Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bahaya Keseringan Curhat Pakai AI, Risikonya Gak Main-Main!

ilustrasi pria bekerja di co-working space (freepik.com/drobotdean)
ilustrasi pria bekerja di co-working space (freepik.com/drobotdean)
Intinya sih...
  • AI tidak memiliki jiwa dan bisa memengaruhi ketergantungan emosional pada teknologi
  • Anak-anak dan remaja dapat mengalami gangguan kemampuan membangun koneksi emosional di dunia nyata
  • Pengguna AI dapat kehilangan kepekaan terhadap dinamika sosial yang kompleks di dunia nyata

Di tengah maraknya penggunaan chatbot AI seperti ChatGPT, semakin banyak orang yang memilih curhat ke AI dibanding manusia. AI dinilai tak menghakimi, bisa memberi respons cepat, dan bisa curhat gratis kapan saja!

Apakah kamu termasuk yang sering curhat pakai AI? Meski tampak menyenangkan dan menenangkan, terlalu mengandalkan AI untuk curhat bisa membawa dampak negatif lho! Berikut 5 bahaya yang perlu kamu waspadai!

1. Ketergantungan emosional pada teknologi yang tidak memiliki jiwa

Ilustrasi Chat GPT (Pexels.com/Matheus Bertelli)
Ilustrasi Chat GPT (Pexels.com/Matheus Bertelli)

AI dirancang untuk merespons secara simpatik, tapi bukan berarti AI bisa benar-benar memahami emosi manusia. Dalam laporan Time (2024), para ahli memperingatkan bahwa anak-anak dan remaja mulai mengembangkan hubungan emosional yang tidak sehat dengan chatbot. Ketika kita mulai lebih nyaman curhat ke AI daripada manusia, ini bisa mengganggu kemampuan membangun koneksi emosional di dunia nyata.

“Kita memperlakukan alat ini seperti manusia, padahal mereka tidak punya sistem saraf, tidak punya pengalaman hidup.” ungkap Dr. Mercedes Samudio, terapis keluarga, dalam wawancara dengan time.com.

2. Melemahkan kemampuan interaksi sosial

Ilustrasi sedang berantem (freepik.com/jet-po)
Ilustrasi sedang berantem (freepik.com/jet-po)

Salah satu fungsi curhat adalah melatih kemampuan menyampaikan perasaan dan menerima respons dari orang lain. Jika semua emosi ditumpahkan ke AI yang selalu "ramah", kita bisa kehilangan kepekaan terhadap dinamika sosial yang kompleks.

Padahal, di dunia nyata, konflik, perbedaan pendapat, dan empati dua arah adalah bagian penting dari kedewasaan emosional. Tanpa interaksi manusia nyata, kemampuan interaksi sosial kita bisa melemah. Risikonya, kita bisa semakin menarik diri dari lingkungan sosial dan merasa makin nyaman dalam dunia virtual yang sepihak.

3. Risiko salah arah

Ilustrasi stress (unsplash.com/Getty Images)
Ilustrasi stress (unsplash.com/Getty Images)

AI tidak mampu mendeteksi krisis emosional seperti manusia. Dalam situasi rentan, saran yang salah atau terlalu umum dari AI bisa memperburuk keadaan, apalagi jika tidak ada campur tangan manusia yang lebih bijak dan empatik.

“Ada risiko bahwa seseorang bisa terlalu serius mengikuti nasihat chatbot atau menafsirkan nasihat itu secara keliru.” ungkap Dr. Jason Nagata dari UCSF dilansir dari time.com.

4. Risiko privasi

Ilustrasi tampilan menu chat GPT (unsplash.com/Emiliano Vittoriosi)
Ilustrasi tampilan menu chat GPT (unsplash.com/Emiliano Vittoriosi)

Curhat ke AI berarti menyimpan jejak digital dari pikiran dan perasaan terdalam kita kepada robot. Setiap kalimat yang diketik dalam chatbot AI menjadi bagian dari data yang disimpan, diproses, bahkan mungkin dilatih untuk meningkatkan sistem.

Meski terlihat aman, data ini tetap berisiko bocor atau disalahgunakan, terutama jika aplikasi yang digunakan tidak transparan soal perlindungan data. Ini bisa jadi jebakan digital yang tidak mereka sadari.

5. Mengaburkan batas antara realitas dan imajinasi

ilustrasi pria merasakan stress (pexels.com/Andrew Neel)
ilustrasi pria merasakan stress (pexels.com/Andrew Neel)

Beberapa chatbot AI didesain sangat mirip manusia seperti punya kepribadian dan bisa diajak bicara setiap hari. Bagi sebagian orang, ini bisa menjadi pelarian dari kesepian, tapi juga menciptakan hubungan semu yang menipu perasaan.

Ketika dunia virtual terasa lebih nyaman dari dunia nyata, kita bisa terjebak dalam relasi sepihak yang sebenarnya tak memberi timbal balik emosional. Seiring waktu, batas antara apa yang nyata dan tidak bisa kabur, membuat kita tak lagi bisa menjalin hubungan sosial yang nyata.

Demikian 5 bahaya keseringan curhat pakai AI. Semoga memberikan pandangan lain bagimu yang tengah menggandrungi teknologi canggih ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriyanti Revitasari
EditorFebriyanti Revitasari
Follow Us