Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Puasa Bikin Hati Tak Mudah Terpancing Emosi

Dok. Pribadi

Hampir dua tahun ini aku, Riska Wulandari, bekerja sebagai seorang frontliner staff di salah satu bank swasta syariah di kota Malang, Jawa Timur. Bisa dibilang, pekerjaan yang sedang kugeluti ini bukanlah pekerjaan yang mudah walau nampaknya hanya duduk, melayani transaksi dan hitung-hitung uang. 

Setiap hari, aku harus berjibaku dengan beragam orang dengan latar belakang karakter dan emosi. Tak jarang juga, kami dibuat kesal bukan kepalang karena menghadapi nasabah yang gak sabaran dan marah-marah karena tak kunjung dilayani. Padahal sih, antrian pelayanan memang sedang panjang-panjangnya. Tak ayal, keadaan seperti ini kadang bikin aku stres dan jenuh serta cepat banget emosian. Apalagi kalau keadaannya lagi di bulan puasa seperti sekarang, wajib banyak ikhlas dan stok sabar deh! 

Jam kerja pendek tapi beban kerja sama jadi tantangan sendiri saat bulan Ramadan.

Default Image IDN

Di hari biasa (bukan puasa alias Ramadan) kadang ada saja nasabah yang bikin gemas dan emosi meluap, apalagi saat bulan puasa seperti sekarang. Jam operasional bank yang lebih pendek, jadi pemicu banyak orang berlomba-lomba ingin urusannya selesai sebelum jelang buka puasa. 

Biasanya, saat jam-jam kritis seperti ini, aku dan rekan-rekan frontliner lainnya bakal kewalahan. Masih untung kalau nasabahnya pengertian, tapi kalau tidak ya minimal aku kena sindir atau malah si nasabah cemberut wajahnya. Bisa bayangin kan, kalau melayani orang cemberut otomatis hati kita jadi ikutan masam dan gak semangat. 

Kondisi seperti ini wajib banget aku maklumin. Selain karena memang lagi bulan puasa yang harus menahan amarah, pekerjaan kami mewajibkan untuk tetap tersenyum dan ramah kepada nasabah. Apalagi ketika nasabah komplain, menggerutu, atau banyak tanya. 

Ikhlas adalah kunci.

Default Image IDN

Sejak awal bekerja di bank, apalagi sebagai frontliner staff, aku sadar terhadap risiko tersebut. Aku bakal menghadapi nasabah dengan beragam karakter dan kepribadian. Tak jarang mereka menguji emosi, apalagi saat bulan Ramadan alias sedang puasaan. Kalau aku ketemu nasabah yang gemar komplain, biasanya aku menghadapinya dengan senyuman. Semakin ia komplain banyak hal, maka senyumanku semakin lebar. Hal ini biasanya kulakukan untuk menenangkan hati, agar tak terpancing emosi dan malah membatalkan puasaku.

Memang, pekerja dengan predikat 'pelayan' seperti aku ini wajib menerapkan prinsip ikhlas. Toh, pada dasarnya saat kita melayani dengan tulus, maka si nasabah bakal luluh juga emosinya. Kalau nasabah tetap saja emosi, hitung-hitung aku nabung pahala di surga. Lumayan kan, pahala jadi banyak dan melimpah!

Tak hanya sebagai ladang uang, pekerjaanku juga menjadi ladang ibadah.

Default Image IDN

Saat memulai bekerja, aku menanamkan kepada diriku sendiri bahwa apa yang kulakukan ini bukanlah hanya investasi di dunia, tetapi juga akhirat. Aku menganggap pekerjaanku di bidang jasa seperti yang kujalani ini merupakan ladang ibadah. Bisa membantu orang lain, memudahkan urusan orang lain, membuat orang senang dan lega menjadi ibadah tambahanku.

Aku pingin apa yang ku kerjakan ini mendatangkan rahmat dan ridho, bukan hanya sekadar uang saja. Apalagi saat bulan Ramadan seperti sekarang. Hidup jadi lebih tenang dan bahagia! 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Indra Zakaria
EditorIndra Zakaria
Follow Us