speak up akan kondisinya. Gak sedikit pula yang mampu berempati, meski masih ada yang merespons negatif.

Sayangnya, di balik perubahan tersebut mulai muncul pula fenomena-fenomena romantisasi isu gangguan mental. Hal itu mempersepsikan dan menggambarkan gangguan mental sebagai sesuatu yang glamor, estetik, atau kekinian. Padahal, perilaku seperti itu justru membahayakan diri sendiri dan sangat tidak nyaman bagi penderitanya.

Lantas, apa saja sih kontribusi dalam meningkatkan awareness pada isu kesehatan mental? Ikuti ulasannya sampai akhir, ya!

1. Menelusuri lebih dalam mengenai isu kesehatan mental

5 Kontribusi dalam Meningkatkan Awareness pada Isu Kesehatan Mentalilustrasi mencari informasi (unsplash.com/Bruce Mars)

Memahami sesuatu itu ibaratnya kita mau membaca buku. Kalau kita tidak membaca sampai halaman terakhir, bisa jadi informasi yang diperoleh akan menggantung atau gak lengkap. Sama halnya kalau kita memaknai isu kesehatan mental ini hanya berdasarkan tren yang berkembang saja, bisa jadi akan menimbulkan miskonsepsi.

Maka dari itu, menelusuri lebih dalam mengenai isu kesehatan mental ini juga perlu dilakukan untuk meningkatkan self awareness. Misalnya, mencari tahu tentang kondisi gangguan mental dasar, atau bagaimana mencegah gangguan mental, dan lainnya.

Termasuk juga memahami tentang bagaimana memberikan pertolongan untuk mendukung orang lain yang mengalami gangguan mental. Sehingga dari pemahaman ini nantinya juga berguna untuk membantu diri sendiri dan orang lain. Lebih dari itu, edukasi tersebut akan menuntun kita lebih bijak menyikapi suatu pernyataan, terutama di media sosial.

 2. Tidak memandang kesehatan mental sebagai isu kekinian yang dianggap populer

5 Kontribusi dalam Meningkatkan Awareness pada Isu Kesehatan Mentalilustrasi bercermin (unsplash.com/Brad Lloyd)

Sekali lagi fenomena meningkatnya kesadaran masyarakat tentang isu sekrusial kesehatan mental tentu patut disyukuri. Sebab, ini bisa menciptakan harapan akan dunia yang lebih berempati dan juga sehat. Namun, acapkali isu ini juga dibarengi dengan romantisasi, yang seolah-olah menonjolkan bahwa normal itu mainstream.

Salah satunya dengan timbulnya sikap meromantisasi gangguan mental sesuatu yang estetik. Semisal dengan menyebut bahwa bipolar disorder itu estetik, atau memposting foto self harm di media sosial adalah sesuatu yang keren. Padahal, sikap tersebut justru berbahaya karena mengaburkan penderitaan dari para  pengidap gangguan mental yang sebenarnya.

Maka dari itu, kalau kita ingin berkontribusi untuk meningkatkan awareness pada isu kesehatan mental ini, pertama-tama perlu berhenti untuk meromantisasi hal tersebut. Maksudnya, tidak serta-merta menjustifikasi perasaan negatif adalah gangguan mental, atau bahkan menganggapnya sesuatu yang estetik. Namun, kalau memang merasa ada sesuatu yang tidak beres, penting bagi kita untuk mencari bantuan ke ahlinya.

Baca Juga: Mengakhiri Stigma Kesehatan Mental Lewat Literasi

3. Aware jika ada orang yang memiliki tanda-tanda mengalami gangguan mental, bukan berarti mereka mengalami kondisi tersebut 

5 Kontribusi dalam Meningkatkan Awareness pada Isu Kesehatan Mentalilustrasi berempati (pexels.com/SHVETS production)
dm-player

Masih mengacu pada poin sebelumnya. Romantisasi isu kesehatan mental mestinya harus dihindari. Sebab ini bisa memunculkan self diagnose, bukan hanya pada diri sendiri namun juga orang lain.

Misalnya, ketika ada seseorang yang menyebutkan ciri-ciri seperti gangguan mental, langsung divalidasi. Padahal, bukan berarti mereka mengalami kondisi tersebut.

Kalau terus diromantisasi, hal tersebut justru bisa jadi memicu seseorang melakukan tindak lanjut yang gak tepat atau menyimpang. Salah-salah, bukannya menyelesaikan masalah justru nambah masalah baru. Maka dari itu, meningkatkan self awareness tidak boleh dibarengi dengan vonis diri.

Sebab, diagnosis akan masalah kesehatan mental harus dilakukan oleh ahlinya, baik psikolog atau psikiater. Itu pun juga dilakukan melalui serangkaian tes, jadi tidak bisa asal vonis.

4. Tidak menjadikan isu kesehatan mental sebagai alasan ketika berbuat keliru

5 Kontribusi dalam Meningkatkan Awareness pada Isu Kesehatan Mentalilustrasi putus asa (unsplash.com/Matze Bob)

Mirisnya, isu kesehatan mental terkadang juga dijadikan excuse saat berbuat kesalahan. Misalnya, menghindari tugas yang sulit dengan mengklaim sedang mengalami gangguan mental tertentu. Padahal, isu kesehatan mental tak seharusnya dijadikan alasan untuk berbuat seenaknya.

Terlepas benar atau salah, klaim seperti itu justru memicu anggapan bahwa gangguan mental itu biasa dan bahkan menganggu. Kalau seperti itu, lantas bagaimana para penyintas mencari perlindungan? Semestinya sebelum bertindak, kita perlu berempati dan berpikir lebih jauh akan dampak yang terjadi.              

Jadi, kalau ingin benar-benar berkontribusi, kita harus berhenti menjadikan isu tersebut sebagai alasan. Akan lebih baik jika kita mengoptimalkannya  sebagai daya juang pada aspek atau bidang tertentu. Sehingga nantinya akan tercipta lebih banyak manusia tangguh yang empatik. 

 5. Berbagi edukasi mengenai isu kesehatan mental dari informasi yang kredibel

5 Kontribusi dalam Meningkatkan Awareness pada Isu Kesehatan Mentalilustrasi diskusi (unsplash.com/Mimi Thian)

Meski sudah banyak orang yang mulai terbuka dengan isu kesehatan mental, kenyataannya gak sedikit pula yang masih memberikan stigma negatif. Bukan tanpa dasar, hal ini juga dipicu karena mitos-mitos yang ada sejak dulu. Seperti anggapan bahwa orang yang mengalami gangguan mental sebagai beban atau dianggap aneh.

Akibatnya, seseorang yang mengalami kondisi tersebut akan semakin mengasingkan diri dan sulit terbuka akan kondisinya. Pada akhirnya mereka juga sulit untuk melakukan atau mendapatkan pengobatan. Maka dari itu, berbagi edukasi mengenai isu kesehatan mental ini penting sebagi bentuk kontribusi meningkatkan awareness.

Dalam hal ini kita juga perlu berbagi edukasi yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Entah dari pakar, psikolog atau psikiater, dan juga dari para penyintas itu sendiri. Sebab isu kesehatan mental bukan sesuatu yang harus diromantisasi atau justru berbahaya. Namun, merupakan kondisi nyata yang perlu pertolongan.

Mengingat bahwa isu kesehatan mental bukan sesuatu yang main-main. Semua orang tentu perlu berkontribusi dalam meningkatkan awareness pada isu kesehatan mental. Salah satunya dengan menelusuri isu mengenai kesehatan mental lebih dalam. Namun ingat, memiliki awareness juga bukan berarti harus memvonis diri.

Baca Juga: 5 Manfaat Menangis bagi Kesehatan Mental, Bisa Melepas Stres

Aprilia Nurul Aini Photo Verified Writer Aprilia Nurul Aini

Let's share positive energy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ines Sela Melia

Berita Terkini Lainnya