Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Body Positivity Bukan Alasan untuk Tak Hidup Sehat, Kenapa?

ilustrasi body positivity
ilustrasi body positivity (pexels.com/Anna Shvets)
Intinya sih...
  • Mencintai diri bukan berarti menolak perubahan
  • Body positivity juga soal kesehatan mental dan fisik
  • Merawat tubuh adalah bentuk gerakan positif
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kampanye soal body positivity muncul sebagai respons terhadap standar kecantikan yang selama ini terlalu sempit. Intinya mengajak semua orang untuk mencintai tubuh apa adanya, apapun bentuk, warna, atau ukurannya. Hal ini memang penting, karena banyak orang merasa insecure hanya karena tubuh tak memenuhi ekspektasi sosial.

Namun, di tengah gaung ini, ada pergeseran makna yang kadang jadi kebablasan. Merasa cukup berarti tak usah peduli dengan kesehatan sama sekali. Faktanya, mencintai diri sendiri dan menerima tubuhmu bukan berarti kamu berhenti merawatnya. Berikut lima alasan body positivity bukan alasan untuk tak hidup sehat!

1. Mencintai diri bukan berarti menolak perubahan

ilustrasi wanita kehujanan (pexels.com/John Rae Cayabyab)
ilustrasi wanita kehujanan (pexels.com/John Rae Cayabyab)

Salah satu miskonsepsi besar soal body positivity adalah menganggap bahwa keinginan untuk mengubah tubuh itu bertentangan dengan prinsip mencintai diri. Padahal, cinta itu bukan berarti diam saja. Justru karena kamu menghargai tubuhmu, kamu ingin memberinya makanan bergizi, cukup tidur, dan rutin bergerak.

Perubahan positif bukan berarti kamu gak nerima dirimu saat ini, tapi kamu peduli buat terus berkembang. Kalau kamu merasa capek terus, gampang sakit, atau kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, itu tanda tubuhmu butuh perhatian lebih. Merawat tubuh bukan karena kamu benci bentuknya sekarang, tapi karena kamu ingin punya energi dan kualitas hidup yang lebih baik.

2. Body positivity juga soal kesehatan mental dan fisik

ilustrasi mengalami mental breakdown (unsplash.com/cferdo)
ilustrasi mengalami mental breakdown (unsplash.com/cferdo)

Gerakan body positivity lahir untuk meruntuhkan tekanan psikologis dari standar kecantikan. Namun, kalau kamu menggunakannya sebagai tameng untuk menghindari kebiasaan sehat, itu justru bisa membahayakan. Misalnya, kamu makan berlebihan tiap hari dengan alasan “Aku mencintai diri ini,” padahal tubuh mulai memberi sinyal kelelahan dan metabolisme melambat.

Faktanya, kesehatan bukan hanya soal angka di timbangan, tapi banyak hal lain. Mulai dari perihal tekanan darah, kolesterol, gula darah, stamina, hingga suasana hati. Kalau kamu bisa menerima bentuk tubuhmu tapi masih sering anxious, insecure, atau mudah drop, sudah saatnya kamu refleksi ulang tentang apa arti mencintai diri sendiri seutuhnya.

3. Merawat tubuh adalah bentuk gerakan positif

ilustrasi wanita duduk di atas batu (pexels.com/yankrukov)
ilustrasi wanita duduk di atas batu (pexels.com/yankrukov)

Body positivity seharusnya tak berhenti pada caption medsos yang bilang, “My body, My rules.” Lebih dari itu, mencintai tubuh artinya memberikan yang terbaik untuknya setiap hari. Kamu bisa mulai dari hal kecil, seperti lebih rajin jalan kaki, pilih minuman tanpa gula, atau tidur lebih awal.

Tubuhmu adalah rumah permanenmu. Kalau kamu mendukung gerakan untuk melawan stigma dan diskriminasi tubuh, maka bentuk nyata dari aksi itu adalah dengan tetap menjaga tubuhmu kuat, sehat, dan fungsional. Sebab, merawat diri adalah bentuk gerakan positif harian yang gak selalu terlihat, tapi punya dampak jangka panjang luar biasa.

4. Kesehatan itu personal, bukan komparatif

ilustrasi dua orang wanita (unsplash.com/neonbrand)
ilustrasi dua orang wanita (unsplash.com/neonbrand)

Seringkali, seseorang merasa sehat hanya karena lebih kurus dari temannya atau masih bisa begadang tiap hari. Padahal, ukuran kesehatan tidak bisa dibandingkan. Seseorang yang berbadan besar bisa jadi jauh lebih aktif, bugar, dan minim risiko medis dibandingkan seseorang yang kurus tapi merokok, kurang tidur, dan jarang olahraga.

Itulah kenapa penting untuk gak menjadikan body positivity sebagai kompetisi citra diri. Fokus pada apa yang tubuhmu butuhkan. Apakah kamu sering merasa lelah? Apakah kamu punya riwayat kolesterol tinggi di keluarga? Apakah kamu sudah cukup gerak dalam sehari? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini jauh lebih penting dari opini orang soal bentuk tubuhmu, lho!

5. Perluas arti self love ke semua aspek hidupmu

ilustrasi mindfulness dan self love (pexels.com/shihabnymur)
ilustrasi mindfulness dan self love (pexels.com/shihabnymur)

Terakhir, self love bukan cuma tentang menerima tubuhmu, tapi tentang memperlakukan diri dengan baik. Termasuk memperhatikan pola makan, manajemen stres, kesehatan kulit, hingga menjaga relasi sosial yang sehat. Kalau kamu mencintai diri sendiri tapi masih sering begadang, makan junk food, dan jarang olahraga, bisa jadi konsep mencintai diri belum diterapkan. Tubuhmu tentu saja punya batas, terkadang bisa sangat toleran, tapi bukan berarti bisa diabaikan terus. Jadi, alih-alih menentang kritik dengan “yang penting gue bahagia,” coba evaluasi, apakah tubuhmu juga bahagia dengan gaya hidupmu saat ini atau tidak?

Mencintai dan menerima diri sendiri memang penting, namun body positivity bukan alasan untuk tak hidup sehat. Kamu bisa banget mencintai tubuhmu dengan makan lebih sehat, bergerak lebih banyak, istirahat cukup, dan menyaring apa saja yang masuk ke pikiranmu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Tipe MBTI Paling Disiplin dalam Mengatur Waktu, Bisa Jadi Panutan!

26 Sep 2025, 14:15 WIBLife