5 Alasan Jangan Kasih Panggung buat Pencari Sensasi

- Sensasi gak pernah berhenti, jangan kasih panggung agar tidak terusik energi dan perhatianmu.
- Jangan percaya pada setiap perkataannya, orang pencari sensasi sering bohong untuk mendapat atensi.
- Orang yang berprestasi pantas lebih diperhatikan daripada pencari sensasi yang sering tak bermutu.
Sebagai masyarakat, kamu mungkin cukup sering membaca atau menonton berita penuh sensasi dari para pesohor. Rasanya ada-ada saja ulah mereka yang menghiasi layar kaca dan media sosial. Akan tetapi, kesukaan mencari sensasi juga bisa ada pada diri orang biasa, seperti temanmu.
Ciri khas dari pembuat sensasi adalah selalu muncul membawa kehebohan. Hidupnya seakan-akan bakal membosankan kalau dijalani tanpa menciptakan sensasi. Ada orang yang membuat sensasi dengan skandal asmara.
Ada juga tipe pencari sensasi yang terus bikin masalah dengan orang lain. Penyebabnya sepele, tetapi keributannya luar biasa agar ia memperoleh atensi publik. Bagaimana cara bijak menyikapi orang seperti ini? Jangan kasih panggung buat pencari sensasi! Biar saja dirimu dianggap acuh tak acuh. Berikut penjelasannya.
1. Sensasi gak habis-habis, kamu capek mengikuti

Sinetron atau novel masih ada kata tamatnya. Akan tetapi, pencari sensasi gak pernah berhenti membuat berita tentang diri sendiri. Semuanya dirancang sedemikian rupa dengan harapan memancing minat orang-orang yang mendengarnya.
Kalau kamu memberinya panggung dengan menunjukkan ketertarikan bahkan ikut heboh, itu seperti candu baginya. Bisa-bisa sepanjang minggu hidupmu cuma dipenuhi oleh sensasinya. Nanti suasana reda paling cuma beberapa hari.
Lalu dia kembali muncul dengan berita lain yang lagi-lagi menguras energimu. Mending kamu gak usah lagi menggubrisnya. Katakan saja 'oh' atau cukup mengangguk-angguk ketika ia berusaha menyedot perhatianmu lagi.
Pencari sensasi akan merasa kecewa, tapi itu baik bagi kalian berdua. Dirimu menjadi lebih hemat energi karena tidak meladeni sensasinya. Dia pun bakal lelah bikin sensasi yang gagal mencuri perhatian orang kemudian terdorong buat berhenti melakukannya.
2. Banyak perkataannya bohong belaka

Tanpa rekayasa di sana sini, hidup seseorang tidak bakal dipenuhi sensasi. Bahkan orang yang gak suka sensasi akan berusaha meredam atau menyembunyikan masalahnya. Sementara itu, pencinta sensasi punya banyak ide buat terus menciptakan kehebohan.
Kamu sebaiknya jangan terlalu polos dan percaya pada setiap perkataannya. Banyak di antaranya kemungkinan besar cuma tipu-tipu. Jika dirimu tampak berminat, ia makin melancarkan dusta hanya untuk mempertahankan perhatianmu padanya.
Ceritanya yang sensasional tetapi fiktif beda sekali dengan saat kamu menikmati novel. Novel sudah jelas hanya berisi kisah rekaan. Kalaupun novel berdasarkan cerita nyata pasti ada keterangan di bagian sampulnya. Lain halnya dengan temanmu yang gemar bikin sensasi.
Ia bahkan berani bersumpah berkali-kali bahwa ucapannya benar. Meski tentu saja itu cuma omong kosong. Ini sama artinya kamu sedang dipermainkan olehnya demi kepuasan batinnya sendiri.
3. Orang yang berprestasi lebih pantas diperhatikan

Seluas-luasnya panggung tetap ada batasannya. Kalau kamu kasih ruang lebih banyak pada orang yang suka bikin sensasi, orang lain yang lebih pantas diperhatikan malah terbaikan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki prestasi.
Para pemilik prestasi sangat layak diprioritaskan buat dikasih panggung sebab bisa menjadi sumber inspirasi. Pun pencapaiannya pasti bukan cuma buat diri sendiri. Namun, juga ada kontribusi positif yang besar untuk kehidupan.
Seperti prestasi internasional yang mengharumkan nama bangsa. Juga pencapaian kerja kawanmu yang ikut mendongkrak laba perusahaan. Semua itu lebih berharga daripada sensasi yang hanya menguntungkan satu orang. Walaupun masih banyak pihak yang kasih panggung untuk orang yang senang bikin sensasi, jangan mengikutinya.
4. Demi sensasi sering tak bermutu

Sebenarnya tidak mudah untuk siapa pun selalu menciptakan sensasi. Awalnya mungkin ada beberapa ide brilian. Dia berhasil menarik perhatian banyak orang dengan sensasi tersebut. Namun, lama-kelamaan tentu gagasannya bisa habis.
Akan tetapi, keinginannya buat selalu mendapatkan banyak perhatian tetap kuat. Bahkan bertambah besar karena pengalaman kesuksesan sensasi sebelumnya. Akibatnya, ia mulai membuat sensasi apa saja daripada sama sekali gak melakukannya.
Kamu bakal makin sering mendengarnya mengatakan hal-hal yang absurd. Seperti membuka aib sendiri seolah-olah ia tidak tahu malu. Hal-hal yang seharusnya dirahasiakan justru diumbar.
Ucapan-ucapan seperti itu gak penting buatmu. Jangan sampai seringnya kamu mendengarkannya justru membuatmu ikut mengembangkan pikiran yang tidak berkualitas.
5. Kamu juga bisa dijadikan bahan sensasinya

Sensasi seperti api di tungku. Agar api selalu menyala perlu terus ditambahkan kayu bakar. Andai kayu bakarnya sudah habis, pembuat sensasi bakal mencari-cari kayu di sekitarnya. Kamu juga tak luput dari incarannya.
Sebagai contoh, kalian lawan jenis. Tadinya hubungan kalian baik-baik saja. Kamu pikir dia berteman baik denganmu sebagai rasa terima kasihnya karena dirimu gak menjauhinya. Tak sedikit orang sudah malas dekat-dekat dengannya yang penuh sensasi.
Namun, jangan kaget kalau suatu saat nanti justru kamu yang dijadikannya bahan sensasi terbaru. Seperti ia menyebarkan kabar bahwa dirimu sebenarnya menaruh hati padanya. Kamu bahkan masih terus mendekatinya sekalipun dia sudah menolak. Dirimu belum tentu mampu meluruskan berita yang dibuat pencipta sensasi kelas wahid.
Kian pembuat sensasi diberi panggung maka dirinya makin senang, tetapi tak ada manfaat nyata apa pun yang didapatkan olehmu. Jangan larut dalam ceritanya yang dibesar-besarkan dan jangan kasih panggung buat pencari sensasi. Dengarkan sebentar saja kemudian segeralah berlalu.