Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dear UMKM dan Brand Lokal, Ini 5 Cara Kembangkan Produk dari Hypefast

Potret press conference Hypefast terkait dengan strategi pengembangan UMKM. (Dok. Hypefast)
Potret press conference Hypefast terkait dengan strategi pengembangan UMKM. (Dok. Hypefast)
Intinya sih...
  • Peningkatan antusiasme masyarakat terhadap produk lokal, dengan 70% responden aktif mencari brand lokal saat berbelanja dan 90% telah membeli produk lokal dalam 3 bulan terakhir.
  • CEO Jacquelle Beauty, Budi Thomas, menyoroti tantangan dalam local brand menghadapi kompetisi dari sisi supply dan teknologi yang terbatas serta fokus pada pengembangan reputasi melalui produk yang relevan.
  • Fokus utama dalam strategi pertumbuhan brand adalah pengalaman konsumen dengan memanfaatkan kehadiran offline, di mana preferensi belanja offline meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan masa pandemik.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dengan menjamurnya jumlah UMKM di Indonesia, antusiasme masyarakat untuk membeli produk lokal pun semakin meningkat. Melihat hal ini, Hypefast selaku house of brands beberapa produk e-commerce terkemuka di Asia Tenggara melihat pertumbuhan pesat yang bisa membuka peluang lebih luas.   

Melalui Press Conference bertajuk “Key Growth Driver for Local Brands in 2025” yang berlangsung pada Kamis (28/11/2024), Hypefast membahas strategi utama dalam mendukung pertumbuhan local brand. Sejalan dengan riset yang dilakukan Hypefast pada ThinkwithHypefast Agustus 2024, 70 persen responden aktif mencari brand lokal saat berbelanja. Sementara, 90 persen responden diketahui telah membeli produk brand lokal dalam tiga bulan terakhir. Untuk mendukung momen ini, berikut tips strategi dari Hypefast! 

1. Bangun reputasi lewat pengembangan produk

Potret press conference Hypefast terkait dengan strategi pengembangan UMKM. (Dok. Hypefast)
Potret press conference Hypefast terkait dengan strategi pengembangan UMKM. (Dok. Hypefast)

CEO Jacquelle Beauty, Budi Thomas, menyatakan bahwa tantangan dalam local brand menghadapi kompetisi adalah dari sisi supply dan teknologinya lebih terbatas. Sebagai seorang CEO selama kurang lebih 6 tahun, ia pun melihat bila kini para pembeli sudah pintar memilah milih produk, sehingga para produsen perlu berfokus untuk mengembangkan reputasi lewat pengembangan produk.    

Customer sudah pintar dan bisa membedakan brand-brand yang kredibel. Sehingga dari sisi brand, bisa fokus membangun reputasinya lewat pengembangan produk yang relevan dengan kebutuhan konsumen. Ini praktik yang terus diupayakan Jacquelle Beauty,” ungkap Budi dalam rilis yang diterima IDN Times.

Salah satu bukti nyata adalah kolaborasi mereka dengan Jazzy melalui Jacquelle Glitter Gloss Tint x Jazzy - Inside Out Edition. Produk ini tidak hanya menjadi simbol ekspresi diri bagi Generasi Z, tapi juga memperlihatkan bagaimana Jacquelle Beauty memahami kebutuhan pasar.

Mereka berhasil menghadirkan pengalaman unik bagi konsumen, hal yang kini menjadi poin penting dalam keputusan pembelian. Dengan pendekatan seperti ini, Jacquelle Beauty menunjukkan inovasi yang relevan dapat membentuk reputasi dan menarik perhatian konsumen modern.  

2. Tonjolkan pengalaman konsumen melalui toko offline

Potret press conference Hypefast terkait dengan strategi pengembangan UMKM. (Dok. Hypefast)
Potret press conference Hypefast terkait dengan strategi pengembangan UMKM. (Dok. Hypefast)

Pengalaman konsumen juga menjadi salah satu fokus utama dalam strategi pertumbuhan brand, terutama dengan memanfaatkan kehadiran offline. Brand menyadari bahwa pengalaman langsung yang dirasakan konsumen saat berinteraksi dengan produk atau layanan dapat menciptakan kesan mendalam yang sulit didapat dari platform digital saja.

Tren ini semakin relevan di era pasca-pandemik, di mana aktivitas belanja offline kembali diminati. Fakta ini didukung oleh data dari Populix yang menunjukkan, bahwa preferensi belanja offline meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan masa pandemik.

Konsumen mulai merindukan pengalaman langsung, seperti mencoba produk di tempat, berinteraksi dengan staf, hingga menikmati suasana belanja yang lebih personal. Bagi brand, kehadiran toko offline juga dapat peluang besar untuk membangun hubungan emosional dengan konsumen, baik melalui desain toko yang menarik, aktivitas promosi interaktif, maupun layanan pelanggan yang unggul.

3. Mengimbangi "lapak" penjualan dengan jumlah UMKM

Ilustrasi membeli susu dengan tambahan rasa (freepik.com/syda_productions)
Ilustrasi membeli susu dengan tambahan rasa (freepik.com/syda_productions)

Dalam diskusi tersebut, Diah Minarni, PLT Head of Retail Kurator Sarinah, turut menyoroti tantangan besar yang dihadapi UMKM saat ini. Meskipun jumlah UMKM terus meningkat, dengan angka mencapai 15-20 juta di Jakarta saja, kenyataannya pertumbuhan ini tidak diimbangi dengan ketersediaan "lapak" atau ruang penjualan yang memadai. Hal ini menjadi hambatan bagi banyak pelaku UMKM untuk memasarkan produk mereka secara optimal dan menjangkau konsumen yang lebih luas.

Melihat tantangan tersebut, Sarinah pun bekerja sama dengan pemerintah mulai mengambil langkah nyata untuk memperbanyak ruang bagi para pengusaha UMKM. Salah satu fokus utamanya adalah menciptakan tempat yang strategis, baik secara fisik maupun digital, agar UMKM memiliki platform yang lebih luas untuk berkembang.

“Kami ingin UMKM memiliki peluang yang setara untuk memamerkan dan menjual produk mereka,” ujar Diah.

4. Strategi komunikasi brand

ilustrasi berbelanja (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi berbelanja (pexels.com/Julia M Cameron)

Diah juga menekankan pentingnya strategi komunikasi yang solid sebagai pendukung inovasi brand. Menurutnya, inovasi saja tidak cukup tanpa pendekatan komunikasi yang tepat sasaran.

Salah satu strategi unggulan Sarinah adalah memetakan konsumen berdasarkan 7 layer, sebuah pendekatan yang mengelompokkan target market berdasarkan area dan daya beli. Strategi ini dianggap efektif dalam membantu brand memahami siapa audiens utama mereka dan bagaimana cara terbaik untuk menjangkau mereka.

“Data, bukti nyata, dan kesiapan brand sangat penting untuk memastikan mitra mampu melakukan ekspansi dan inovasi,” ujar Diah.

Lebih jauh lagi, Diah mengingatkan bahwa slogan seperti Cintai Produk Indonesia tidak boleh hanya sekadar menjadi tagline, tetapi harus diwujudkan dalam budaya nyata. Dengan kombinasi data yang akurat, strategi komunikasi yang tepat, dan fokus pada kebutuhan konsumen, Sarinah berharap bisa terus mendorong pertumbuhan brand lokal yang kompetitif di pasar domestik maupun global.

5. Fokus ke hyperlocal, bukan hanya mainstream channel

ilustrasi belanja online (pexels.com/AS Photography)
ilustrasi belanja online (pexels.com/AS Photography)

Menutup diskusi ini, Achmad menyoroti pentingnya pendekatan hyperlocal yang bisa kembali digencarkan oleh brand lokal. Sebelumnya, hyperlocal adalah strategi yang berfokus pada komunitas atau wilayah tertentu dengan menyesuaikan produk, layanan, atau pemasaran sesuai kebutuhan dan karakteristik lokal. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan koneksi yang lebih personal dengan konsumen di area spesifik, sehingga brand dapat lebih relevan dan kompetitif di pasar lokal.

Menurutnya, dengan semakin banyaknya produk asal Tiongkok yang kini hadir di 7 dari 10 toko di berbagai daerah di Indonesia, local brand perlu memperkuat strategi mereka untuk tetap relevan di pasar. Strategi ini dinilai penting agar brand dapat menjangkau konsumen secara lebih personal, menyesuaikan produk dengan kebutuhan dan karakteristik setiap daerah.

“Hypefast mendorong brand lokal untuk mulai fokus pada pendekatan hyperlocal, bukan hanya mengandalkan mainstream channel,” pungkas Achmad.

Melalui acara ini, Hypefast mempertegas perannya sebagai penggerak utama ekosistem brand lokal. Tidak hanya berfokus pada pasar domestik, Hypefast juga berupaya memastikan bahwa produk Indonesia memiliki daya saing di tingkat internasional. Dengan pendekatan yang lebih adaptif dan inovatif, Hypefast optimis bahwa local brand dapat terus berkembang dan menjadi kebanggaan di dalam maupun luar negeri

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
Hani Safanja
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us