8 Hal yang Dirasakan oleh Anak Perempuan Pertama, Si Overachiever 

Si paling overachiever dalam keluarga

Kehadiran anak perempuan pertama dalam keluarga sering kali menciptakan dinamika yang khas. Sebagai anak sulung atau anak tertua, kamu kadang-kadang diharapkan menjadi teladan bagi adik-adik kamu. Bahkan sejak usia dini, kamu sudah mengemban tugas untuk membantu orangtua untuk mengasuh adik-adik kamu.

Banyak harapan yang orangtua taruh pada anak perempuan pertama. Oleh sebab itu, mungkin saja kamu akan menjadi sosok yang cukup overachiever dan perfeksionis dalam keluarga serta kehidupan pribadi kamu. Berikut, delapan hal yang dirasakan oleh anak perempuan pertama.

1. Merasa bertanggung jawab terhadap emosi orang lain

8 Hal yang Dirasakan oleh Anak Perempuan Pertama, Si Overachiever ilustrasi merasa bertanggung jawab terhadap emosi orang lain (pexels.com/Elle Hughes)

Kamu sering dianggap sebagai figur yang stabil dalam keluarga dan perasaan tanggung jawab terhadap emosi orang lain bisa muncul seiring waktu. Kamu cenderung mengembangkan empati yang kuat dan merasa perlu untuk menjaga suasana hati dan kesejahteraan psikologis keluarga. Meski pun ini dapat memberikan kontribusi positif dalam hubungan keluarga, tetapi ini juga bisa menjadi sumber stres yang signifikan.

Kamu perlu belajar menetapkan batasan yang sehat. Terlalu mengidentifikasi diri dengan emosi orang lain atau merasa wajib untuk selalu menyelamatkan situasi dapat mengorbankan kesejahteraan mental dan emosional kamu. Oleh karena itu, kamu perlu mengembangkan keseimbangan yang sehat antara memberikan dukungan emosional dan menjaga keseimbangan diri kamu sendiri.

2. Diberi label sebagai 'overachiever' sejak usia dini

8 Hal yang Dirasakan oleh Anak Perempuan Pertama, Si Overachiever ilustrasi anak perempuan pertama dan kedua adiknya (pexels.com/Thanh Nhan)

Dalam lingkungan yang memberi tekanan untuk mencapai sesuatu, anak perempuan pertama sering kali merasa perlu untuk memenuhi atau bahkan melebihi harapan yang telah ditetapkan. Label ‘overachiever’ dapat memberikan dorongan positif, tetapi juga dapat menghasilkan tekanan yang berlebihan dan perasaan tidak puas meski pun kamu telah mencapai banyak prestasi. Kamu perlu memahami hal ini supaya kamu dapat mengelola ekspektasi dengan lebih seimbang.

Seperti semua individu, kamu memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang tanpa harus merasa terbebani oleh label tertentu. Label 'overachiever' seharusnya tidak menghalangi proses eksplorasi identitas dan penemuan jati diri kamu. Oleh karena itu, bentuklah support system yang baik untuk mengeksplorasi minat dan keinginan kamu tanpa rasa takut terhadap penilaian orang lain. Hal ini dapat membantu kamu membentuk identitas yang sehat dan berkelanjutan.

Baca Juga: 5 Sikap Anak Perempuan Pertama saat Sudah Sakit Hati, Banyak Diamnya

3. Terlalu mandiri

8 Hal yang Dirasakan oleh Anak Perempuan Pertama, Si Overachiever ilustrasi perempuan mandiri (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kemandirian anak perempuan pertama adalah hasil dari peran kamu sebagai anak tertua dalam keluarga. Kamu mungkin telah diajarkan untuk menjadi pemimpin dan mengatasi tantangan dengan cara kamu sendiri. Meski pun memiliki kemandirian adalah keterampilan yang baik, terlalu mandiri juga dapat mengisolasi kamu secara emosional dan menghambat kemampuan untuk bekerja sama dalam tim.

Kamu perlu menemukan keseimbangan antara kemandirian yang positif dan pengakuan terhadap kebutuhan kamu untuk mendapatkan support. Kesadaran akan potensi tekanan yang timbul dari terlalu mandiri dapat membantu kamu mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang seimbang, memperkuat hubungan dengan orang lain, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi kamu.

4. Menyediakan dukungan emosional bagi orangtua

8 Hal yang Dirasakan oleh Anak Perempuan Pertama, Si Overachiever ilustrasi anak perempuan pertama dan ibunya (pexels.com/Andre Piacquadio)

Anak perempuan pertama sering kali dianggap sebagai ‘pemimpin emosional’ di dalam keluarga. Kamu memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap perasaan orang di sekitarnya, terutama orangtua kamu. Tugas ini mungkin timbul secara alami atau secara tidak langsung diberikan kepada kamu dan sering kali anak perempuan pertama merespon dengan memberikan dukungan emosional kepada orangtua dalam berbagai situasi.

Kamu perlu memahami batasan-batasan peran ini dan belajar menemukan keseimbangan antara memberikan dukungan kepada orangtua dan menjaga kesejahteraan pribadi kamu. Ini dilakukan dengan pengembangan keterampilan untuk mengekspresikan kebutuhan dan merawat diri sendiri serta mengetahui kapan dan bagaimana mencari dukungan dari orang lain.

Baca Juga: 6 Peran Ayah dalam Perkembangan Hidup Anak Perempuan

5. Menjadi orangtua ketiga untuk saudara

8 Hal yang Dirasakan oleh Anak Perempuan Pertama, Si Overachiever ilustrasi keluarga bahagia (pexels.com/Migs Reyes)

Anak perempuan pertama sering diharapkan untuk menjadi contoh dan membantu dalam tugas-tugas orangtua. Meski pun ini dapat membentuk kepribadian kamu secara positif, namun hal ini juga dapat menciptakan tekanan ekstra dan mengubah dinamika hubungan antar saudara. Kamu perlu memahami batas-batas peran ini dan menemukan cara untuk menjaga keseimbangan.

Perlu dicatat bahwa peran sebagai orangtua ketiga juga dapat menimbulkan beban emosional dan fisik yang signifikan. Kamu mungkin merasa dituntut untuk selalu memberikan contoh yang baik, memenuhi harapan orangtua, dan mengatasi tantangan keluarga. Hal ini bisa menciptakan tekanan tambahan yang dapat mengarah pada kelelahan emosional dan burnout jika tidak dikelola dengan baik.

6. Merasa tidak pernah memiliki masa kecil karena tumbuh terlalu cepat

8 Hal yang Dirasakan oleh Anak Perempuan Pertama, Si Overachiever ilustrasi kakak dan adik bermain bersama (pexels.com/Josh Willink)

Kamu sering kali mendapati diri kamu sebagai anak perempuan pertama terlibat dalam peran tanggung jawab yang melebihi usia kamu. Kamu mungkin diminta untuk membantu orangtua merawat adik-adik, menyelesaikan tugas rumah tangga, atau bahkan mengasumsikan peran sebagai figur penasehat dalam keluarga. Semua ini bisa membuat kamu tumbuh lebih cepat daripada teman sebaya kamu yang mungkin dapat lebih bebas menikmati masa kecil.

Perasaan ini bisa menciptakan rasa nostalgia terhadap masa kecil yang tampaknya terlewatkan. Pada tingkat yang lebih dalam, hal ini dapat menciptakan dinamika internal di mana kamu mungkin merasa perlu terus-menerus membuktikan diri dan mencapai kesuksesan untuk mengatasi perasaan kehilangan masa kecil.

Baca Juga: 25 Kata-kata Sedih untuk Anak Perempuan, Menguatkan!

7. Cenderung perfeksionis dan kelelahan (burnout)

8 Hal yang Dirasakan oleh Anak Perempuan Pertama, Si Overachiever ilustrasi merasa burnout (pexels.com/Karolina Grabowska)

Cenderung perfeksionis dan risiko mengalami kelelahan (burnout) merupakan dua aspek yang sering kali saling terkait dalam kehidupan anak perempuan pertama. Dalam mencari pencapaian yang tinggi dan memenuhi ekspektasi yang diletakkan pada pundak kamu, kamu cenderung mengembangkan kecenderungan perfeksionis. Dorongan untuk mencapai standar yang sangat tinggi sering kali berakar dari keinginan untuk memenuhi harapan, baik dari diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Namun, seiring waktu, upaya untuk mencapai kesempurnaan ini dapat mengakibatkan tekanan yang berlebihan serta memberikan kontribusi pada kelelahan mental dan emosional.

Pada titik tertentu, kecenderungan perfeksionis ini dapat menjadi pemicu burnout. Kelelahan ini tidak hanya terkait dengan tugas atau tanggung jawab yang harus dipenuhi, tetapi juga dengan beban mental yang melelahkan. Kamu mungkin menemukan diri kamu terperangkap dalam siklus yang mengharuskan kamu terus berusaha mencapai standar yang makin tinggi, sementara kamu meremehkan kebutuhan kesejahteraan pribadi. Burnout dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental kamu, menekankan pentingnya pengelolaan stres dan perhatian terhadap batasan pribadi untuk mencegah dampak negatif yang lebih luas pada kesejahteraan kamu.

8. Selalu menjalani hidup dengan memprioritaskan orang lain

8 Hal yang Dirasakan oleh Anak Perempuan Pertama, Si Overachiever ilustrasi seorang anak perempuan pertama membantu ibunya di dapur (pexels.com/RDNE Stock project)

Pemikiran terus-menerus tentang kebutuhan orang lain dapat membuat kamu mengabaikan kebutuhan dan keinginan kamu sendiri. Ini dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam hidup dan merugikan kesejahteraan mental dan emosional kamu. Kamu perlu belajar untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara memberikan dukungan kepada orang lain dan menjaga diri sendiri.

Kamu perlu memahami bahwa sifat ini, meski pun muncul dari niat baik untuk mendukung orang-orang yang kamu cintai, hal ini juga dapat membawa risiko. Kamu mungkin cenderung mengorbankan kebutuhan dan keinginan pribadi untuk memenuhi harapan atau untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga. Pada tingkat ekstrem, hal ini dapat mengakibatkan pengorbanan diri yang berlebihan dan mengorbankan kesejahteraan pribadi.

Sebagai anak perempuan pertama, menjalani hidup dengan memprioritaskan orang lain dapat membawa dampak positif dan juga negatif. Namun dengan kesadaran akan kebutuhan diri sendiri dan kemampuan untuk menemukan keseimbangan, kamu dapat membentuk identitas yang kuat sambil tetap mendukung dan merawat orang-orang yang kamu cintai.

Baca Juga: 5 Kegelisahan Anak Perempuan Pertama yang Segera Nikah, Merasakannya?

Fairuz Marhaenda Prasida Photo Verified Writer Fairuz Marhaenda Prasida

Semoga tulisanku bermanfaat :)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya