Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi membuka sosial media (pexels.com/Los Muertos Crew)

Media sosial menjadi bagian hidup dari milenial dan gen z. Bahkan mereka akan menghabiskan sebagian besar waktunya hanya untuk scrolling tanpa tujuan yang pasti. Tidak jarang memilih berfokus pada interaksi di dunia maya daripada realita. Tapi ada fakta menarik yang perlu diketahui dari kehidupan di media sosial.

Yang perlu dipertanyakan, apakah media sosial itu relate dengan realita? Tentu kita akan mendapati sejumlah fakta yang patut direnungkan kembali. Selanjutnya dapat mengelola diri dengan bijak dalam bermedia sosial. Kurang lebih, terdapat tujuh fakta kehidupan di media sosial yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan.

1. Orang hanya akan menampilkan sisi terbaik dalam hidupnya

ilustrasi scrolling sosial media (pexels.com/Szabo Viktor)

Jika kita membahas tentang media sosial, tentu ini berkaitan erat dengan kehidupan generasi muda. Jika diibaratkan, media sosial menjadi dunia baru yang menyita fokus dan perhatian. Sebagai upaya mengelola diri di era digital, kita perlu mengetahui beberapa fakta mengenai kehidupan di media sosial.

Salah satunya orang hanya menampilkan sisi terbaik dalam hidupnya. Contohnya kehidupan yang mapan, karier cemerlang, atau memiliki pencapaian yang dianggap ideal. Orang tidak benar-benar menunjukkan seluruh alur kehidupannya secara detail.

2. Personal branding di media sosial belum tentu mencerminkan kondisi sesungguhnya

ilustrasi scrolling sosial media (pexels.com/Juan Pablo Serrano Arenas)

Di era sekarang ini personal branding tentu menjadi istilah yang sudah tidak asing lagi. Seseorang akan membangun citra diri positif. Dalam lingkup profesional, personal branding di media sosial juga kerap menjadi pertimbangan untuk menentukan kualitas seseorang.

Tapi di satu sisi, kehidupan di media sosial juga bersifat semu. Personal branding di media sosial belum tentu mencerminkan kondisi sesungguhnya. Banyak orang membangun citra ciri yang terlihat mengagumkan, namun tidak diiringi dengan unjuk keterampilan yang konsisten.

3. Beberapa orang mungkin sangat selektif terhadap orang-orang yang dapat mengikutinya di media sosial

ilustrasi media sosial (pexels.com/Cottonbro Studio)

Media sosial memang memungkinkan kita memiliki jangkauan seluas mungkin. Termasuk berinteraksi dengan orang yang sebelumnya sama sekali tidak pernah dikenal. Tapi apakah semua orang memiliki prinsip sedemikian rupa dalam bermedia sosial? Tentu saja jawabannya tidak

Beberapa orang mungkin sangat selektif terhadap orang-orang yang dapat mengikuti di media sosial. Mereka memastikan hanya orang-orang yang pernah dijumpai di dunia nyata. Tentu ini berkaitan erat dengan media sosial sebagai aktualisasi diri tanpa perlu pencitraan dan validasi. Orang-orang sudah mengetahui karakter dan kepribadian seseorang tanpa adanya manipulasi.

4. Seringkali media sosial disertai dengan haus validasi

ilustrasi membuka sosial media (pexels.com/Daria Shevtsova)

Kita tidak bisa memungkiri fakta banyak orang kecanduan media sosial. Bahkan menjadi patokan utama dalam setiap kegiatan yang dijalani. Tidak jarang standar yang berlaku di media sosial juga dijadikan sebagai prinsip ideal.

Mari kita bahas Lebih detail mengenai fakta kehidupan di media sosial. Seringkali seseorang mengejar validasi yang bersifat semu. Like, komentar, dan love story dijadikan sebagai tujuan utama. Fokus utama bukan untuk mengekspresikan diri, namun mengejar apresiasi yang bersifat palsu.

5. Media sosial dapat membawa sisi positif maupun negatif

ilustrasi bermain media sosial (pexels.com/Artem Beliaikin)

Kehidupan di media sosial memang terlihat mengagumkan. Tidak heran banyak milenial dan gen z menjadikan media sosial sebagai pusat fokus dan perhatian. Tapi kita perlu mengetahui fakta terkait relevansi kehidupan di media sosial dengan realita.

Termasuk menyadari bahwa media sosial dapat membawa sisi positif maupun negatif. Dua hal ini tentu dapat mempengaruhi kualitas seseorang dalam menjalani hidup. Kita ta harus mampu mengimbangi dengan pemikiran realistis dan kebijaksanaan dalam bersikap agar mampu membedakan hal baik dan buruk yang menyertai.

6. Beberapa orang mungkin aktif di media sosial namun tetap menjaga privasi

ilustrasi membuka media sosial (pexels.com/Cottonbro studio)

Kita tidak bisa memungkiri fenomena bahwa media sosial menjadi prioritas bagi milenial dan gen z. Banyak hal yang ditunjukkan, baik melalui unggahan story maupun postingan di beranda. Namun sebagai manusia dewasa yang mampu berpikir logis, kita harus mampu melihat faktanya secara detail.

Dalam bermedia sosial, beberapa orang mungkin aktif menunjukkan bagian kecil dalam hidupnya. Namun bukan berarti mengungkap seluruh privasinya. Media sosial tidak lebih dari sarana mengekspresikan diri dalam batas yang wajar. Bukan untuk berbagi informasi secara berlebihan.

7. Media sosial bagian dari kehidupan generasi muda yang wajib dikelola dengan bijaksana

ilustrasi kecanduan media sosial (unsplash.com/Timothy Hales Bennett)

Tumbuh sebagai generasi muda di era digital tentu menjadi tantangan tersendiri. Kehadiran media sosial ibarat dunia baru yang menghadirkan tantangan dari berbagai sisi. Tidak jarang dapat mengubah prinsip dan sudut pandang yang bertentangan.

Kita harus mengetahui fakta bahwa media sosial merupakan bagian kehidupan generasi muda yang wajib dikelola dengan bijaksana. Tidak semua hal yang saat ini bertebaran di media sosial dapat diikuti. Kita perlu menilai dari dua sisi dan mengedepankan sikap selektif agar tidak terjebak pada sudut pandang yang keliru.

Apakah kehidupan di media sosial relevan dengan realita? Sebagian mungkin iya, sedangkan sebagian yang lain tidak. Tentu kita harus mampu memahami fakta kehidupan di media sosial secara detail. Ingat, media sosial bersifat semu dan kita tidak dapat mempercayai segala sesuatunya secara utuh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian