Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-09-30 at 08.39.37.jpeg
Farraas Afiefah Muhdiar, Founder Arsanara, Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga. (dok.Farraas Afiefah Muhdiar)

Intinya sih...

  • Farraas menekuni dunia psikologi karena suka mendengarkan cerita orang lain dan menekuni pendidikan di bidang psikologi dari Universitas Indonesia (UI) hingga University York di Inggris.

  • Arsanara, biro psikologi dengan value agama dan layanan komprehensif, berdiri sejak 2020 oleh empat psikolog yang bertemu saat aktif berorganisasi di BEM selama masa kuliah.

  • Arsanara tumbuh seiring meningkatnya kesadaran publik akan kesehatan mental, memberikan layanan konsultasi bagi individu, pasangan, keluarga, hingga organisasi serta membuka akses lebih luas untuk masyarakat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Tren kesehatan mental kian mendapat sorotan serius. Kesadaran publik tumbuh seiring pemahaman akan esensi kesejahteraan emosional dan pribadi. Fenomena ini bak gunung es. Meski tampaknya banyak kasus yang muncul di permukaan, realitanya itu hanyalah sebagian kecil dari masalah yang lebih besar. Untuk itu, peningkatan awareness terhadap isu mental health terus menguat, mencoba mengkaji dan memberikan pemahaman yang lebih solid.

Farraas Afiefah Muhdiar, Founder biro psikologi Arsanara turut berkontribusi dalam membuka akses kesehatan mental bagi lebih banyak individu. Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga tersebut memberikan berbagai layanan konseling dan edukasi daring terhadap kesehatan emosional masyarakat.

Farraas berbagi pengalaman dan pandangannya berkecimpung di bidang psikologi pada IDN Times melalui wawancara khusus #AkuPerempuan pada Jumat (26/9/25) lalu secara daring. Di balik kontribusinya terhadap akses kesehatan mental, Farraas turut berbagi pengalaman dan perjalanannya menemukan panggilan hati sebagai psikolog.

Kisah Farraas membuktikan ketertarikannya terhadap perilaku manusia yang tak sekadar mimpi masa kecil, melainkan buah dari dedikasi dan perjuangan panjang. Bermula dari antusiasmenya terhadap interaksi manusia, Farraas kemudian menekuni jalur akademik dan profesional di bidang psikologi. Yuk, simak cerita Farraas!

1. Perjalanan Farraas menekuni dunia psikologi semula karena suka mendengarkan cerita orang lain

Farraas Afiefah Muhdiar, Founder Arsanara, Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga. (dok.Farraas Afiefah Muhdiar)

Mengobservasi karakter dan emosi manusia memiliki daya tarik tersendiri bagi Farraas. Berkat ketertarikannya terhadap perilaku manusia, Farraas kemudian menekuni pendidikan di bidang psikologi. Gelar Sarjana ia raih dari Universitas Indonesia (UI), berlanjut ke University York di Inggris dengan fokus studi Development, Disorders, and Clinical Practice. Kemudian, ia kembali menempuh pendidikan profesi di UI.

Perjalanan akademik mencerminkan konsistensi dan ketekunan Farraas dalam mendalami perkembangan individu. Semula, ketertarikannya hanya sebatas senang mendengarkan cerita orang lain. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa psikologi adalah bidang yang menunjang minat serta bakatnya.

Farraas menyampaikan, ketertarikannya muncul sejak duduk di bangku SMP. "Semakin mengenal diri sendiri, terus waktu itu pernah belajar tentang multiple intelligence, ternyata aku tingginya di interpersonal, terus berpikir oh cocoknya di psikolog," kisahnya.

Sebelum memutuskan untuk fokus pada profesi psikolog dan membangun Arsanara, Farraas telah melakoni sejumlah pekerjaan seperti guru hingga tenaga ahli di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Akan tetapi, panggilan hatinya tetap menuntun untuk berkecimpung sebagai psikolog demi membantu lebih banyak orang menghadapi krisis akibat kesehatan mental. 

“Aku merasa, ternyata aku paling suka bikin perubahan yang mungkin skalanya kecil, tapi kelihatan. Jadi, kayak ngebantu orang, gak apa-apa satu-satu, tapi kelihatan ber-progress dibandingkan mungkin langsung bikin skala kebijakan,” ujarnya.

Bagi Farraas, menekuni profesi sebagai psikolog berarti memadukan bakat dan minat yang selama ini telah ia pupuk. Ini menjadi langkah untuknya dapat mendengar dan membantu lebih banyak orang. 

“Jadi, merasanya sebagai psikolog, banyak hal yang bisa dibantu, terus melihat orang lain berkembang itu rewarding banget. Terus, aku suka mengajar juga, jadi kayak aku merasa dengan menjadi psikolog, sesuai banget sama minat dan bakatku," katanya.

2. Kisah lahirnya Arsanara, biro psikologi dengan value agama dan layanan yang lebih komprehensif

Farraas Afiefah Muhdiar, Founder Arsanara, Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga. (dok.Farraas Afiefah Muhdiar)

Berdiri sejak 2020, Arsanara sendiri merupakan inisiasi dari empat psikolog yang menempuh pendidikan sarjana dan magister di Universitas Indonesia. Farraas bercerita, ia dan ketiga founder lainnya bertemu saat aktif berorganisasi di BEM selama masa kuliah.

Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan mental, Arsanara hadir sebagai insiatif untuk memberikan layanan psikologi dengan cakupan yang lebih luas. Biro psikologi ini juga mengadaptasi value positif bagi masyarakat dengan menghadirkan pendekatan agama.

Tak hanya fokus pada satu bidang, Arsanara berupaya menyentuh berbagai aspek perkembangan manusia, mulai dari klinis dewasa, anak, industri dan organisasi, serta pendidikan. Founders Arsanara berupaya membangun ekosistem psikologi yang berkelanjutan sehingga dapat mendampingi individu atau pun masyarakat dalam berbagai krisis.

"Ada dua goal besarnya sih yang mungkin jadi pembeda Arsanara sama biro lain. Yang pertama, kita ingin ada biro yang layanannya tuh komplet. Kebanyakan biro psikologi tuh tergantung spesialisasi, ada yang bironya lebih ke layanan klinis, ada yang mungkin fokusnya di tumbuh kembang anak, ada yang fokusnya hanya di organisasi. Nah, kita fokus di empat pendekatan psikologi," ujarnya."

Farraas menegaskan, keempat pendiri merepresentasikan satu peminatan psikologi. Harapannya, langkah ini bisa memaksimalkan layanan yang menyeluruh bagi individu, pasangan, anak, maupun keluarga. Dengan keberagaman spesialisasi tersebut, Arsanara juga berkontribusi memperkuat peran psikologi sebagai mitra dalam menjaga kesehatan mental sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Fokus lain yang menjadi core value Arsanara adalah menghadirkan layanan psikologi dengan pendekatan agama. Farraas menyoroti adanya stigma terkait psikologi yang masih menguat di beberapa kalangan muslim. Misalnya, skeptisme terhadap ilmu psikologi, prasangka terhadap profesi tersebut, sehingga muncul penolakan. Akan tetapi, Arsanara membuktikan pemahaman ilmu lintas disiplin ini memiliki korelasi positif dan dapat saling menguatkan.

Menurut Farraas, "Jadi, kami juga ingin menghadirkan biro psikologi yang nyaman untuk keluarga-keluarga atau individu muslim yang butuh bantuan psikologis. Jadi, dari branding-nya sendiri juga kami suka menyatukan psikologi sama value Islam."

3. Di balik meningkatkan tren kesehatan mental, Arsanara punya misi membuka akses lebih luas

Farraas Afiefah Muhdiar, Founder Arsanara, Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga. (dok.Farraas Afiefah Muhdiar)

Arsanara tumbuh seiring meningkatnya kesadaran publik akan kesehatan mental. Farraas menilai, perkembangan tersebut merupakan sinyal positif bagi terwujudnya kesejahteraan emosional yang lebih luas.

Sayangnya, tren kesehatan mental juga diikuti dengan sisi gelap terhadap isu psikologi. Farraas menyebutkan, “Sisi negatifnya itu paling yang kelihatan (adalah) jadi lebih mudah untuk mendiagnosis diri sendiri dan kadang-kadang itu digunakan untuk menjustifikasi.” 

Sejalan dengan menguatnya tren mental health, salah satunya melalui informasi digital, kecemasan yang individu alami juga terus meningkat. Farraas menyoroti banyaknya paparan informasi yang membuat kecemasan kian menguat. Individu rentan alami doomscrolling, yakni mengafirmasi ketakutan lewat konten acak.

“Jadi kan kecemasannya jadi makin tinggi. Namanya juga orang cemas, pasti yang dibaca yang menurut dia paling parah yang diresapi. Tapi secara umum, awareness-nya sudah sangat jauh meningkat dan menurutku itu sesuatu yang sangat positif,” Farraas menanggapi kondisi kesehatan mental di Indonesia.  

Arsanara hadir memberikan layanan yang komprehensif bagi individu, baik dalam bentuk konseling maupun edukasi. Harapannya, Arsanara dapat memperluas dan berkontribusi memberikan dampak baik. 

Arsanara  menghadirkan layanan konsultasi bagi individu, pasangan, keluarga, hingga organisasi. Melalui screening kesehatan mental, seminar, training, workshop, hingga edukasi, Arsanara memberi fasilitas bagi individu, perusahaan, maupun sekolah untuk dapat mengakses program psikologi. 

“Ada konseling individu, ada juga yang perusahaan. Jadi, kami kerja sama dengan beberapa kantor, menyediakan layanan konseling. Terus, ada layanan screening kesehatan mental juga,” terangnya sembari menambahkan ada layanan training atau workshop untuk sekolah, perusahaan, dan komunitas. 

Bagi pasangan, ada konseling pranikah yang didahului asesmen yang akan membantu pasangan untuk mengenal diri, nilai, dan pola komunikasi sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Kemudian, ada pula layanan bagi anak dengan melakukan screening tumbuh kembang serta tes psikologi. Tak sampai di situ, Arsanara juga menyediakan jasa untuk proses rekrutmen bagi perusahaan untuk memberikan rekomendasi terkait sumber daya manusia. Individu yang tertarik mengikuti program Arsanara, nantinya akan diberi arahan sesuai hasil asesmen, kemudian mendapatkan sesi konsultasi yang sesuai, baik oleh psikolog maupun psikiater.  

Farraas berharap, psikologi dapat menyentuh lebih banyak elemen masyarakat dan menjadi bagian dari kehidupan banyak orang. Diharapkan, Arsanara dapat menjadi wadah edukasi dan psikologi bagi lebih banyak orang. 

“Kalau harapan ke depannya, harapan secara umum, ingin menjangkau lebih banyak lagi kalangan yang mungkin belum tersentuh sama psikologi. Kita paling senang sih kalau dapet klien yang misalnya perusahaan yang belum pernah sebelumnya ada seminar sama psikolog,” cerita Farraas.

4. Ketika ekspektasi membelenggu, Farraas dorong perempuan temukan nilai dirinya

Farraas Afiefah Muhdiar, Founder Arsanara, Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga. (dok.Farraas Afiefah Muhdiar)

Bicara soal perempuan, Farraas menilai ekspektasi peran yang disematkan, menjadi tantangan terbesar saat ini. Tuntutan untuk selalu tampil ideal, mulai dari urusan domestik, partisipasi di ruang publik, hingga performa di berbagai hal membentuk standar yang seolah harus dipenuhi. 

Farraas menekankan, “Tantangannya menurutku menyesuaikan diri dengan ekspektasi, baik itu ekspektasi terhadap diri sendiri maupun ekspektasi yang ada di lingkungan karena seakan-akan kita banyak banget gitu tuntutannya.”

Peran sosial yang disandang perempuan kerap membatasi ruang gerak sehingga menghambat pemberdayaan diri. Untuk itu, Farraas mendorong agar perempuan dapat menemukan value diri supaya tak mudah mengikuti standar masyarakat yang mungkin kurang sesuai.

Ditanya soal kiat menemukan nilai diri, Farraas menuturkan, “Dengan mengenal diri sendiri, apa yang aku suka, apa yang aku bisa. Apa yang aku suka itu kan minat, apa yang aku bisa itu bakat. Apa yang mau aku capai dalam hidup, apa yang menurutku penting, nilai-nilai apa yang aku anut.”

Perempuan memang kerap disematkan standar ganda dan komentar negatif yang menjatuhkan, hal ini mungkin menjadi bayang-bayang bagi banyak orang. Namun Farraas berpesan untuk menjalani hidup tanpa mempedulikan nyinyiran orang lain, melainkan fokus pada nilai yang diyakini pribadi. 

“Harus tahu apa sih yang bikin kita happy selama ini, apa yang bikin kita merasa berdaya, apa yang mau kita kejar dalam hidup. Itu hal-hal yang kita harus tahu dulu. Kalau kita sudah yakin, terus kalau udah nikah, pasangannya rida dengan itu, ya udah, gak usah dengerin pendapat orang lain dan dengarkan itu aja,” pesannya.

5. Faaraas: mengenali potensi diri adalah kunci perempuan untuk lebih berdaya

Farraas Afiefah Muhdiar, Founder Arsanara, Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga. (dok.Farraas Afiefah Muhdiar)

Sadar akan kemampuan diri menjadi fondasi dalam membangun kualitas hidup yang lebih berdaya. Perempuan juga diharapkan dapat mengenali potensi dan kelebihan dalam dirinya,  sehingga dapat merasa lebih berdaya. 

Di mata Farraas, perempuan yang berkualitas tak terbatas pada profesi atau standar tertentu. “Menurutku perempuan yang berkualitas adalah dia yang tahu minat dan bakatnya. Dia tahu dia bisanya apa, dia tahu dia maunya apa, dia tahu dia sukanya apa, dan dia mengimplementasikan itu.”

Berbagi perspektif sebagai perempuan dan psikolog, Farraas berharap agar perempuan di Indonesia lebih bahagia, apresiatif terhadap diri sendiri, serta tak terjebak dalam kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Farraas mengingatkan bahwa standar hiduplah yang harus dipegang. Bukan apa yang ditampilkan di media sosial, melainkan bagaimana perempuan mampu mencintai dan menghargai dirinya sendiri secara utuh.

“Gak semua kehidupan orang itu bisa dibandingkan sama hidup kita. Jadi, lebih sadar tentang itu karena itu juga yang bikin kesehatan mental jadi lebih menurun beberapa tahun ke belakang, mudah banget membandingkan hidup kita sama hidup orang lain,” tegasnya. 

Farraas mengingatkan untuk tak lupa mengapresiasi diri sendiri. Pasalnya, apresiasi menjadi bentuk penghargaan terhadap diri sendiri serta upaya untuk bertahan menghadapi tantangan eksternal. 

“Jangan lupa mengapresiasi diri sendiri karena tadi, kan banyak tantangan dari luar yang mungkin bikin kita merasa kurang mulu.”

Farraas menambahkan langkah konkret yang dapat dilakukan perempuan, “Jadi, satu practice kecil yang bisa sangat membantu adalah belajar untuk mencatat hal-hal baik apa yang sudah kita lakukan seminggu ini. Gitu misalnya.”

Perjalanan Farraas dalam membangun Arsanara sejatinya memberi inspirasi bagi perempuan, generasi muda, maupun individu yang tengah berjuang mewujudkan impiannya. Tak lupa, untuk dapat menghadapi kesulitan dan tantangan dengan sikap optimis.

Editorial Team