Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Buku Amigdala: Residu yang Bersemayam, Perjuangan Keluar dari Emosi Negatif

Buku Amigdala: Residu yang Bersemayam (dok.pribadi/Yustina Agusitta Sodiq)

Novel ini bercerita tentang seseorang yang berjuang bangkit akibat mengalami kekerasan. Buku bersampul merah ini telah terbit pada 21 Februari 2024 silam. Yap, buku tersebut berjudul "Amigdala: Residu yang Bersemayam" merupakan buku trilogi karya Ega Mpokgaga. Namun buku ini masih buku kedua.

Jika kalian masih asing dengan kata amigdala, ternyata amigdala adalah nama pada bagian otak manusia yang memproses berbagai emosi negatif terutama emosi takut, agresi. Amigdala ini berbentuk seperti kacang almon.

Kepo dong, dengan buku yang berlatar belakang tentang kekerasan. Untuk mendapatkan sedikit gambaran mengenai buku tersebut, gak ada salahnya jika kalian membaca dulu tulisan ini sampai selesai.

1. Tokoh yang ada dalam buku

Ilustrasi orang membaca buku (pexels.com/Lisa from Pexels)

Tokoh dalam buku kedua ini masih tentang sosok bernama Ishtar Mahendra Sumoprawiro.

Di buku kedua ini tokoh baru maupun tokoh lama dari buku pertama yang berjudul "Amigdala: Perjalanan Merepresi Memori" pun akan muncul demi memahami lagi perjalanan hidup tokoh utama dalam prosesnya untuk bangkit kembali dari tiap kota maupun negara yang ia singgahi.

Tokoh-tokoh tersebut tentu akan membawa dampak baik ataupun buruk terhadap perjalanan tokoh utama yang penuh emosi demi bangkit lagi dari trauma masa lalu. Kira-kira siapa saja tokoh-tokoh tersebut?

2. Konflik dalam buku kedua

ilustrasi orang sedang menulis di atas kertas (Pexels.com/cup of couple)
ilustrasi orang sedang menulis di atas kertas (Pexels.com/cup of couple)

Karena pengalaman penuh trauma tokoh utama telah dikisahkan dalam buku pertama. Konflik yang muncul dibuku kedua ini seputar perjuangan Ishtar Mahendra Sumoprawiro dalam menghadapi sisa-sisa rasa trauma yang sering muncul seperti rasa meragukan dirinya sendiri, rasa takut yang selalu menghantui bahkan rasa bersalah yang selalu muncul dan seabrek rasa ataupun emosi negatif lainnya yang berlomba-lomba menampakkan dirinya.

Tentu kalian pernah memiliki berbagai rasa negatif tersebut, namun jika sang tokoh memiliki latar belakang korban kekerasan secara fisik maupun mental tentu perjuangan untuk bangkit serta berdamai akan terasa berat.

Konflik atau cerita tentang perjuangan sang tokoh utama, Ishtar Mahendra Sumoprawiro dalam mengelola, mengenali lagi berbagai emosi negatif yang tersisa dari buku pertama ini lebih dikulik lagi.

Dan hal ini pun didukung oleh cerita nyata yang dialami penulis maupun dari teman terdekat yang juga pernah mengalami kekerasan fisik maupun kekerasan mental, agar pembaca dapat lebih merasakan bahwa kekerasan fisik benar-benar menyisakan luka mental yang perlu proses panjang agar dapat sembuh serta berdamai lagi dengan diri sendiri.

3. Pembelian buku Amigdala: Residu yang Bersemayam

Buku Amigdala: Residu yang Bersemayam (dok.pribadi/Yustina Agusitta Sodiq)

Sekilas tentu kalian sudah bisa membayangkan isi dalam buku dan Ega Mpokgaga memilih judul tersebut untuk buku keduanya. Kalau kalian sudah mengikuti buku yang pertama dan penasaran dengan perjalanan tokoh utamanya sangat disayangkan jika tidak melanjutkan membaca buku kedua ini.

Buku karya Ega Mpokgaga, boleh dibilang jika sang penulis mampu mengelola luka-luka emosionalnya menjadi karya sastra yang layak dikonsumsi secara umum. Tentu saja agar masyarakat luas kita tahu bahwa kekerasan fisik maupun kekerasan mental bukan hal yang bisa dianggap lumrah karena butuh proses panjang untuk menyembuhkannya. Serta menyadari bahwa kita itu manusia, yang layak mendapatkan perlakuan yang baik dari sesama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us