5 Sikap Jika Dirimu Tak Sesuai dengan Standar Kecantikan di Masyarakat
ilustrasi dobrak standar kecantikan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap budaya dan negara memiliki standar kecantikannya masing-masing. Selain itu, standar kecantikan juga berubah seiring berjalannya waktu. Sejak sebelum kecanggihan teknologi media sosial eksis, standar kecantikan sudah dilanggengkan dalam masyarakat.
Pernahkah kamu bergulat dengan isu standar kecantikan yang ada pada masyarakatmu? Di bawah ini adalah beberapa sikap yang bisa kamu lakukan untuk menghadapi isu standar kecantikan. Simak dulu, yuk!
1. Tak perlu ambil pusing
ilustrasi tak ambil pusing (pexels.com/Polina Tankilevitch)Gencarnya stigma tentang kecantikan di masyarakat membikin sebagian orang merasa rendah diri. Standar kecantikan seakan mengontrol selera seseorang agar mengikuti selera masyarakat. Apakah ingin terus-terusan dikontrol oleh mitos kecantikan yang melanggeng tersebut?
Jika kita amati lebih dalam, standar kecantikan akan berubah dari waktu ke waktu. Dengan begitu, kita pun seakan dipaksa untuk selalu berubah mengikutinya. Mengikuti standar kecantikan bagaikan sebuah perjalanan hidup yang melelahkan. Jika merasa lelah, lebih baik abaikan saja dan fokus pada potensi yang kamu miliki.
2. Ingin menyesuaikan diri dengan standar kecantikan? Boleh saja~
ilustrasi menghargai perbedaan standar (pexels.com/Monstera)Tubuh langsing dengan lekuk, bulu mata lebat dan lentik, serta hidung mancung masih menjadi standar kecantikan di masyarakat kita. Jika ternyata standar kecantikanmu sama dengan masyarakat, upayakanlah.
Selama upaya yang kamu lakukan aman dan sesuai SOP, lakukanlah. Ini adalah hakmu. Tidak ada yang bisa melarangmu untuk melakukan hal-hal sesuai keinginan dan seleramu.
Namun, satu hal yang perlu diingat adalah jangan memaksa orang lain di sekitarmu untuk turut menyesuaikan diri dengan standar tersebut. Terlebih, menilai rendah orang lain yang tidak termasuk dalam standar kecantikan. Hargailah setiap perbedaan standar yang ada.
Baca Juga: 5 Tips Atasi Tekanan Standar Kecantikan yang Terus Alami Perubahan
3. Kamu punya kebebasan untuk menciptakan standar kecantikan sendiri
Editor’s picks
ilustrasi kebebasan memilih (pexels.com/Ketut Subiyanto)Dengan menciptakan standar untuk diri sendiri, kamu berhasil mendobrak mitos-mitos kecantikan di masyarakat. Kamu memiliki kebebasan untuk mendefinisikan kata "cantik" menurut versimu sendiri.
Cantik tidak harus berkulit putih. Dengan hidung pesek atau mancung, kita tetap berharga. Dengan tubuh pendek atau tinggi, kita tetaplah ciptaan yang sempurna. Dengan tidak memercayai mitos-mitos kecantikan, hidup akan terasa lebih ringan dan bebas.
4. Sadari dirimu berharga
ilustrasi menyadari (pexels.com/Pavel Danilyuk)Standar kecantikan membikin sebagian orang yang tidak berada di dalamnya merasa minder. Padahal, kecantikan tidak bersumber dari hal-hal eksternal seperti penampilan saja. Percayalah, setiap manusia terlahir berharga.
Tolak ukur kebahagiaan sebaiknya tidak disandarkan pada keberhasilan mengikuti standar kecantikan. Tanpa mengikuti standar kecantikan, kita tetaplah berharga.
5. Gali keunikan yang ada pada dirimu
ilustrasi menggali keunikan (pexels.com/PICHA Stock)Definisi tentang cantik memiliki banyak versi. Apalagi, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Di mana pun berada, satu hal yang terpenting adalah menjadi diri sendiri.
Setiap orang terlahir unik. Tentu ada hal yang membedakan kita dengan orang lain. Temukanlah keunikan itu. Jadilah cantik dengan keunikan yang kamu miliki.
Apa pun bentuk tubuhmu, apa pun gaya berpakaianmu, kamu tetaplah cantik. Tidak perlu memusingkan standar kecantikan yang ada di masyarakat. Fokuslah untuk mengembangkan potensi diri dan hiduplah saling menghargai.
Baca Juga: 5 Standar Kecantikan Aneh Ini Pernah Jadi Tren di Masa Lalu, Apa Saja?
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Berita Terkini Lainnya
