Boiling Frog Syndrome, Kelelahan Batin yang Gak Disadari

- Boiling frog syndrome adalah metafora kelelahan batin yang tidak disadari, seperti katak dalam panci mendidih yang bertahap.
- Kebiasaan-kebiasaan tertentu bisa menjebak kita dalam boiling frog syndrome, termasuk terus beradaptasi tanpa batasan, mindset salah tentang tanggung jawab, dan tekanan dari sosial dan media sosial.
- Kondisi ini akan berdampak negatif pada diri fisik dan psikis, sehingga penting untuk mengenali tanda-tandanya dan mencari dukungan segera untuk mengatasi kondisi toxic ini.
Boiling frog syndrome adalah sebuah metafora untuk kelelahan batin yang tidak disadari. Beberapa orang mungkin bisa cepat tanggap saat merasakan tidak nyaman meski datangnya tidak signifikan. Akan tetapi, beberapa orang merespon kelelahan batin yang datangnya bertahap dengan lebih santai. Gak jarang dari kita bahkan bisa memakluminya terus menerus. Padahal, hal ini bisa jadi pintu awal kita terjebak dalam situasi boiling frog syndrome atau sindrom katak mendidih.
Tentu banyak di antara kita yang belum mengenal lebih dalam terkait kondisi ini. Penasaran dengan penjelasan sindrom katak mendidih? Apa hubungannya katak dengan kita sebagai manusia? Kita simak selengkapnya di artikel ini, yuk!
1. Sekilas tentang boiling frog syndrome

Boiling frog syndrom pertama kali dikenalkan oleh Oliver Clark, seorang ahli filsafat. Ia menjelaskan manusia yang tidak menyadari sedang berada di lingkungan yang toxic, sama dengan katak dalam rebusan panci. Ibarat katak, jika diletakkan langsung di air rebusan panci yang sudah mendidih, dia akan langsung melompat keluar karena suhu yang sudah sangat panas.
Berbeda dengan katak yang diletakkan di air rebusan yang belum terlalu panas. Katak cenderung menyesuaikan diri dengan suhu air yang masih suam-suam kuku. Dia akan terus bertahan dan menyesuaikan diri. Katak tidak menyadari bahwa ia sedang dalam bahaya, karena suhu air akan terus meningkat secara bertahap. Saat suhu air sudah sangat panas, katak baru menyadari dia sudah terlambat untuk bisa melompat keluar dari panci karena energinya sudah habis untuk terus menyesuaikan diri.
2. Kebiasaan yang menyebabkan seseorang mengalami boiling frog syndrome

Ada beberapa kebiasaan yang bisa menjebak kita dalam situasi ini, seperti :
- Terus mencoba beradaptasi terhadap tekanan tanpa memberi batasan seperti, tuntutan pekerjaan, pasangan, kebutuhan anak dan orangtua, juga ekspektasi sosial
- Mindset yang salah tentang tanggung jawab seperti, memendam masalah sendiri, menekan emosi terlalu sering, dan mengorbankan diri sendiri terlalu lama.
- Terjebak rutinitas tanpa ada evaluasi, hidupnya bak robot, tanpa jiwa, sampai lupa kapan terakhir kali merasa bahagia
- Perasaan takut meminta bantuan karena tidak mau dianggap lemah
- Tidak mengenal batasan energi yang dimiliki seperti, tidak mengenali tanda kelelahan diri sendiri baik secara fisik maupun mental
- Adanya tekanan dari sosial dan media sosial untuk tetap terlihat berhasil dan selalu baik-baik saja.
3. Dampak yang ditimbulkan jika kondisi ini terus diabaikan

Sebagaimana telah kita simak dari tulisan di atas, kondisi ini akan berdampak negatif pada diri kita. Tidak hanya secara fisik tapi juga psikis. Kita mungkin bisa berusaha menyesuaikan diri tapi kita harus bisa mengenali batas kemampuan kita.
Kita juga bisa belajar dari permainan puzzle tetris, saat kita berhasil menyesuaikan diri maka kita akan hilang. Kita mungkin bisa beradaptasi dengan sekitar, tapi beradaptasi di lingkungan yang toxic akan membuat kita kehilangan diri kita sendiri. Membiarkan diri kita seperti katak di rebusan air hangat, sama saja dengan 'mati pelan-pelan'. Kita akan mengalami kelelahan ekstrim, stress, bahkan depresi jika membiarkannya berlarut-larut.
4. Cara mengatasi boiling frog syndrome

Sebenarnya, yang paling utama untuk bisa mengatasi kondisi ini adalah dengan sadar terlebih dahulu. Tapi, beberapa langkah berikut juga sangat membantu kita untuk mengakhiri kondisi toxic ini, yaitu :
- Kenali tanda-tanda awal kelelahan seperti, mudah marah, sulit tidur, mudah lelah, juga menarik diri dari sosial
- Berhenti menormalkan atau meremehkan tanda-tanda stress kronis
- Cari dukungan segera bisa dari teman, keluarga, komunitas atau tenaga profesional seperti, terapis atau psikolog
- Mulai merutinkan kebiasaan sehat seperti tidur yang cukup, berolahraga, dan menghilangkan kebiasaan yang tidak perlu
- Evaluasi ulang gaya hidup dan prioritas
Nah, itulah sekilas tentang boiling frog syndrome, kondisi kelelahan batin yang sering kali terlambat kita sadari. Jangan lupa untuk berusaha menempatkan diri di lingkungan yang aman dan nyaman. Jangan berusaha menyesuaikan diri dengan terlalu kejam. Kenali batasan aman kita sanggup untuk beradaptasi, jangan menunggu diri kita sudah meledak baru bertindak. Semoga artikel ini bermanfaat, ya!