Kalau perempuan berisiko terkena Cinderella Complex, maka pria dewasa dibayangi oleh Peter Pan Syndrome. Layaknya karakter tokoh fiksi Peter Pan, gejala Peter Pan Syndrome akan tampak dari kondisi seorang laki-laki yang belum mampu menunjukkan kedewasaan atau kematangan mental.
Ia pun kerap bertingkah kekanak-kanakan dan cenderung gak mau mengemban tanggung jawab. Biasanya, akan muncul ciri-ciri khas kalau pria dewasa sudah terkena Peter Pan Syndrome. Berikut lima ciri yang mudah dikenali.
Pada umumnya, laki-laki yang dianggap sudah dewasa secara angka akan berusaha untuk mandiri dalam hal apa pun. Namun, saat kedewasaan mental belum dimiliki, mereka justru kerap terlihat masih bergantung pada orang lain, seperti orangtua. Jangankan hidup mandiri, sekadar urusan finansial saja masih sulit bertanggung jawab sendiri.
Ada kesan mereka jadi sering merepotkan banyak orang. Bahkan, kondisi ini juga mulai melebar pada lingkungan sosial. Di saat laki-laki yang dianggap dewasa harusnya sudah bisa diandalkan oleh keluarga hingga masyarakat yang terjadi justru mereka masih jadi 'beban' untuk orang-orang di sekitarnya.
Kedewasaan memang kerap dikaitkan dengan urusan komitmen. Sayangnya, saat sindrom ini menyerang, komitmen justru jadi hal yang paling dihindari. Mereka gak mau komit pada banyak hal, termasuk urisan karier dan hubungan.
Dalam hal pekerjaan, mereka akan cenderung mudah merasa bosan dan menganggap bekerja apa pun sangat berat. Ujungnya, mereka jadi mudah meninggalkan pekerjaan yang dilakoni alias resign dan sayangnya itu terjadi berulang kali.
Bahkan soal hubungan pun ternyata juga gak jauh beda. Mereka merasa takut berkomitmen hingga sering memilih jalan putus saat ditagih keseriusannya. Andai sudah mau menikah pun, laki-laki semacam ini cenderung enggan mengambil peran besar dalam rumah tangga.
Namanya juga belum matang secara mental, gak heran kalau belum punya rencana masa depan yang pasti. Salah satu tandanya akan terlihat dari ketidakmampuan dalam mengatur urusan finansial alias gak bisa pegang uang. Mereka hanya memikirkan hari ini tanpa kenal konsep saving demi masa depan.
Parahnya lagi, laki-laki dengan Peter Pan Syndrome cenderung gak punya ambisi besar dalam hidupnya. Di saat teman-teman lain mengejar karier demi kemapanan atau mulai menjalin hubungan serius, mereka justru terlalu santai dan gak mau ambil tanggung jawab apa pun meski demi hidupnya sendiri.
Berkomitmen saja sudah takut, gak heran kalau mereka juga gak punya keberanian saat dihadapkan dengan keharusan untuk mengambil keputusan. Alasannya gak jauh dari rasa enggan untuk bertanggung jawab atas apa yang jadi risiko keputusan tersebut nantinya.
Selain itu, mereka juga cenderung gak mau mengakui kesalahan yang mungkin saja akan terjadi hingga memilih untuk menghindar saat diminta mengambil keputusan. Bagi mereka, lebih baik membiarkan orang lain yang memutuskan agar andai ada kesalahan bisa dilempar pada orang lain juga.
Sudah gak mau mengemban tanggung jawab, gak berani ambil keputusan, masih ditambah sikap gak mau disalahkan. Gak heran kalau sisi kekanakan semacam ini membuat mereka jadi pribadi yang paling gak bisa menerima kritik dengan pikiran yang terbuka.
Bahkan, andai kritik yang datang dirasa cukup menekan mental, mereka jadi mudah tersulut emosi. Kondisi emosi yang gampang meledak-ledak ini juga jadi bukti kalau mental mereka memang belum dewasa hingga sering kesulitan untuk mengendalikan emosi negatif yang dirasakan.
Laki-laki yang sudah dewasa secara usia seharusnya mulai mbil sikap untuk meningkatkan kualitas diri agar punya kematangan mental. Jangan sampai kelima ciri tadi justru mendekam dalam diri hingga divonis mengalami gejala Peter Pan Syndrome. Jangan ragu untuk terus perbaiki diri.