Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Strategi Jitu Menghindari Teman Toxic Tanpa Memutus Pertemanan

ilustrasi berbicara dengan teman (unsplash.com/Eliott Reyna)
Intinya sih...
  • Pertemanan seharusnya saling menguatkan, tapi jika membawa dampak negatif, itu bisa jadi pertemanan toxic
  • Berani menghadapi dan menjelaskan perasaanmu kepada teman yang toxic adalah langkah awal untuk menyelesaikan konflik
  • Menetapkan batasan jelas dan fokus pada diri sendiri adalah cara tepat untuk menghindari pertemanan toxic

Pertemanan yang sehat sudah semestinya menjadi hubungan yang saling menguatkan, di mana kedua belah pihak dapat memberikan dampak positif satu sama lain. Mengalami masa-masa sulit, seperti pertengkaran atau konflik adalah hal yang wajar dalam hubungan apa pun. Namun jika kamu merasa bahwa pertemananmu lebih banyak membawa dampak negatif daripada positif, bisa jadi kamu sedang berada dalam pertemanan yang toxic.

Dikutip Time, seorang terapis dari Santa Monica, California, Brooke Sprowl, mengatakan bahwa teman yang beracun (toxic) gak hanya membuat temannya merasa kurang nyaman, tetapi juga kurang percaya diri. Orang yang memiliki teman-teman toxic mungkin akan mengalami keraguan, sehingga dapat memicu kecemasan, depresi, atau masalah harga diri.

Meski sering kali menimbulkan kerugian, tapi mengakhiri pertemanan toxic gak semudah yang dibayangkan. Apalagi, jika kamu diharuskan untuk sering berinteraksi dengannya. Misal, bila ia adalah teman satu sekolah atau rekan kerja.

Nah, jangan khawatir, kamu masih bisa menghindari teman yang toxic tanpa harus memutus pertemanan. Di bawah ini IDN Times telah merangkum beberapa strategi yang dapat dilakukan. Yuk, baca satu per satu!

1.Berani menghadapi mereka

ilustrasi berbicara dengan teman (unsplash.com/Trung Thanh)

Keberanian adalah faktor utama untuk membela kebenaran. Sama halnya ketika kamu ingin menghindari pertemanan yang toxic, kamu diharuskan untuk berani menghadapi orang-orang tersebut.

Dikutip WebMD, mungkin temanmu gak menyadari bahwa selama ini mereka telah bersikap toxic kepadamu. Maka dari itu, dengan kamu menjelaskan kepada mereka tentang apa yang kamu rasakan akibat perilaku mereka bisa menjadi langkah awal untuk menyelesaikan konflik yang ada.

Jika langkah ini dirasa cukup berat, kamu bisa mencatat beberapa hal yang ingin disampaikan ke dalam buku atau meminta pendapat orang lain yang kamu percaya terlebih dahulu. Dengan begitu, kamu akan lebih siap menghadapi temanmu dalam keadaan yang lebih tenang tanpa mudah terpancing emosi.

2.Tetapkan batasan yang jelas

ilustrasi seseorang menolak (pexels.com/SHVETS production)

Dilansir Newport Healthcare, seorang psikolog klinis dan pelatih hubungan di Loving Roots Project, Shelley Sommerfeldt, Psy.D., mengungkapkan bahwa menetapkan batasan jelas kepada teman yang toxic sangatlah penting. Apabila kamu masih sulit untuk memutus pertemanan dengannya, usahakan berinteraksi ketika benar-benar dibutuhkan.

Jika ingin menolak ajakan atau permintaannya, maka tolaklah secara baik-baik namun tetap tegas. Sebab, tidak semua orang bisa dengan mudah mengakhiri pertemanan tanpa konfrontasi, tapi kalau keadaan memaksamu untuk tetap berhubungan dengannya, menegakkan batasan yang jelas menjadi salah satu aspek penting yang perlu dilakukan.

“Tidak apa-apa untuk mengatakan ‘tidak’ atau menjadi seseorang yang tidak bisa selalu tersedia. Ini berlaku terutama jika kamu berada dalam hubungan yang gak sehat,” jelas Sommerfeldt.

3.Hindari terlibat jika mereka gak mau mendengarkan

ilustrasi tiga anak mudah sedang bicara serius (pexels.com/William Fortunato)

Terus-menerus berada dalam lingkungan pertemanan yang toxic bisa sangat menguras energi. Apalagi jika kamu harus menanggapi setiap emosi negatifnya, baik itu amarahnya, kekecewaannya, keluhannya, keegoisannya, hingga sikap kekanak-kanakannya. Tentu ini bisa menjadi situasi yang sangat menjengkelkan, bukan?

Nah, daripada terus lelah akibat sering diabaikan, lebih baik hindari terlibat lebih lanjut kalau mereka gak mau mendengarkanmu. Menurut Suraji Wagage, Ph.D., seorang psikolog klinis berlisensi, mengambil langkah ini bukanlah suatu kesalahan.

“Karena sikap defensif, caci-maki, atau menghalang-halangi untuk mengutarakan kekhawatiran diri sendiri adalah tanda bahwa kamu harus berhenti terlibat dan lebih baik tinggalkan percakapan itu segera,” ungkapnya, dilansir Newport Healthcare.

4.Fokus pada diri sendiri

ilustrasi seorang wanita memegang secangkir teh (pexels.com/John Diez)

Menghargai kebutuhan sendiri dengan cara fokus pada diri sendiri adalah cara yang tepat agar kamu tetap tenang. Ingatlah, seburuk apa pun situasi yang kamu hadapi, kesehatan fisik dan mentalmu juga sangat penting.

Kamu mungkin sudah terlalu sering mengutamakan kebutuhan orang lain demi menghindari situasi yang buruk atau membuat mereka kecewa. Tapi, sekarang sudah waktunya untuk jujur dan lebih mencintai diri sendiri.

“Ingatlah bahwa kebutuhanmu juga sama pentingnya dengan kebutuhan orang lain. Jadi, jika kamu merasa lelah atau memerlukan sesuatu, maka penuhilah kebutuhanmu itu dengan sebaik-baiknya. Hargai apa yang kamu butuhkan agar hidupmu menjadi bahagia,” terang Sommerfeldt.

5.Kelilingi diri dengan teman-teman yang positif

ilustrasi persahabatan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mungkin kamu memang gak pernah tahu dengan siapa akan dipertemukan. Apakah itu dengan orang yang baik dan tulus atau tidak, tapi bertemu dengan orang-orang yang toxic termasuk bagian dari perjalanan hidup setiap individu. Terkadang, hal ini juga bisa memberi pelajaran atau hikmah yang bermakna bagi dirimu.

Walaupun demikian, jangan biarkan pertemanan toxic merusak kebahagiaanmu. Percayalah di luar sana masih ada orang-orang baik yang layak untuk dijadikan sebagai teman.

Fokus pada pertemanan yang positif, yaitu orang-orang yang dapat mendukungmu, membuatmu merasa aman dan nyaman, serta bisa membawa perubahan yang berarti bagi hidupmu. Dengan begitu, kamu akan selalu merasa dicintai, diakui, dan dihargai dengan cara yang kamu butuhkan.

Itulah beberapa strategi yang dapat kamu lakukan untuk menghindari teman toxic tanpa harus memutus pertemanan. Semoga uraian di atas bisa membantu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us