5 Hal yang Tetap Wajib Diperhatikan Meski Menerapkan Slow Living

Gaya hidup melambat atau yang lebih populer dengan istilah slow living tentu sudah gak asing lagi bagimu mengingat ini sudah menjadi kebutuhan di tengah kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan. Dengan menerapkan slow living, kehidupan yang lebih damai dan berkualitas diharapkan dapat terwujud.
Meskipun memberikan dampak positif, hanya saja jangan sampai kamu keliru dalam mendefinisikan slow living, ya! Lima hal berikut ini perlu kamu perhatikan baik-baik.
1. Bukan berarti kamu boleh menjalani hidup dengan terlalu santai

Banyak orang yang menelan mentah-mentah konsep slow living tanpa memahami maksudnya sehingga mereka merasa berhak untuk menjalani hidup dengan terlalu santai bahkan sampai terjerumus dalam kemalasan.
Kamu jangan begini, ya! Hidup di dunia ini gak bisa terus-terusan dijalani dengan tempo lambat. Terkadang dalam hal tertentu, kamu harus bergerak cepat. Caramu menjalani hidup yang terlalu santai itu hanya akan merugikan dirimu sendiri di masa kini maupun masa depan.
2. Mimpi atau cita-cita yang ingin diraih tetap penting untuk dimiliki

Slow living itu gak sama dengan hidup tanpa arah tujuan yang jelas. Dengan alasan ingin menikmati hidup dengan tenang dan penuh kesadaran, kamu mulai merasa gak butuh lagi yang namanya mimpi, cita-cita, atau target hidup yang ingin diraih.
Kamu malah khawatir gagal menerapkan slow living jika kamu masih memiliki hal tersebut. Padahal, hidup tanpa mimpi atau cita-cita hanya akan menjebakmu dalam kebingungan.
Kamu harus ingat bahwa mimpi atau cita-cita apa pun dalam hidup itu ada bukan untuk menekanmu, melainkan untuk memudahkanmu dalam menikmati setiap perjalanan hidupmu.
3. Memiliki daya saing dalam hidup juga gak kalah penting

Saking inginnya menerapkan slow living secara penuh, kamu dapat berpikir bahwa memiliki daya saing dalam hidup itu gak penting lagi. Tapi, tahukah kamu bahwa pemikiran seperti ini sangat berbahaya?
Akibat pemikiran seperti ini, kamu malah jadi merasa puas dengan pencapaian seadanya tanpa adanya keinginan untuk menjadi lebih baik. Selain itu, kamu juga jadi gak kuat mental saat berada di situasi yang mengharuskanmu untuk bersaing. Misalnya, di dunia kerja.
Di dunia kerja, daya saing yang tinggi itu sangat dibutuhkan. Jika kamu gak memilikinya, siap-siap saja kamu akan terjebak dalam karier yang stagnan bahkan sampai tersisihkan oleh orang lain.
4. Tetaplah menjadi pribadi yang disiplin dan mampu menghargai waktu

Boleh saja kamu menjalani hidup dengan ritme yang lambat. Akan tetapi, kamu tetap harus disiplin dan mampu menghargai waktu dengan baik.
Kita ambil contoh situasi sebelumnya, ya. Di dunia kerja, kedua hal tersebut menjadi aspek krusial dalam menilai tingkat kompetensi seseorang dalam bekerja. Jangan sampai dengan dalih slow living, kamu malah mengendurkan kedisiplinan dalam urusan pekerjaan.
Dirimu tampak terkesan gak niat kerja dengan datang terlambat ke tempat kerja atau menghadiri rapat penting, sampai meremehkan deadline. Rekan kerja bahkan atasan tentu akan memberikan penilaian negatif yang akan berefek buruk bagi kariermu nanti.
5. Jangan coba-coba menormalisasi kehidupan yang minim pencapaian

Sekalipun kamu menerapkan gaya hidup slow living, jangan pernah menganggap kehidupan yang minim pencapaian sebagai hal yang wajar. Misalnya, menganggap normal umur 30 tahun masih bekerja freelance dan gak mau mencoba mencari pekerjaan yang stabil.
Barangkali kamu sendiri belum menyadari dampak buruknya. Tapi seiring berjalannya waktu, kamu akan menyadari hidup yang seperti ini hanya akan membuatmu merasa hambar dan kosong. Kamu gak gagal menerapkan slow living hanya karena terus berjuang mengejar sebanyak mungkin prestasi dalam hidup.
Menerapkan slow living memang gak semudah yang dibayangkan. Tetap perhatikan baik-baik lima hal ini agar kamu bisa merasakan ketenangan dalam slow living, bukan malah terjebak dalam stagnasi apalagi kemerosotan kualitas hidup.