ilustrasi Al-Qur'an (unsplash.com/afiq fatah)
Semakin berkembangnya zaman, orang-orang Arab kian bersentuhan dengan masyarakat bukan Arab (`Ajam). Hal ini membuat sebagian kosakata (mufrodat) Al-Qur'an dan gaya bahasanya (uslub) sulit dipahami sebagian orang Muslim`Ajam.
Karena itu, muncullah tafsir-tafsir Al-Qur'an, dimulai dari tafsir kosakata atau ghoribul Al-Qur'an. Di antara para ahli tafsir terkemuka, ada tiga ahli tafsir yang utama.
Karya-karya kitabnya telah memberikan pengaruh besar hingga kini. Mereka adalah Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (224 - 310 H), Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Qurtuby (w 671 H), dan Imaduddin Abul Fida' Ismail bin Amr bin Katsir (w 774 H).
Ilmu tafsir Al-Qur'an terus berkembang hingga kini menjadi karunia Allah SWT. Dalam Al-Qur'an, ditegaskan melalui surah al-Qiyamah ayat 17-19, yang artinya,
“'Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (Al-Qur'an di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya.”
Seiring bergulirnya waktu, tafsir ini muncul dengan berbagai corak, gaya, metode tulisan, dan bahasa yang tersebar di seluruh dunia. Di Indonesia, sudah banyak tersebar buku tafsir yang berbahasa Indonesia hingga bahasa daerah.