5 Filosofi Kehidupan Orang Jepang, Ciptakan Kedamaian Hidup

Hidup dalam damai ala Negeri Matahari Terbit, nih!

Jepang terkenal akan beragam keunikannya, mulai dari budaya, seni, makanan, anime, keindahan alam, dan teknologi yang mutakhir. Inilah yang membuat Jepang terlihat sangat terdepan dibanding negara lainnya.

Tidak hanya itu, Jepang memiliki cara tersendiri untuk menikmati kehidupan. Kehidupan saat ini yang amat cepat perkembangannya membuat beberapa orang menghadapi kesulitan memaknai kehidupan.

Jepang memiliki beberapa filosofi kehidupan yang dapat diterapkan supaya hidup kamu menjadi lebih damai. Tak adal salahnya untuk mencoba, lho!

Baca Juga: 6 Filosofi Kehidupan dari Anime Death Note, Bahayanya Kekuasaan

1. Ichigo ichie

5 Filosofi Kehidupan Orang Jepang, Ciptakan Kedamaian Hidupilustrasi upacara minum teh di Jepang (unsplash.com/Roméo A)

Filosofi Ichigo ichie didasari oleh jamuan upacara minum teh di Jepang. Upacara minum teh memang lekat dilakukan di Jepang, baik untuk menyambut tamu atau berkumpul dengan keluarga. Jamuan upacara yang hikmat ini dilakukan untuk memaknai kehidupan pada masa sekarang.

Upacara minum teh ini memfokuskan pikiran dengan tidak memikirkan masa yang telah kita lewati (masa lampau) ataupun ketidakpastian kehidupan di masa yang akan datang (masa depan). Jamuan teh ini juga mengajarkan kita untuk menghargai setiap momen bersama orang yang kita sayangi.

Salah satu master teh, Yamanoue Soji, menulis sebuah catatan yang berbunyi, “Perlakukanlah orang yang mempertemukan anda seolah-olah pertemuan tersebut hanya akan terjadi satu kali dalam seumur hidup." Untuk itu, hargailah setiap peristiwa kehidupan kita yang mungkin hanya akan terjadi satu kali dalam hidup kita.

2. Ikigai

5 Filosofi Kehidupan Orang Jepang, Ciptakan Kedamaian Hidupilustrasi buku Ikigai (unsplash.com/Shreesha bhat)

Filosofi kehidupan berikutnya adalah ikigai. Ikigai sangat erat dengan kehidupan masyarakat Jepang. Ikigai dapat diartikan sebagai kehidupan yang baik, damai, tenang atau kehidupan yang well-being.

Salah satu penelitian, Theorizing Ikigai or Life Worth Living Among Japanese University Students: A Mixed‑Methods Approach (2019), menyatakan bahwa ikigai ini dapat berguna ketika seseorang mengalami perasaan berada pada titik terendah dalam kehidupannya.

Dari hasil studi tersebut, dikatakan mereka masih dapat memerasakan ikigai (kebahagiaan) selagi orang tersebut masih memiliki tujuan dan harapan dalam kehidupannya. Ini dapat dikatakan seseorang yang putus harapan masih dapat merasakan kebahagian, kesenangan, kedamaian jika ia tahu bagaimana memposisikan dirinya saat itu.

Selain itu, bagaimana kita dapat menghargai setiap proses kehidupan yang kita jalani. Tidak apa-apa jika terjatuh dan  berusaha bangkit dari kegagalan. Ini akan menciptakan mental yang kuat untuk mencapai kedamaian kehidupan di masa depan. 

3. Nagomi

dm-player
5 Filosofi Kehidupan Orang Jepang, Ciptakan Kedamaian Hidupilustrasi rumah tradisonal Jepang (unsplash.com/ Hu Chen)

Filosofi berikutnya adalah nagomi. Filosofi ini mengajarkan keseimbangan, kenyamanan, dan kedamaian dalam jiwa dan raga manusia. Dalam huruf kanji, nagomi memiliki kemiripan penilisan dengan wa atau yang berarti harmonis. Filosofi ini tidak hanya digunakan di Jepang, tetapi seluruh penjuru negara dapat menerapkan nagomi.

Dikutip dari buku berjudul The Way of Nagomi, karya Ken Mogi, Ph.D, secara sederhana definisikan nagomi dengan kondisi kesadaran yang dialami oleh setiap manusia yang memiliki karakteristik rasa nyaman, keseimbangan emosi, kesejahteraan dan kedamaian dalam kehidupan. Oleh karena itu, nagomi ini dapat memberikan pemulihan terhadap tingkat stres, kecemasan, dan perselisihan terhadap seseorang.

Baca Juga: Filosofi Simbol Mandala, Menggambarkan Perjalanan Spiritual Seseorang?

4. Wabi sabi

5 Filosofi Kehidupan Orang Jepang, Ciptakan Kedamaian Hidupilustrasi wanita memakai kimono Jepang (unsplash.com/ Sorasak)

Wabi sabi adalah filosofi Jepang berikutnya. Dikutip dari buku Wabi Sabi Japanese Wisdom for a Perfectly Imperfect Life karya Beth Kempton, filosofi ini merupakan sebuah respons alami yang indah terhadap kehidupan nyata.

Wabi sabi ini sebuah penerimaan terhadap ketidak sempurnaan dalam hidup. Karena, mengejar kesempurnaan hidup tidak menciptakan sebuah kedamian dalam kehidupan kita. 

Di zaman sekarang, manusia dituntut hidup sempurna, seperti harus sempurna dalam menggapai tujuan hidup, sempurna dalam menjalani hubungan dengan orang tersayang, dan sempurna dalam jenjang karier. Kehidupan kita haruslah sempurna dan tidak perbolehkan melakukan kesalahan apa pun.

Filosofi wabi sabi mengajarkan kita pada penerimaan ketidak sempurnaan yang kita miliki. Karena, wabi sabi menerapkan slow living atau hidup dijalani dengan berproses perlahan-lahan agar hidup menjadi damai. 

5. Kaizen

5 Filosofi Kehidupan Orang Jepang, Ciptakan Kedamaian Hidupilustrasi rumah tradisional Jepang (unsplash.com/Agathe)

Filosofi terakhir adalah kaizen. Menurut artikel penelitian Kaizen as Global Business Philosophy for Continous Improvementof Business Performance (2019), menjelaskan bahwa kaizen sebuah filosofi Jepang mengenai teknik managemen yang berfokus pada perubahan setiap pergerakan, pengembangan, dan kemajuan.

Filosofi ini menunjukan perubahan tidak datang secara instan melainkan secara perlahan-lahan dan berkembang sedikit demi-sedikit. Terbukti dengan hasil yang signifikan kecil, tetapi nantinya akan mendapatkan hasilnya kelak. Ini juga dapat diterapkan ketika kamu ingin mengubah kebiasan yang dulunya kurang produktif menjadi jauh lebih produktif. 

Sudah tahu apa saja filosofi dari negeri yang terkenal akan bunga sakura dan Gunung Fuji ini, kan? Dari kelima filosofi Jepang di atas dapat menuntun kamu untuk hidup lebih damai. Terus berproses secara perlahan untuk meraih kedamaian kehidupan seutuhnya.

Baca Juga: 5 Tradisi Jepang untuk Hidup Sehat dan Sejahtera, Mau Coba?

Chand Pangestu Photo Writer Chand Pangestu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya