Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Sindrom Kessler, Mengapa Bisa Mengancam Keamanan Antariksa?

ilustrasi sampah luar angkasa (commons.wikimedia.org/NASA Image)

Dalam beberapa dekade terakhir, antariksa yang menjadi tempat eksplorasi manusia mulai dipenuhi dengan sampah. Sampah-sampah ini tidak hanya berasal dari satelit yang sudah tidak berfungsi, tetapi juga bagian dari roket, fragmen-fragmen yang tercipta akibat tabrakan antar benda antariksa, dan hasil dari uji coba senjata anti-satelit yang dilakukan beberapa negara.

Salah satu fenomena yang paling dibicarakan terkait masalah ini adalah Sindrom Kessler, sebuah teori yang dapat menggambarkan bagaimana sampah antariksa berpotensi membahayakan kehidupan di Bumi dan kemajuan penelitian luar angkasa.

Lantas, apa itu Sindrom Kessler, dan mengapa berbahaya? Mari kita bahas!

1. Apa itu Sindrom Kessler?

ilustrasi Sindrom Kessler (commons.wikimedia.org/NASA employee)

Sindrom Kessler adalah sebuah teori yang pertama kali diajukan oleh ilmuwan NASA, Donald Kessler, pada tahun 1978. Kessler memperkenalkan ide bahwa seiring bertambahnya objek yang ada di orbit rendah Bumi (LEO), kemungkinan terjadinya tabrakan antar objek akan semakin tinggi. Setiap tabrakan ini akan menghasilkan fragmen yang lebih kecil, dan fragmen tersebut bisa menyebabkan tabrakan lagi, menciptakan efek dominio yang terus berkembang. Pada akhirnya, orbit Bumi akan dipenuhi sampah yang bergerak dengan kecepatan tinggi (hingga 27.000 km/jam), menghalangi penggunaan ruang angkasa dan bahkan mengancam misi luar angkasa.

Space.com melansir, pada tahun 2009, tabrakan antara satelit Iridium 33 dan satelit Rusia Kosmos 2251 menghasilkan hampir 2.000 potongan sampah besar. Tabrakan ini dianggap sebagai awal dari dimulainya proses Sindrom Kessler. Meskipun begitu, dampaknya belum menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur luar angkasa.

2. Penyebab dan dampak dari Sindrom Kessler

Gambaran sampah yang terlihat di luar angkasa (commons.wikimedia.org/ESA)

Kita bisa bayangkan bahwa setiap sampah antariksa, meskipun berukuran kecil, bisa berpotensi menghancurkan satelit yang berfungsi. Sebagai contoh, pada tahun 2021, International Space Station (ISS) harus melakukan manuver menghindari sampah antariksa sebanyak 37 kali. Tabrakan ini bisa berbahaya, bahkan bisa menghancurkan seluruh stasiun luar angkasa, yang diperkirakan bernilai sekitar 100 miliar dolar atau sekitar Rp1.000 triliun.

Masalah lain yang lebih mengkhawatirkan adalah potensi gangguan pada sistem satelit yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Sistem seperti GPS, internet satelit, dan cuaca bergantung pada satelit ini. Jika sampah antariksa terus menumpuk, kita bisa kehilangan akses ke teknologi-teknologi tersebut.

3. Kapan Sindrom Kessler terjadi?

potret Bumi dari luar angkasa (unsplash.com/NASA)

Meskipun masalah sampah antariksa sudah menjadi perhatian serius, masih ada perdebatan di kalangan ilmuwan tentang kapan Sindrom Kessler akan terjadi. Beberapa ahli, seperti Dr. Vishnu Reddy dari University of Arizona, mengatakan bahwa kita sudah semakin dekat dengan titik kritis yang disebut Sindrom Kessler. Saat ini, ada lebih dari 500.000 potongan sampah antariksa yang terdeteksi, dan jutaan potongan lainnya yang lebih kecil, menurut Space Safety Magazine.

"Jumlah objek di luar angkasa yang telah kami luncurkan dalam empat tahun terakhir telah meningkat secara eksponensial. Jadi, kita sedang menuju ke situasi yang selalu kita takuti." ujar Dr. Vishnu Reddy, seorang profesor ilmu planet di Universitas Arizona di Tucson, dilansir CNN.

Meskipun jumlah tabrakan antar satelit dan objek di ruang angkasa terus meningkat, kita belum mencapai titik di mana seluruh orbit Bumi menjadi tidak dapat digunakan. Para ilmuwan memperingatkan bahwa jika tidak segera bertindak untuk membersihkan sampah antariksa, dampak besar dapat terjadi dalam beberapa dekade ke depan. Oleh karena itu, tindakan pencegahan dan solusi untuk mengatasi masalah ini sangat penting untuk dilakukan secepatnya.

4. Upaya penanggulangan dan solusi

ilustrasi rapat misi ClearSpace-1 oleh European Space Agency (commons.wikimedia.org/U.S. Embassy The Hague)

Di sisi positifnya, berbagai upaya sedang dilakukan untuk mencegah dan mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah dengan mengembangkan teknologi yang dapat membersihkan sampah antariksa. ClearSpace-1, misi dari European Space Agency (ESA), yang direncanakan untuk diluncurkan pada tahun 2025, akan mencoba untuk menangkap dan menghapus sampah antariksa besar dari orbit dengan menggunakan jaring.

Selain itu, banyak negara kini mulai memberlakukan aturan yang lebih ketat terkait pembuangan satelit yang tidak lagi berfungsi. Federal Communications Commission (FCC) di AS telah mewajibkan satelit untuk turun dari orbit dalam waktu 5 tahun setelah selesai beroperasi, sebagai langkah untuk mengurangi jumlah sampah antariksa. Beberapa perusahaan juga mulai merancang satelit yang dapat melakukan manuver untuk menghindari tabrakan, serta memastikan bahwa satelit yang sudah tidak aktif akan secara otomatis mengarah ke atmosfer dan terbakar sebelum menjadi sampah yang membahayakan.

Meskipun Sindrom Kessler adalah ancaman yang nyata dan bisa merusak keseimbangan ruang angkasa kita, masih ada harapan. Upaya-upaya untuk membersihkan sampah antariksa dan peraturan yang lebih ketat menunjukkan bahwa solusi memang ada untuk mengatasi masalah ini.

Namun, kita semua juga harus lebih peduli akan masa depan ruang angkasa dan mulai berpikir lebih bijak dalam menggunakan teknologi. Mungkin, bagi sebagian orang, ini bisa menjadi tanda bahwa kebersihan tidak hanya penting di Bumi, tetapi juga di luar angkasa.

Bagaimana menurutmu, apakah kita bisa terus memanfaatkan ruang angkasa tanpa mengancam masa depannya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agam Praminsya
EditorAgam Praminsya
Follow Us