Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Atasi Perasaan Overwhelmed Akibat Tekanan Sosial yang Membebani

ilustrasi merasa overwhelmed (pexels.com/Ron Lach)

Tekanan sosial adalah bagian yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan. Tuntutan untuk selalu tampil sempurna dan memenuhi ekspektasi orang lain sering membuat kita merasa overwhelmed. Jika dibiarkan, perasaan itu bisa menguras energi dan mengganggu kesehatan mental.

Menghadapi tekanan sosial memang tidak mudah, tetapi ada cara untuk mengelola perasaan tersebut. Penting untuk menyadari bahwa kita tidak harus selalu memenuhi harapan semua orang. Berikut beberapa cara atasi perasaan overwhelmed akibat beban dari tekanan sosial.

1. Kenali dan terima batasan diri

ilustrasi perempuan merenung (pexels.com/Nguyen Hung)

Langkah pertama untuk mengatasi tekanan sosial adalah dengan mengenali batas kemampuan diri. Sering kali, kita merasa harus terus memenuhi ekspektasi orang lain tanpa memikirkan kapasitas pribadi. Padahal, mengenali batasan bukan berarti lemah, melainkan bentuk kepedulian terhadap diri sendiri.

Dengan menerima bahwa kita tidak bisa menyenangkan semua orang, beban dalam pikiran pun akan berkurang. Hal itu membantu kita untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar penting. Menetapkan batas adalah langkah awal menuju kesehatan mental yang lebih stabil.

2. Kurangi paparan dari sumber tekanan

ilustrasi perempuan fokua dengan diri sendiri (pexels.com/David Escala de Almeida)

Tekanan sosial sering datang dari media sosial atau lingkungan yang kompetitif. Jika merasa overwhelmed, cobalah untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di ruang yang memicu perbandingan diri. Menghindari hal-hal yang membuat cemas bukan berarti lari dari masalah, tetapi memberi ruang untuk bernapas.

Buatlah jeda sejenak untuk memulihkan energi dan memperkuat perspektif. Gunakan waktu itu untuk melakukan hal yang membangun kepercayaan diri. Dengan begitu, kita bisa kembali menghadapi dunia luar dengan lebih tenang dan siap.

3. Bangun lingkungan sosial yang mendukung

ilustrasi lingkungan yang mendukung (pexels.com/Keira Burton)

Dikelilingi oleh orang-orang yang suportif dapat membantu mengurangi beban tekanan sosial. Pilih teman yang menghargai diri kita apa adanya, bukan karena pencapaian semata. Hubungan yang sehat menciptakan rasa aman untuk menjadi diri sendiri.

Saat kita berada di lingkungan yang penuh penerimaan, rasa percaya diri pun meningkat. Kita tidak merasa perlu menyembunyikan kelemahan atau terus-menerus membuktikan diri. Dukungan dari orang terdekat bisa menjadi sumber kekuatan yang besar.

4. Melatih diri untuk berkata 'tidak'

ilustrasi menetapkan batasan pribadi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Belajar mengatakan ‘tidak’ adalah keterampilan penting untuk melindungi diri dari tekanan yang tidak perlu. Tidak semua permintaan atau ajakan orang lain harus kita setujui. Menolak bukan berarti egois, tetapi bentuk pengelolaan diri yang sehat.

Dengan berkata ‘tidak’, kita menunjukkan bahwa waktu dan energi kita berharga. Hal demikian membantu mencegah kelelahan mental dan emosional. Dalam jangka panjang, kita akan terbiasa membuat keputusan berdasarkan kebutuhan pribadi, bukan tuntutan sosial.

5. Melakukan aktivitas yang membawa ketenangan

ilustrasi meditasi di ruang tamu (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang memberi ketenangan, seperti meditasi, jalan santai, atau menulis jurnal. Aktivitas tersebut membantu kita untuk kembali terhubung dengan diri sendiri. Saat pikiran tenang, kita lebih mampu memproses setiap tekanan dengan bijak.

Menjaga rutinitas untuk merawat diri adalah langkah penting dalam menjaga keseimbangan hidup. Kegiatan yang menyenangkan bisa menjadi penyeimbang di tengah tuntutan sosial yang berat. Dengan begitu, kita bisa tetap waras dan bahagia meskipun dunia luar menuntut banyak hal.

Menghadapi tekanan sosial memang tidak selalu mudah, tetapi bukan berarti kita harus menyerah dan terus memendamnya. Dengan menerapkan kelima cara di atas, kita bisa mengurangi perasaan overwhelmed secara perlahan. Ingatlah bahwa kebahagiaan sejati datang ketika kita hidup sesuai dengan nilai dan kebutuhan pribadi, bukan semata untuk memenuhi ekspektasi orang lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us