Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Etika Menghadapi Perbedaan Pendapat dalam Islam, Hindari Perdebatan!

ilustrasi orang berbeda pendapat. (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)
ilustrasi orang berbeda pendapat. (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)
Intinya sih...
  • Perbedaan pendapat adalah fenomena yang lumrah terjadi dalam kehidupan manusia, termasuk dalam Islam.
  • Islam mengajarkan sikap lembut, penuh kesabaran, dan penghormatan terhadap perbedaan pendapat untuk menjaga harmoni.
  • Menghindari perdebatan tidak berarti menolak menyampaikan kebenaran, tetapi dilakukan dengan cara lembut dan penuh hikmah.

Perbedaan pendapat merupakan sebuah fenomena yang lumrah terjadi dalam kehidupan manusia. Dalam Islam, perbedaan pendapat atau dikenal dengan istilah ikhtilaf ternyata sudah sering terjadi sejak era para sahabat Nabi Muhammad.

Munculnya perbedaan pendapat sendiri biasanya dipengaruhi oleh background pengetahuan, pengalaman, serta sudut pandang yang beragam. Adanya perbedaan pendapat di kalangan manusia bisa menghadirkan peluang untuk saling belajar, memahami sudut pandang, dan mencari jalan keluar yang lebih baik.

Akan tetapi, jika hal tersebut tidak diatasi dengan bijak, perbedaan pendapat bisa menciptakan konflik atau kesalahpahaman. Untuk itu, Islam mengajarkan beberapa sikap dalam menghadapi perbedaan pendapat agar tetap menjaga ukhuwah dan harmoni.

1. Mengutamakan akhlak yang baik

ilustrasi berbicara dengan sopan. (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi berbicara dengan sopan. (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Umat Islam sangat ditekankan untuk mengedepankan akhlak yang mulia setiap kali melakukan aktivitas maupun saat berinteraksi dengan sesama, termasuk ketika menghadapi perbedaan pendapat dengan orang lain. Dalam situasi seperti itu, seorang muslim disarankan untuk menghadapi perbedaan dengan sikap lembut, penuh kesabaran, dan penghormatan terhadap pendapat orang lain. Hal ini membantu menjaga keharmonisan dan menghindari konflik yang tidak perlu.

Seorang muslim tidak diperkenankan mencaci mereka yang memiliki pendapat yang berbeda. Seyogyanya, seorang muslim senantiasa berbaik sangka dan saling melontarkan pujian meski berbeda pendapat sebagaimana yang dicontohkan oleh para ulama-ulama terdahulu. Fokuslah pada mencari kebenaran bersama dan memberikan penghargaan terhadap sudut pandang orang lain.

2. Tidak memaksakan pendapat

ilustrasi mendengarkan pendapat orang lain. (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi mendengarkan pendapat orang lain. (pexels.com/MART PRODUCTION)

Bukanlah sesuatu yang bijak saat seseorang tidak mau menerima bahkan mendengar pendapat orang lain. Pasalnya, setiap orang memiliki hak untuk berpendapat sesuai dengan pemahaman, pengalaman, dan keyakinan mereka. Oleh karena itu, sudah semestinya seorang muslim menghargai dan menghormati pendapat orang lain.

Pemaksaan pendapat tidak hanya berpeluang melahirkan konflik, tetapi juga dapat merusak hubungan. Sebaliknya, dengan menunjukkan keterbukaan hati dan mendengarkan sudut pandang orang lain dapat memperkaya wawasan dan memperkokoh persatuan. Tidak memaksakan pendapat bukan berarti meninggalkan prinsip, tetapi menunjukkan kebijaksanaan dalam menyampaikan kebenaran dengan cara yang penuh kelembutan dan penghormatan.

3. Menghindari debat yang tidak bermanfaat

ilustrasi berdiskusi. (pexels.com/Edmond Dantès)
ilustrasi berdiskusi. (pexels.com/Edmond Dantès)

Pada dasarnya Islam tidak melarang seseorang untuk berdebat, tetapi dengan catatan perdebatan tersebut tidaklah memicu perselisihan dan tidak membawa kemudaratan. Ketika seorang muslim dihadapkan dengan perbedaan pendapat, hendaknya ia mengarahkan energi pada dialog yang konstruktif dan penuh etika dibandingkan hanya mengutamakan ego semata. Sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur'an, surah An-Nahl ayat 125, Allah Ta'ala berfirman,

Artinya: "Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk."

Sikap menghindari perdebatan bukan berarti menolak untuk menyampaikan kebenaran. Sebaliknya, hal itu dapat dilakukan dengan cara yang lembut dan penuh hikmah. Mengizinkan perdebatan yang tidak perlu hanya akan membuat seseorang teralihkan dari fokus mencapai solusi dan mencari rida Allah Ta'ala. Dengan demikian, perbedaan pendapat dapat dikelola dengan damai tanpa merusak hubungan atau menimbulkan permusuhan.

4. Mengembalikan kepada Allah dan Rasul

ilustrasi membaca Al-Qur'an. (pexels.com/Alena Darmel)
ilustrasi membaca Al-Qur'an. (pexels.com/Alena Darmel)

Menyikapi perbedaan pendapat dengan merujuk pada Allah Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam adalah salah satu prinsip fundamental dalam Islam. Ketika seorang muslim menemui perbedaan, sangat dianjurkan untuk mencari solusi yang bersumber dari petunjuk Al-Qur'an dan sunah. Dalam Al-Qur'an, surah An-Nisa ayat 59, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ululamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunahnya) jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih bagus akibatnya (di dunia dan di akhirat)."

Ayat ini dengan jelas menunjukkan, bahwa Islam telah menyediakan pedoman tegas untuk menghadapi perbedaan. Mengembalikan perbedaan kepada Allah dan Rasulullah juga berarti merujuk kepada ulama atau orang-orang yang memiliki pemahaman mendalam tentang Al-Qur'an dan hadis.

Lewat hal tersebut, maka perbedaan dapat diselesaikan secara adil dan bijaksana tanpa menimbulkan konflik yang merugikan. Di sisi lain, sikap ini juga menjadi refleksi kepatuhan seorang muslim terhadap ajaran Islam serta menunjukkan kesungguhan dalam menjaga ukhuwah dan keharmonisan dalam masyarakat.

Dengan menerapkan etika yang telah disebutkan di atas, maka perbedaan pendapat dapat menjadi sarana untuk saling belajar, memperkaya wawasan, dan memperkuat persaudaraan. Selain itu, seorang muslim sudah semestinya memandang perbedaan sebagai sebuah rahmat bukan sumber konflik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fajriyatun Najah
EditorFajriyatun Najah
Follow Us