Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Faktor yang Bikin Ibadahmu Tidak Setaat Dulu

Perasaan bersalah
ilustrasi perasaan bersalah (freepik.com/freepik)

Seringkali kita menyadari bahwa ibadah yang dulu rutin dan taat dilakukan kini mulai berkurang tanpa terasa. Rutinitas yang padat, lingkungan yang berbeda, atau perubahan prioritas hidup bisa memengaruhi konsistensi ibadah. Menyadari penyebab penurunan ini, akan menjadi langkah awal untuk memperbaiki diri.

Dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi, kita bisa mencari solusi agar ibadah kembali konsisten. Berikut beberapa penyebab yang sering membuat ibadah menurun, sekaligus cara mengatasinya supaya hubungan dengan Yang Maha Kuasa tetap terjaga setiap hari.

1. Kesibukan sehari-hari yang meningkat

Bekerja
ilustrasi bekerja (freepik.com/DC Studio)

Kesibukan pekerjaan, sekolah, atau aktivitas lain sering membuat waktu untuk ibadah terasa terbatas. Dulu, mungkin jadwalmu lebih longgar sehingga bisa mengalokasikan waktu khusus untuk beribadah dengan tenang. Kini, tuntutan pekerjaan dan gaya hidup yang serba cepat membuat waktu senggang menjadi sangat terbatas, sehingga rutinitas ibadah sering terdorong ke urutan terakhir.

Tuntutan untuk selalu produktif, yang dikenal dengan hustle culture, membuat kita merasa istirahat adalah kemalasan, padahal ibadah adalah istirahat spiritual bagi jiwa. Untuk tetap konsisten, paksakan diri meluangkan waktu singkat setiap hari untuk ibadah, kebiasaan ini akan membantu menjaga kedisiplinan sekaligus membuat ibadah tetap bermakna.

2. Lingkaran pertemanan yang kurang mendukung semangat ibadah

Pertemanan
ilustrasi pertemanan (freepik.com/freepik)

Lingkungan pertemanan berperan besar dalam menjaga konsistensi ibadah. Lingkaran teman yang saling mengingatkan untuk beribadah atau mengikuti kegiatan spiritual akan membuatmu lebih termotivasi. Sebaliknya, jika teman lebih fokus pada hal-hal duniawi tanpa pengingat spiritual, semangat ibadah cenderung menurun.

Selain teman, keluarga dan komunitas juga memengaruhi semangat ibadah. Lingkungan yang positif mendorong konsistensi, sementara yang kurang mendukung membuat fokus lebih mudah tergeser. Menyediakan waktu khusus untuk ibadah membantu menjaga rutinitas tetap berjalan meski lingkungan dan pertemananmu berbeda.

3. Kurangnya pemahaman agama membuat ibadah hanya dilakukan saat perlu saja

Merenung
ilustrasi merenung (freepik.com/freepik)

Banyak orang beribadah hanya saat menghadapi masalah, karena merasa ibadah memberi ketenangan dan solusi. Namun ketika masalah selesai, rutinitas ibadah sering terlupakan. Kurangnya pemahaman tentang makna dan tujuan ibadah membuat hati dan pikiran tidak benar-benar terhubung, sehingga motivasi menurun.

Biasakan beribadah tepat waktu meski terasa berat di awal. Mengikuti kajian atau berdiskusi dengan orang berilmu meningkatkan pemahaman dan menumbuhkan rasa cinta pada ibadah. Menyusun jadwal seimbang antara rutinitas harian dan ibadah membantu tubuh dan pikiran tetap tenang, sehingga ibadah bisa dilakukan dengan fokus dan lebih bermakna, bukan hanya saat menghadapi masalah.

4. Paparan media sosial dan hiburan yang menggeser fokus ibadah

Scroll media sosial
ilustrasi scroll media sosial (freepik.com/wirestock)

Teknologi dan media sosial sering mengalihkan perhatian dari ibadah. Dulu, setelah beribadah, kamu mungkin langsung membaca kitab suci untuk menenangkan diri. Sekarang, tanganmu sering otomatis meraih HP untuk mengecek notifikasi atau scroll timeline, sehingga konsentrasi terpecah dan ibadah terasa kurang mendalam.

Untuk menjaga konsentrasi, atur waktu khusus menggunakan HP dan matikan notifikasi yang tidak penting. Tentukan jadwal untuk media sosial dan buat pengingat ibadah agar rutinitas tetap berjalan lancar. Dengan begitu, ibadah bisa dijalani dengan khusyuk dan memberi ketenangan, tanpa gangguan dari HP atau media sosial.

5. Merasa terlalu aman membuat ibadah kurang bermakna

Bersyukur
ilustrasi bersyukur (freepik.com/bristekjegor)

Ibadah sering menurun ketika hidup terasa aman dan semua kebutuhan terpenuhi, misalnya karier stabil, kesehatan baik, atau keuangan mapan. Saat menghadapi kesulitan, seseorang biasanya lebih rajin berdoa dan merenung. Rasa aman membuat ketergantungan pada Yang Maha Kuasa berkurang, sehingga doa menjadi jarang, kurang sungguh-sungguh, dan ibadah terasa hanya seperti kewajiban rutin.

Rasa syukur menjadi kunci agar ibadah terasa lebih bermakna. Saat nikmat yang dimiliki disadari dan dihargai, hati terdorong untuk lebih dekat dengan Yang Maha Kuasa melalui ibadah. Biasakan merenungkan hal-hal baik setiap hari dan memfokuskan perhatian pada sisi positif, sehingga ibadah menjadi ungkapan terima kasih yang nyata, bukan sekadar rutinitas.

Menurunnya ketaatan bukan akhir perjalanan spiritualmu. Dengan kembali mengatur dan tetap menyadarkan diri untuk beribadah, mindset tentang ibadah akan berubah menjadi sarana untuk mengisi energi dan menemukan ketenangan. Langkah awal yang konsisten akan memulihkan rutinitas dan membawa kedamaian serta keberkahan yang lebih dalam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us

Latest in Life

See More

Dove Hadirkan Hairfall Control untuk Semua Tipe Kulit Kepala

16 Des 2025, 22:28 WIBLife