5 Dampak Anggapan Laki-laki Harus Selalu Kuat, Gak Melulu Baik

Dalam jangka panjang bisa berbahaya

Sadar atau tidak, kita sering mendengar stigma bahwa laki-laki harus selalu kuat. Bahkan, penilaian seperti ini sebenarnya sudah sering diperoleh semenjak mereka masih anak-anak. Misalnya dengan memberikan sebutan bahwa laki-laki gak boleh menangis, gak boleh baperan, dan sebagainya.

Memang menjadi pribadi yang kuat itu penting. Namun, jika kita terus berpatok pada anggapan bahwa laki-laki harus selalu kuat, mereka akan kesulitan mengungkapkan emosi yang dirasakan. Padahal, memvalidasi setiap perasaan yang timbul itu penting sekali.

Setidaknya ada lima dampak anggapan Laki-laki harus selalu kuat. Apa sajakah itu? Simak, yuk!

 1. Merasa takut dibilang lemah

5 Dampak Anggapan Laki-laki Harus Selalu Kuat, Gak Melulu Baikilustrasi pria menunduk (Unsplash.com/ Sarath P Raj)

Anggapan bahwa anak laki-laki harus selalu kuat dan mampu menahan segala rasa sakit, memang semestinya harus dihentikan. Sebab, ini bisa memicu perasaan takut dibilang lemah. Misalnya, mereka cenderung menahan untuk menangis padahal sedang sakit, atau bahkan takut mengekspresikan perasaan saat menonton film sedih.

Padahal, menunjukkan kelemahan atau bahkan rasa kecewa gak akan mengurangi maskulinitas dari seorang laki-laki. Justru malah perlu dilakukan. Selain untuk melepaskan emosi, ini juga bertindak sebagai bentuk komunikasi agar orang lain tahu apa yang seseorang rasakan.

 2. Melakukan apa pun demi harga diri

5 Dampak Anggapan Laki-laki Harus Selalu Kuat, Gak Melulu Baikilustrasi pria lelah (Unsplash.com/ Viktor Talashuk)

Harga diri merupakan hal krusial yang penting dimiliki dan ditanamkan oleh setiap orang. Sebab, dengan keinginan mempertahankan harga diri, biasanya seseorang juga akan semangat untuk bekerja keras atau bahkan berusaha mempertahankan apa yang jadi prinsipnya. Namun sayang, dengan anggapan laki-laki harus merasa kuat, gak sedikit juga memaksakan diri melakukan apa pun demi menjaga harga dirinya.

Misalnya, mereka rela bekerja keras tanpa henti agar cepat kaya dan gak diremehkan orang lain. Sekilas memang baik, namun belum tentu fisik dan mental mereka kuat menjalani semua itu. Kalau terus dipaksakan malah bisa membahayakan.

Memang menjaga harga diri itu penting. Namun, bukan berarti kamu harus mengorbankan atau membahayakan diri untuk mendapatkannya. Toh, dengan hidup apa adanya dan gak perlu khawatir akan pendapat orang lain, ini juga bisa menjadi cara untuk meningkatkan harga diri.

Baca Juga: Mengapa Lebih Banyak Laki-laki yang Bunuh Diri daripada Perempuan?

3. Memiliki kecenderungan untuk memendam emosi

5 Dampak Anggapan Laki-laki Harus Selalu Kuat, Gak Melulu Baikilustrasi anak laki-laki memendam emosi (Reshot.com/@the_rostislaff)
dm-player

Bukan hanya takut dibilang lemah, anggapan laki-laki harus selalu kuat juga memberikan kecenderungan mereka memendam emosi. Misalnya ketika mengalami kegagalan, mereka enggan menceritakan rasa sedih atau kecewa kepada orang lain. Bukan hanya karena malu, namun mereka menganggap bahwa gagal berarti harus langsung bangkit.

Padahal, emosi negatif bukan musuh yang harus dimusnahkan. Dia perlu divalidasi agar gak menimbulkan dampak yang buruk juga nantinya. Seperti timbulnya masalah pada kesehatan fisik, mental, bahkan mempengaruhi hubungan dengan orang lain.

Maka dari itu, semestinya kita gak harus menyebut bahwa laki-laki harus selalu kuat, ya. Namun, dalam perkembangan emosi tersebut, pengaturan diri atau self regulation merupakan ketrampilan yang lebih penting ditanamkan. Dengan self regulation, mereka bisa belajar mengatur emosi dengan lebih sehat, termasuk menenangkan diri.

 4. Cenderung menyangkal perasaan negatif yang muncul

5 Dampak Anggapan Laki-laki Harus Selalu Kuat, Gak Melulu Baikilustrasi pria emosi (Unsplash.com/ Yogendra Singh)

Anggapan laki-laki harus selalu kuat juga bisa menimbulkan kecenderungan mereka untuk menyangkal perasaan negatif yang muncul. Mereka akan berpura-pura baik-baik saja padahal sedang sedih, lelah, atau bahkan kecewa. Jika terus dibiarkan, perlahan ini akan menyebabkan kelelahan dan bahkan sewaktu-waktu bisa meledak.

Lebih buruknya, penyangkalan emosi negatif lama-lama bisa menimbulkan perasaan tertekan atau bahkan stres. Mengapa demikian? Sebab, mereka tidak memiliki ruang mengekspresikan perasaan itu. Salah satunya karena terlanjur menganggap bahwa emosi negatif adalah bentuk kelemahan diri.

Maka dari itu, memberikan pemahaman pada anak laki-laki sejak dini bahwa emosi negatif adalah sesuatu yang wajar penting dilakukan. Dari sini kemungkinan mereka juga akan lebih mudah jujur pada diri sendiri tentang rasa kecewa, terluka, dan sebagainya. Kalau pun masih enggan terbuka pada orang lain, setidaknya mereka bisa mengandalkan diri sendiri ketika menghadapi situasi yang rumit sekali pun.

 5. Sulit meminta pertolongan pada orang lain

5 Dampak Anggapan Laki-laki Harus Selalu Kuat, Gak Melulu Baikilustrasi pria putus asa (Unsplash.com/ Olhar Angolano)

Pada akhirnya toxic masculinity atau anggapan bahwa laki-laki harus memiliki tubuh atau fisik yang kuat merupakan kebiasaan yang tidak sehat. Dalam jangka panjang, mereka akan kesulitan mencari pertolongan ketika situasi sulit terjadi. Akibatnya ini akan menimbulkan perasaan tertekan yang mendalam.

Misalnya, seorang laki-laki dewasa merasa enggan meminta bantuan orang tuanya karena merasa gak pantas lagi. Atau, mereka enggan pergi ke dokter atau psikolog ketika kesehatan fisik atau mentalnya sedang menurun. Alasannya bukan hanya mengindari pengobatan, namun ini dianggap bertentangan dengan ketangguhan atau nilai maskulinitas yang dibangun di masyarakat.

Hal-hal seperti itu kalau terus dibiarkan akan menimbulkan dampak yang lebih berisiko. Misalnya mereka jadi ingin mencari pelarian dengan melakukan hal-hal negatif untuk mendapatkan kebahagiaan. Atau bahkan, bisa jadi ini memperkecil kesempatan laki-laki mendapatkan bantuan akan kesehatan mental, misalnya.

Mengingat dampak dari toxic masculinity ini gak main-main, kita juga perlu lebih hati-hati. Daripada terus memberikan stigma laki-laki harus selalu kuat, akan lebih baik memberikan pemahaman bahwa menunjukkan emosi atau meminta bantuan kepada orang lain bukan bentuk kelemahan. Sehingga, nantinya mereka akan mudah jadi diri sendiri tanpa takut penilaian negatif orang lain.

Baca Juga: 5 Dampak Toxic Masculinity pada Anak Laki-laki

Aprilia Nurul Aini Photo Verified Writer Aprilia Nurul Aini

Let's share positive energy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya