Biru identik dengan laki-laki, sementara pink identik dengan perempuan. Pelabelan ini sudah melekat sejak lama dan kita tak tahu sebelumnya kapan hal ini mulai berlangsung. Ternyata, ada sejarah yang membentuknya.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh sejarawan dari University of Maryland, Jo Paoletti, memaparkan, sampai abad ke-19 akhir, sebenarnya tak ada pelabelan yang mengharuskan perempuan identik dengan pink atau laki-laki identik dengan biru.
Kala itu, di toko-toko bayi, mulai beredar baju dan aksesori khusus untuk laki-laki dan perempuan yang dipilah berdasarkan warna. Hal itu diperkuat dengan tanggapan sosiolog dari University of Maryland, Philip Cohen, yang menuturkan bahwa pemilahan warna untuk gender merupakan satu dari sekian banyak strategi pasar. Hal itu bersangkutan dengan dunia bisnis.
Hal ini terjadi lantaran dianggap lebih halus, sedangkan laki-laki memakai warna pink karena memiliki kesan yang tajam. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
Pasca-perang dunia kedua, simbol untuk lai-laki dan perempuan ini berubah. Tepatnya pada waktu Amerika Serikat memiliki presiden dengan Dwight Eisenhower dengan ibu negara Mamie Eisenhower. Si ibu Negara pun menampilkan diri di hadapan publik mengenakan gaun pesta berwarna merah muda bertahta.
Menurut BBC, warna yang menjadi simbol gender, laki-laki serta perempuan, secara tidak langsung disepakati sebagai konvensi umum. Norma budaya pun terbentuk. Hal ini lantas diterapkan mulai manusia bayi hingga dewasa.
Studi itu menunjukkan bahwa bayi di bawah usia 2 tahun tak terpengaruh warna biru atau pink saat disodori mainan. Namun demikian, ketika usianya sudah melebihi 2 tahun, balita mulai memilih warna berdasarkan gendernya. Perempuan cenderung memilih warna pink, sedangkan laki-laki cenderung memilih biru. Hal ini bukan terjadi lantaran naluri, melainkan kebiasaan yang diterapkan ibunya saat si anak masih bayi.
Contohnya, bila laki-laki suka pink, ia akan dicap sebagai laki-laki feminin oleh lingkungannya. Sedangkan perempuan yang menggemari warna biru bakal dicap sebagai perempuan maskulin.
Apa pendapatmu tentang hal ini?