Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi rasa bahagia
Ilustrasi rasa bahagia (pexels.com/George Milton)

Intinya sih...

  • Lihat masa lalu sebagai pelajaran, bukan patokan masa depan

  • Terima perubahan eksternal yang gak bisa kamu kendalikan

  • Jangan mengukur standar kesuksesanmu pakai hidup orang lain

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ada masa di mana hidup tiba-tiba berubah total dari perkiraan. Kamu yang semula ambisius, punya banyak target, dan selalu ingin jadi yang terbaik mendadak tak menginginkan apa-apa lagi. Semangat yang dulu pernah ada seperti pudar tanpa alasan jelas. Hidup terus berjalan, tapi kamu kayak kehilangan versi dirimu yang dulu produktif dan berprestasi. Semuanya memang baik-baik saja, tapi kamu terus mempertanyakan “kapan” dan “kenapa” perubahan itu terjadi.

Menerima diri saat tak lagi jadi high-achiever bukan hal mudah. Ada rasa takut, khawatir, bahkan malu yang sulit dijelaskan. Menghadapi kenyataan bahwa hidup gak selalu sesuai keinginan butuh proses. Gak harus terus mengejar standar lama, kamu bisa membangun arti sukses yang baru, lebih realistis dan sesuai dengan hidupmu sekarang. Berikut lima cara menerima diri saat gak jadi seorang high-achiever lagi.

1. Lihat masa lalu sebagai pelajaran, bukan patokan masa depan

Ilustrasi rasa bahagia (unsplash.com/Brooke Cagle)

Apa yang sudah terjadi gak akan bisa diulang kembali, sebaik apa pun itu. Kamu bukan satu-satunya orang yang pernah selalu dapat nilai sempurna, aktif dimana-mana, lalu tiba-tiba merasa gak jadi siapa-siapa. Bukan lagi karyawan Perusahaan besar, bukan pebisnis sukses, bukan pembicara hebat, atau bukan penerima beasiswa dari kampus ternama. Kadang, kehilangan versi “sempurna” diri bikin kamu sulit menerima kenyataan baru. Tapi sayangnya, kamu gak bisa selamanya menatap ke belakang.

Kehidupanmu yang sekarang mungkin adalah jawaban dari salah satu doa yang dulu kamu langitkan. Bisa jadi fase yang kamu anggap buruk sebenarnya salah satu bagian dari perjalanan menuju kesuksesan yang kamu inginkan. Kalau kamu terus stuck di penyesalan dan pertanyaan “kenapa,” kamu gak akan pernah sempat melihat hal-hal baik yang diam-diam tumbuh di sekitarmu. Setiap pencapaian yang dulu tetap lah berharga, tapi jangan biarkan itu menjadi beban.

2. Terima perubahan eksternal yang gak bisa kamu kendalikan

Ilustrasi pria bermain ponsel (pexels.com/Keira Burton)

Semakin kamu tumbuh, semakin kamu sadar kalau ternyata masih banyak hal di dunia ini yang belum kamu tahu. Dulu kamu mungkin yakin kalau cuma ada satu cara buat sukses: harus kuliah tinggi, kerja di tempat bergengsi, atau punya bisnis besar. Tapi kenyataannya, setiap orang punya jalannya masing-masing. Ada yang lanjut kuliah setelah SMA dan ada juga yang memilih untuk langsung kerja. Apa yang selama ini kamu anggap satu-satunya jalan, ternyata bukan satu-satunya cara untuk sampai ke tujuan.

Jangan terus terpaku pada hal yang gagal sampai kamu lupa melihat peluang lain yang sebenarnya ada di depan mata. Orang berubah, situasi bergeser, dan kadang semuanya terasa gak adil. Kamu gak bisa mengubah kenyataan atau berusaha mengendalikan keadaan. Yang dulu berhasil dan sekarang gagal pun tetap harus kamu terima. Karena kalau kamu terus menolak perubahan, kamu gak akan pernah bisa melihat kemungkinan baru yang bisa membawamu ke arah yang berbeda, yang mungkin lebih baik dari apa pernah kamu rencanakan.

3. Jangan mengukur standar kesuksesanmu pakai hidup orang lain

Ilustrasi mengobrol santai (pexels.com/Marcus Aurelius)

Orang-orang yang dulu memulai dari tempat yang sama denganmu sekarang mungkin sudah berada di posisi berbeda. Ada yang kelihatannya lebih sukses, punya karier stabil, atau hidup yang lebih “terlihat keren.” Tapi, pencapaian mereka belum tentu cocok dengan apa yang benar-benar kamu mau. Kadang rasa iri muncul bukan karena kamu pengen hal yang sama, tapi karena kamu terbiasa menilai dirimu pakai standar lama atau standar yang bilang kamu harus selalu lebih baik dari orang lain, apalagi dari mereka yang dulu dianggap “di bawahmu.”

Mungkin kamu masih mikir, “masa aku yang lulusan kampus ternama kalah sama dia yang biasa aja?”. Padahal, gak semua orang harus punya jalan yang sama untuk disebut berhasil. Bisa jadi kamu justru sedang menuju hal yang lebih sesuai buat dirimu sendiri. Gak apa-apa kalau sekarang kamu belum secemerlang dulu, atau harus mulai lagi dari awal. Hidup gak butuh pembanding, yang penting kamu tetap jalan di arah yang kamu pilih sendiri.

4. Cari hal yang bisa mengembalikan ambisimu

Ilustrasi merangkai bunga (pexels.com/Amina Filkins)

Setelah gagal berkali-kali, wajar kalau kamu kehilangan semangat untuk mencoba lagi. Ambisi yang dulu terasa tak ada habisnya perlahan tergantikan oleh rasa lelah dan kecewa. Tapi kehilangan ambisi bukan berarti kamu kehilangan arah selamanya. Mungkin kamu cuma butuh jeda untuk menemukan hal yang benar-benar bikin hatimu bergerak lagi. Keinginan yang bukan muncul karena tekanan, melainkan dari ketertarikan yang tulus dari dalam diri.

Coba cari spark dalam hidupmu lagi lewat eksplor hal-hal baru. Kalau perlu, pikirkan apa yang ingin kamu lakukan seumpama uang atau pembuktian tak lagi jadi satu-satunya tujuan. Saat bukan berasal dari alasan eksternal, kamu bisa menemukan arah baru yang lebih jujur dan exciting.

5. Selektif dalam menerima kritik dan saran

Ilustrasi Mengobrol (pexels.com/Helena Lopes)

Gak semua kritik harus kamu dengarkan, apalagi kalau datang dari orang yang gak benar-benar tahu apa yang kamu hadapi. Kadang, orang lain merasa berhak menilai hanya karena mereka melihat hasil, tanpa tahu proses panjang di baliknya. Kalau kamu terus menampung semua suara, kamu akan kehilangan arah dan mulai ragu pada keputusan sendiri. Belajar membedakan mana masukan yang membangun dan mana yang hanya bikin kamu merasa selalu kurang. Kamu gak harus selalu membuktikan bahwa pilihanmu benar di mata semua orang.

Pada akhirnya, jangan merasa dirimu gagal hanya karena gak sebaik dulu lagi. Berada di titik yang terasa rendah bukan berarti kamu harus kehilangan arah. Menjadi versi dirimu yang terbaik gak harus terlihat atau terasa sempurna, apalagi di mata orang lain. Yuk, mulai sekarang praktikkan cara menerima diri saat gak jadi seorang high-achiever lagi agar kamu bisa menyusun ulang arti kesuksesan di masa kini!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team