5 Fakta Silent Treatment yang Sebaiknya Dihindari, Menyakitkan!

#IDNTimesLife Kalau ada masalah, dikomunikasikan, ya!

Silent treatment digambarkan sebagai perilaku menolak berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Seseorang yang melakukan silent treatment kerap kali didasari oleh faktor emosional untuk menyakiti, menghukum, atau memanipulasi dari segi psikis.

Kasus ini banyak ditemukan dalam kehidupan romansa yang bisa menjadi bentuk pelecehan emosional. Sementara banyak penyintasnya menganggap bahwa silent treatment mirip sebuah penghinaan.

Merangkumnya dari berbagai sumber, berikut adalah fakta silent treatment yang menarik untuk ditelisik. Simak penjelasan sampai akhir, ya!

1. Mengapa orang melakukan silent treatment?

5 Fakta Silent Treatment yang Sebaiknya Dihindari, Menyakitkan!ilustrasi pasangan yang memilih diam karena masalah (pexels.com/Alex Green)

Ketika konflik mencuat dalam hubungan, kebanyakan orang cenderung memilih menyelesaikannya dengan komunikasi. Terlepas dari komunikasi yang baik, teriakan atau makian, bisa saja terlontar dari mulut pasangan.

Hal ini sebenarnya bisa lebih diterima, tetapi tidak dibenarkan, daripada menerapkan silent treatment. Setidaknya dengan teriakan atau makian tersebut, seseorang dapat mengetahui pola pemikiran pasangannya. Sebaliknya, silent treatment justru hanya akan memperkuat rasa takut, karena lebih sering menebak isi kepala pasangan tanpa mengetahuinya secara pasti.

Orang-orang yang melakukan silent treatment memiliki beberapa alasan yang melatarbelakanginya, di antaranya adalah:

  • Komunikasi pasif: seseorang yang menerapkan silent treatment pada dasarnya tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya, tetapi ingin pasangannya tahu bahwa dirinya sedang kesal atau marah
  • Bentuk penghindaran: dalam beberapa kasus, orang menggunakan silent treatment karena tidak tahu harus berkata apa atau justru ingin menghindari konflik
  • Bentuk hukuman: jika seseorang menggunakan silent treatment untuk menghukum, mengendalikan, atau menguasai pasangannya, maka ini termasuk bentuk pelecehan emosional

2. Silent treatment mempengaruhi hubungan secara signifikan

5 Fakta Silent Treatment yang Sebaiknya Dihindari, Menyakitkan!ilustrasi pasangan yang terlibat konflik (pexels.com/Keira Burton)

Menurut studi tahun 2013 dalam Communication Monographs menunjukkan, baik pria maupun perempuan, keduanya memiliki kemungkinan yang sama menggunakan silent treatment dalam hubungan. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa komunikasi positif lebih penting diterapkan, guna mempertahankan hubungan yang sehat antara dua belah pihak.

Sementara itu, studi lainnya menjelaskan jika seseorang yang secara intens mendapatkan perlakuan silent treatment melaporkan tingkat harga diri, rasa memiliki, dan memaknai dalam hubungan cenderung menjadi lebih rendah.

Adapun studi tahun 2017 dalam Journal of Social and Personal Relationships menjelaskan, menghindari konflik dalam hubungan dapat berdampak pada perselisihan, karena masing-masing di antaranya tidak memiliki kesempatan untuk membahas sesuatu yang mengganjal dalam benak mereka.

3. Silent treatment bisa menjelma menjadi abusive relationship

dm-player
5 Fakta Silent Treatment yang Sebaiknya Dihindari, Menyakitkan!ilustrasi kekerasan fisik (pexels.com/Alex Green)

Seseorang mungkin menggunakan silent treatment dengan cara yang kasar apabila:

  • Berniat menyakiti pasangannya dengan 'diam' yang dilakukannya
  • Kondisi diam berlangsung dalam waktu yang lama
  • Berbicara dengan orang lain tapi tidak dengan pasangannya
  • Menggunakan keheningan untuk menyalahkan pasangan atau membuat pasangan merasa bersalah
  • Menggunakan keheningan untuk memanipulasi atau menekan pasangan

Seiring berjalannya waktu, pelecehan emosional semacam ini bisa meningkatkan risiko kekerasan secara fisik dalam hubungan.

Baca Juga: 5 Cara Hentikan Silent Treatment yang Biasa Kamu Lakukan Pada Pasangan

4. Time-out vs silent treatment

5 Fakta Silent Treatment yang Sebaiknya Dihindari, Menyakitkan!ilustrasi pasangan yang saling menguatkan (pexels.com/SHVETS production)

Perlu dicatat bahwa terkadang konselor merekomendasikan 'waktu istirahat' pada klien, untuk memberi mereka waktu menenangkan diri, serta membantu menyelaraskan pikiran dan hati.

Seseorang yang mengambil waku istirahat sering kali menerapkan beberapa aktivitas positif seperti olahraga, meditasi, atau membaca buku. Waktu istirahat ini tentunya melibatkan kolaborasi dan komunikasi positif yang jauh berbeda dengan silent treatment, karena terkesan mengontrol dan mendominasi.

5. Menyikapi perlakuan silent treatment

5 Fakta Silent Treatment yang Sebaiknya Dihindari, Menyakitkan!ilustrasi pasangan yang terjebak dalam toxic relationship (pexels.com/Anthony Shkraba)

Beberapa opsi ini bisa kamu terapkan atau sarankan kepada orang lain yang tengah dirundung persoalan silent treatment dalam hubungan romansa, meliputi:

  • Menghindari perasaan terisolasi: meskipun tengah diliputi badai suasana hati, jangan biarkan hatimu kalut olehnya. Sebagai gantinya, kamu harus menjaga hubungan dengan keluarga, sahabat, atau rekan kerja untuk menghindari perasaan terasingkan karena silent treatment dari pasangan
  • Mempertahankan kesejahteraan batin: kamu bisa menyibukkan diri dengan aktivitas positif, seperti menekuni hobi atau melakukan hal yang disukai
  • Utamakan diri sendiri: jika silent treatment merupakan bentuk dari hubungan yang kasar dan senang mengontrol, maka jangan biarkan keinginan dan tujuanmu menjadi terabaikan. Kamu tetap harus memprioritaskan dirimu!
  • Berkonsultasi pada ahli: seorang psikolog atau terapis yang memahami isu terkait pelecehan dapat membantumu memberi masukan untuk menghadapi silent treatment yang tidak sehat
  • Jangan ragu untuk mengakhiri hubungan: kamu tidak perlu bertahan dalam hubungan yang toxic. Jika perlakuan silent treatment sudah mencapai batas wajar, maka mantapkan hati untuk memilih berhenti

Menggunakan silent treatment untuk menyelasikan masalah bukanlah cara yang bijak. Terlepas dari alasannya, sebaiknya masalah harus diselesaikan dengan sehat agar tidak melukai diri sendiri maupun orang lain.

Jika saat ini kamu tengah berjuang melawan silent treatment, jangan ragu berkonsultasi pada ahli untuk sekadar menuangkan keluh kesah. Jangan lupa menerapkan beberapa langkah sederhana di atas, ya!

Baca Juga: 5 Alasan Kamu Harus Hilangkan Kebiasaan Silent Treatment di Hubungan

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya