Dongeng Jadi Senjata Eklin Amtor de Fretes Melawan Sejarah Kelam

Bisakah dongeng jadi jalan untuk menyebarkan perdamaian?

Mari berwisata sejenak ke tanah Maluku di tahun 1999. Tidak hanya keindahan alam yang bakal menyambutmu, tapi juga konflik sosial yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa. Kala itu, Maluku khususnya Ambon, berada dalam situasi yang mencekam sekaligus memprihatinkan.

Bermula dari isu etnis dan agama, konflik meluas hingga menyebabkan kerugian di berbagai sektor. Bukan sehari dua hari, konflik yang kelak menjadi sebuah sejarah kelam itu berlangsung hingga hampir empat tahun lamanya.

Seorang bocah laki-laki berusia tujuh tahunan bernama Eklin Amtor de Fretes turut menyaksikan konflik berdarah tersebut. Ketakutan dan kecemasan yang terjadi saat itu masih membekas di ingatan Eklin hingga dia tumbuh dewasa. Eklin hanyalah satu dari sekian banyak anak Maluku yang tumbuh dalam bayang-bayang sejarah kelam. 

1. Cerita kelam terus terdengar meski konflik telah usai

Dongeng Jadi Senjata Eklin Amtor de Fretes Melawan Sejarah KelamEklin Amtor de Fretes, peraih Satu Indonesia Awards 2020. (Instagram.com/kak_eklin)

Konflik sosial di Maluku dinyatakan usai pada tahun 2002. Namun, Eklin dan kawan-kawan sebayanya tidak bisa kembali bermain dan bercengkerama dengan riang seperti sedia kala. Konflik menyisakan sekat-sekat antar etnis dan agama yang sulit ditembus. Terbentuklah kelompok-kelompok masyarakat yang kemudian membatasi diri dari orang lain di luar lingkarannya. 

Segregasi namanya, istilah untuk pemisahan suatu golongan dari golongan lainnya. Anak-anak seusia Eklin kala itu tidak bisa berbuat banyak selain menuruti arahan orang-orang dewasa, yang membentengi diri kuat-kuat dengan memberi label buruk terhadap golongan lain di luar kelompok mereka.

Tahun demi tahun berlalu setelah konflik usai, cerita kelam ternyata terus digaungkan oleh para orang tua kepada anak mereka. Anak-anak dijejali cerita tentang betapa mengerikannya situasi saat konflik pecah, hingga kebencian dan dendam terhadap kelompok lain. Dari situlah provokasi tercipta, kemudian diwariskan menjadi cerita kelam yang menghantui generasi berikutnya.

2. Ada secercah harapan untuk menghidupkan kembali perdamaian di tanah Maluku

Dongeng Jadi Senjata Eklin Amtor de Fretes Melawan Sejarah KelamEklin Amtor de Fretes, peraih Satu Indonesia Awards 2020. (Instagram.com/kak_eklin)

Belasan tahun berlalu setelah konflik usai, Eklin Amtor de Fretes pun telah tumbuh dewasa dan menjadi seorang pendeta. Keresahan di batinnya terasa makin kuat tentang perpecahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Eklin punya misi ingin menyatukan kembali kelompok-kelompok masyarakat yang terpecah akibat konflik. Bukan sekadar ide, Eklin benar-benar mewujudkannya di tahun 2017.

Berbekal pengalaman dan akreditasi dari Living Values Education, sebuah program pendidikan nilai berdasarkan pengalaman untuk kelompok masyarakat yang terkena dampak kerusuhan, Eklin memulai perjalanannya menghidupkan kembali perdamaian dan persatuan di tanah Maluku. 

Eklin mendirikan program bernama Youth Interfaith Peace Camp atau kemah damai, dan merangkul pemuda lintas iman (Islam, Kristen, Katolik, serta Agama Suku Nuaulu) pada tahun 2017. Fokus kegiatan ini adalah menghidupkan nilai perdamaian lewat kreativitas dan aktivitas sehari-hari yang dekat dengan anak muda.

Berhasil dengan Youth Interfaith Peace Camp, Eklin juga membentuk komunitas yang dinamai Jalan Merawat Perdamaian (JMP). Berisi sekelompok anak muda yang punya tekad sama, kini Eklin tidak sendirian mengupayakan hidupnya kembali perdamaian pasca konflik.

Baca Juga: Eklin Sebarkan Perdamaian Lintas Agama dengan Dongeng

3. Kak Eklin si pendongeng kreatif

Dongeng Jadi Senjata Eklin Amtor de Fretes Melawan Sejarah KelamEklin Amtor de Fretes, peraih Satu Indonesia Awards 2020. (Instagram.com/kak_eklin)
dm-player

Menurut Eklin, kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap provokasi adalah anak-anak dan remaja. Merekalah yang paling banyak menerima cerita tentang suramnya masa konflik, lengkap dengan bumbu-bumbu provokasi yang bisa menumbuhkan dendam dan pandangan negatif terhadap kelompok masyarakat lain.

Bersama JMP, Eklin mencetuskan program mendongeng untuk menanamkan budi pekerti dan memupuk bibit perdamaian di kalangan anak-anak. Semua anak suka didongengi, bukan? Program inilah yang melahirkan sosok Kak Eklin, si pendongeng kreatif yang menyebarkan kisah-kisah inspiratif. 

Meski terkesan sepele, mendongeng rupanya bukan pekerjaan yang mudah, terlebih bagi Eklin yang pada dasarnya kurang bisa membaur dengan anak-anak. Tekad yang kuat membuat Eklin tergerak untuk mempelajari teknik mendongeng lewat beberapa video di Youtube, termasuk berlatih suara perut yang dikenal dengan istilah ventriloquist. Eklin juga membeli sebuah boneka yang dinamai Dodi, akronim dari Dongeng Damai, sebagai media mendongeng agar terkesan lebih menyenangkan di mata anak-anak.

4. Sudah berlatih, sudah menggandeng Dodi, perjalanan Kak Eklin mendongeng ternyata tetap tidak mulus

Dongeng Jadi Senjata Eklin Amtor de Fretes Melawan Sejarah KelamEklin Amtor de Fretes, peraih Satu Indonesia Awards 2020. (Instagram.com/kak_eklin)

Berbekal persiapan matang, rupanya belum cukup untuk memuluskan upaya Eklin menyebarkan perdamaian lewat dongeng. Pada percobaan pertamanya mendongeng di awal tahun 2018, Eklin yang dikenal sebagai pendeta dianggap ingin melakukan kristenisasi lewat dongengnya. Dia pun diusir dari daerah tersebut.

Pantang menyerah, Eklin mencoba berkunjung ke daerah lain di hari berikutnya. Niat dalam hatinya begitu teguh, Eklin terus berusaha meski harus merogoh koceknya sendiri tiap kali melancarkan aksinya. Bahkan, Eklin memberanikan diri mengunjungi beberapa daerah konflik seperti Saleman dan Horale di Pulau Seram, lalu mendongeng untuk anak-anak di sana.

Tiap kali mendongeng, Eklin mengunggah dokumentasi kegiatannya di Facebook. Perlahan, banyak orang yang melihat kegigihannya, termasuk ketika Eklin mendongeng di sebuah rumah sakit untuk menghibur pasien usia anak-anak, turun ke daerah konflik, hingga masuk ke Pulau Damer yang merupakan salah satu daerah tertinggal di Maluku.

Berawal dari penolakan, dongeng Kak Eklin jadi satu hal yang dinantikan banyak anak di berbagai tempat. Eklin tidak perlu lagi mengumpulkan anak-anak sebelum mendongeng. Dia hanya perlu datang sesuai undangan, karena anak-anak sudah berkumpul dengan antusias, tak sabar menanti dongeng menarik darinya.

Bersama Dodi, Eklin berhasil mendidik anak-anak tentang nilai perdamaian. Dia bisa membawa anak-anak dari kampung Muslim berbaur dengan anak dari kampung Kristen. Mereka yang selama bertahun-tahun terpisah sekat semu, bisa kembali berpelukan dan tertawa bersama lewat dongeng yang Eklin tuturkan.

5. Berdirinya Rumah Dongeng Damai

Dongeng Jadi Senjata Eklin Amtor de Fretes Melawan Sejarah KelamEklin Amtor de Fretes, peraih Satu Indonesia Awards 2020. (Instagram.com/kak_eklin)

Selama berpindah-pindah tempat untuk mendongeng, Eklin menerima banyak sumbangan buku dongeng yang tidak muat jika semuanya disimpan di kamar pribadinya. Situasi ini yang mendorong Eklin mendirikan Rumah Dongeng Damai pada tahun 2019, sebuah tempat yang menampung buku-buku dongeng miliknya, serta menjadi wadah bagi siapa saja yang ingin belajar mendongeng atau berbagi ilmu lain yang bermanfaat. Rumah Dongeng Damai berdiri di atas lahan miliki keluarga Eklin di Ambon.

Program menarik lainnya juga lahir di Rumah Dongeng Damai, yaitu belajar bahasa asing seperti bahasa Inggris dan Jerman. Ada juga kelas seni yang bisa diikuti oleh siapa pun yang tertarik untuk belajar, tidak hanya terpaku pada anak-anak.

Eklin berpikir bahwa aktivitas mendongeng perlu dilestarikan dan diterapkan oleh lebih banyak orang. Dongeng yang seru dan mengasyikkan bisa merekatkan hubungan antara pendongeng dengan pendengar. Orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya, bisa memanfaatkan dongeng untuk menanamkan nilai positif dalam diri anak-anak.

Atas semua kerja keras dan misi mulia yang dijalankan Eklin Amtor de Fretes, rasanya dia memang pantas diganjar penghargaan Satu Indonesia Awards 2020 di bidang pendidikan. Dongeng menjadi senjata Eklin melawan cerita kelam dan perpecahan yang terjadi pasca konflik. Asa untuk mewujudkan perdamaian akan selalu ada.

Baca Juga: Semangat Eklin Ajarkan Perdamaian pada Anak-Anak Maluku lewat Dongeng

Dian Arthasalina Photo Verified Writer Dian Arthasalina

bukan orang penting, kecuali anda mementingkan saya. kadang-kadang ngoceh di instagram @arthasalina

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya