Surat Al-Mu'minun Ayat 25-48 Arab: Arti, Kandungan dan Keutamaan

Memuat kisah Nabi Nuh, Nabi Hud, dan Nabi Musa

Surat Al-Mu’minun adalah surat yang terdiri dari 118 ayat. Surat ini termasuk ke dalam golongan surat Makkiyah. Surat Al-Mu’minun artinya adalah 'orang-orang yang beriman', sehingga dalam surat ini menjelaskan tentang sifat-sifat orang yang beriman yang dapat membawa kebahagiaan dalam dunia maupun akhirat.

Berikut arti, kandungan, dan juga keutamaan dari Surat Al-Mu'minun ayat 25 sampai 48.

1. Surat Al-Mu'minun ayat 25-48 beserta artinya

Surat Al-Mu'minun Ayat 25-48 Arab: Arti, Kandungan dan KeutamaanFreepik/ rawpixel

Berikut merupakan Al-Mu’minun ayat 25-48 dan terjemahannya:


اِنْ هُوَ اِلَّا رَجُلٌۢ بِهٖ جِنَّةٌ فَتَرَبَّصُوْا بِهٖ حَتّٰى حِيْنٍ

in huwa illā rajulum bihī jinnatun fa tarabbaṣụ bihī ḥattā ḥīn

25. Dia hanyalah seorang laki-laki yang gila, maka tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai waktu yang ditentukan.”


قَالَ رَبِّ انْصُرْنِيْ بِمَا كَذَّبُوْنِ

qāla rabbinṣurnī bimā każżabụn

26. Dia (Nuh) berdoa, “Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku.”


فَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ اَنِ اصْنَعِ الْفُلْكَ بِاَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا فَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّوْرُۙ فَاسْلُكْ فِيْهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَاَهْلَكَ اِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ مِنْهُمْۚ وَلَا تُخَاطِبْنِيْ فِى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْاۚ اِنَّهُمْ مُّغْرَقُوْنَ

fa auḥainā ilaihi aniṣna'il-fulka bi`a'yuninā wa waḥyinā fa iżā jā`a amrunā wa fārat-tannụru fasluk fīhā ming kullin zaujainiṡnaini wa ahlaka illā man sabaqa 'alaihil-qaulu min-hum, wa lā tukhāṭibnī fillażīna ẓalamụ, innahum mugraqụn

27. Lalu Kami wahyukan kepadanya, “Buatlah kapal di bawah pengawasan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami datang dan tanur (dapur) telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam (kapal) itu sepasang-sepasang dari setiap jenis, juga keluargamu, kecuali orang yang lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa siksaan) di antara mereka. Dan janganlah engkau bicarakan dengan-Ku tentang orang-orang yang zalim, sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.


فَاِذَا اسْتَوَيْتَ اَنْتَ وَمَنْ مَّعَكَ عَلَى الْفُلْكِ فَقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ نَجّٰىنَا مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ

fa iżastawaita anta wa mam ma'aka 'alal-fulki fa qulil-ḥamdu lillāhillażī najjānā minal-qaumiẓ-ẓālimīn

28. Dan apabila engkau dan orang-orang yang bersamamu telah berada di atas kapal, maka ucapkanlah, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami dari orang-orang yang zalim.”


وَقُلْ رَّبِّ اَنْزِلْنِيْ مُنْزَلًا مُّبٰرَكًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِيْنَ

wa qur rabbi anzilnī munzalam mubārakaw wa anta khairul-munzilīn

29. Dan berdoalah, “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.”


اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ وَّاِنْ كُنَّا لَمُبْتَلِيْنَ

inna fī żālika la`āyātiw wa ing kunnā lamubtalīn

30. Sungguh, pada (kejadian) itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah); dan sesungguhnya Kami benar-benar menimpakan siksaan (kepada kaum Nuh itu).


ثُمَّ اَنْشَأْنَا مِنْۢ بَعْدِهِمْ قَرْنًا اٰخَرِيْنَ ۚ

ṡumma ansya`nā mim ba'dihim qarnan ākharīn

31. Kemudian setelah mereka, Kami ciptakan umat yang lain (kaum ‘Ad).


فَاَرْسَلْنَا فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ ࣖ

fa arsalnā fīhim rasụlam min-hum ani'budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, a fa lā tattaqụn

32. Lalu Kami utus kepada mereka, seorang rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata), “Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”


وَقَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِهِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَكَذَّبُوْا بِلِقَاۤءِ الْاٰخِرَةِ وَاَتْرَفْنٰهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۙ مَا هٰذَآ اِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْۙ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُوْنَ مِنْهُ وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُوْنَ

wa qālal-mala`u ming qaumihillażīna kafarụ wa każżabụ biliqā`il-ākhirati wa atrafnāhum fil-ḥayātid-dun-yā mā hāżā illā basyarum miṡlukum ya`kulu mimmā ta`kulụna min-hu wa yasyrabu mimmā tasyrabụn

33. Dan berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya dan yang mendustakan pertemuan hari akhirat serta mereka yang telah Kami beri kemewahan dan kesenangan dalam kehidupan di dunia, “(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan apa yang kamu makan, dan dia minum apa yang kamu minum.”


وَلَىِٕنْ اَطَعْتُمْ بَشَرًا مِّثْلَكُمْ اِنَّكُمْ اِذًا لَّخٰسِرُوْنَ ۙ

wa la`in aṭa'tum basyaram miṡlakum innakum iżal lakhāsirụn

34. Dan sungguh, jika kamu menaati manusia seperti kamu, niscaya kamu pasti rugi.


اَيَعِدُكُمْ اَنَّكُمْ اِذَا مِتُّمْ وَكُنْتُمْ تُرَابًا وَّعِظَامًا اَنَّكُمْ مُّخْرَجُوْنَ ۖ

a ya'idukum annakum iżā mittum wa kuntum turābaw wa 'iẓāman annakum mukhrajụn

35. Adakah dia menjanjikan kepada kamu, bahwa apabila kamu telah mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, sesungguhnya kamu akan dikeluarkan (dari kuburmu)?


۞ هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوْعَدُوْنَ ۖ

haihāta haihāta limā tụ'adụn

36. Jauh! Jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu,


اِنْ هِيَ اِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوْتُ وَنَحْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوْثِيْنَ ۖ

in hiya illā ḥayātunad-dun-yā namụtu wa naḥyā wa mā naḥnu bimab'ụṡīn

37. (kehidupan itu) tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, (di sanalah) kita mati dan hidup dan tidak akan dibangkitkan (lagi),


اِنْ هُوَ اِلَّا رَجُلُ ِۨافْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا وَّمَا نَحْنُ لَهٗ بِمُؤْمِنِيْنَ

dm-player

in huwa illā rajuluniftarā 'alallāhi każibaw wa mā naḥnu lahụ bimu`minīn

38. Dia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, dan kita tidak akan mempercayainya.


قَالَ رَبِّ انْصُرْنِيْ بِمَا كَذَّبُوْنِ

qāla rabbinṣurnī bimā każżabụn

39. Dia (Hud) berdoa, “Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku.”


قَالَ عَمَّا قَلِيْلٍ لَّيُصْبِحُنَّ نٰدِمِيْنَ ۚ

qāla 'ammā qalīlil layuṣbiḥunna nādimīn

40. Dia (Allah) berfirman, “Tidak lama lagi mereka pasti akan menyesal.”


فَاَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ بِالْحَقِّ فَجَعَلْنٰهُمْ غُثَاۤءًۚ فَبُعْدًا لِّلْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ

fa akhażat-humuṣ-ṣaiḥatu bil-ḥaqqi fa ja'alnāhum guṡā`ā, fa bu'dal lil-qaumiẓ-ẓālimīn

41. Lalu mereka benar-benar dimusnahkan oleh suara yang mengguntur, dan Kami jadikan mereka (seperti) sampah yang dibawa banjir. Maka binasalah bagi orang-orang yang zalim.


ثُمَّ اَنْشَأْنَا مِنْۢ بَعْدِهِمْ قُرُوْنًا اٰخَرِيْنَ ۗ

ṡumma ansya`nā mim ba'dihim qurụnan ākharīn

42. Kemudian setelah mereka Kami ciptakan umat-umat yang lain.


مَا تَسْبِقُ مِنْ اُمَّةٍ اَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُوْنَ ۗ

mā tasbiqu min ummatin ajalahā wa mā yasta`khirụn

43. Tidak ada satu umat pun yang dapat menyegerakan ajalnya, dan tidak (pula) menangguhkannya.


ثُمَّ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَاۗ كُلَّمَا جَاۤءَ اُمَّةً رَّسُوْلُهَا كَذَّبُوْهُ فَاَتْبَعْنَا بَعْضَهُمْ بَعْضًا وَّجَعَلْنٰهُمْ اَحَادِيْثَۚ فَبُعْدًا لِّقَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُوْنَ

ṡumma arsalnā rusulanā tatrā, kullamā jā`a ummatar rasụluhā każżabụhu fa atba'nā ba'ḍahum ba'ḍaw wa ja'alnāhum aḥādīṡ, fa bu'dal liqaumil lā yu`minụn

44. Kemudian, Kami utus rasul-rasul Kami berturut-turut. Setiap kali seorang rasul datang kepada suatu umat, mereka mendustakannya, maka Kami silih gantikan sebagian mereka dengan sebagian yang lain (dalam kebinasaan). Dan Kami jadikan mereka bahan cerita (bagi manusia). Maka kebinasaanlah bagi kaum yang tidak beriman.


ثُمَّ اَرْسَلْنَا مُوْسٰى وَاَخَاهُ هٰرُوْنَ ەۙ بِاٰيٰتِنَا وَسُلْطٰنٍ مُّبِيْنٍۙ

ṡumma arsalnā mụsā wa akhāhu hārụna bi`āyātinā wa sulṭānim mubīn

45. Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata,


اِلٰى فِرْعَوْنَ وَمَلَا۟ىِٕهٖ فَاسْتَكْبَرُوْا وَكَانُوْا قَوْمًا عَالِيْنَ ۚ

ilā fir'auna wa malā`ihī fastakbarụ wa kānụ qauman 'ālīn

46. kepada Fir‘aun dan para pemuka kaumnya, tetapi mereka angkuh dan mereka memang kaum yang sombong.


فَقَالُوْٓا اَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عٰبِدُوْنَ ۚ

fa qālū a nu`minu libasyaraini miṡlinā wa qaumuhumā lanā 'ābidụn

47. Maka mereka berkata, “Apakah (pantas) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita, padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?”


فَكَذَّبُوْهُمَا فَكَانُوْا مِنَ الْمُهْلَكِيْنَ

fa każżabụhumā fa kānụ minal-muhlakīn

48. Maka mereka mendustakan keduanya, sebab itu mereka termasuk orang yang dibinasakan.

Baca Juga: Surat Al-Anfal Ayat 1-25 Arab: Arti, Kandungan dan Keutamaan

2. Kandungan surat Al-Mu'minun ayat 25-48

Surat Al-Mu'minun Ayat 25-48 Arab: Arti, Kandungan dan KeutamaanIlustrasi umat muslim salat di masjid (Unsplash/@elmasholy)

Surat Al-Mu’minun menjelaskan tentang orang-orang yang beriman. Dalam surat ini juga menjelaskan kepastian datangnya hari kebangkitan dan berbagai hal di hari kiamat. Untuk itu, dalam surat ini juga menjelaskan tentang kewajiban manusia untuk bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. 

Surat ini juga memuat kisah Nabi Nuh, Nabi Hud, dan juga Nabi Musa. Kisah para Rasul tersebut tidak lain adalah saat kaumnya mendustakan mereka. Para Rasul tersebut berdoa meminta pertolongan kepada Allah SWT, dan akhirnya Allah SWT memberikan azab kepada kaum yang mendustakan para Rasul tersebut. 

3. Keutamaan surat Al-Mu'minun

Surat Al-Mu'minun Ayat 25-48 Arab: Arti, Kandungan dan Keutamaanfreepik.com

Surat Al-Mu'minun memiliki beberapa keutamaan jika membacanya. Berikut ini beberapa keutamaannya:

  • Surat Al-Mu’minun memiliki keutamaan dapat tercapainya suatu kebahagiaan dan mampu membawa umatnya berada di surga Firdaus

Abi Abdullah berkata, "Barangsiapa yang membaca Surah Al-Mu'minun, maka Allah memberinya stempel kebahagiaan. Dan jika ia melanggengkan (istiqamah) membacanya di setiap hari Jumat, maka tempat tinggalnya adalah di dalam surga Firdaus yang luhur bersama para Nabi dan Rasul." (Tsawabul A'mal: 138)

  • Keutamaan dari surat ini juga bisa membantu menjadi doa bagi orang-orang yang suka meminum-minuman keras

Nabi telah bersabda, "Barangsiapa yang menulisnya (Surah Al-Mu'minun) dan mengalungkannya kepada orang yang suka minum minuman keras (khamr), maka ia akan membenci minuman keras itu dan tidak akan mau mendekatinya lagi." (Tafsirul Burhan, Juz 5: 325)

Itulah arti, kandungan, dan keutamaan dari surat Al-Mu'minun ayat 25-48. Semoga kita terhindar dari sifat-sifat seperti kaum yang mendustakan para Rasul tersebut. Amin.

Topik:

  • Cynthia Nanda Irawan

Berita Terkini Lainnya