Berawal dari Kekhawatiran, Teman Autis Jadi Wadah Edukatif

Kekhawatiran melahirkan gerakan menuju Indonesia ramah autis

Minimnya pengetahuan mengenai autisme membuat banyak orang kerap menganggap bahwa orang dengan gangguan autisme sebagai orang gila. Karenanya, perlakuan buruk hingga perundungan kerap menyasar para penyandang autis, baik dari orang lain atau orangtuanya sendiri yang denial.

Tak hanya itu, kata autis sendiri sering kali digunakan untuk mengejek atau menghina orang lain yang bukan penyandang autis. Seolah-olah, autis merupakan sesuatu yang mengerikan dan menjijikkan. Padahal, autisme sendiri adalah gangguan perkembangan neurologis yang dialami seseorang.

Fenomena memprihatinkan itulah yang memunculkan rasa khawatir di kalangan masyarakat peduli autisme, tak terkecuali Alvinia Christiany, sang co-founder Teman Autis. Berangkat dari rasa khawatir, Alvinia dan rekan Teman Autis melahirkan sebuah wadah edukasi dan informasi seputar autisme.

1. Memberikan edukasi mengenai autisme pada kalangan awam

Berawal dari Kekhawatiran, Teman Autis Jadi Wadah EdukatifTeman Autis memberikan edukasi pada masyarakat mengenai autisme. (instagram.com/temanautis)

Kekhawatiran yang dirasakan oleh Alvinia dan rekan-rekan sesama peduli autisme membuat mereka berinisiatif untuk membentuk suatu wadah edukasi bagi masyarakat yang masih awam mengenai autisme. Wadah atau kelompok tersebut mereka namai dengan Teman Autis. Lewat berbagai kegiatan, Alvinia dan rekan-rekannya memberikan pengetahuan umum dan mendasar mengenai autis kepada masyarakat. 

Mengubah pola pikir masyarakat awam mengenai autisme bukanlah hal yang mudah, apalagi jika seseorang pernah punya pengalaman buruk dengan penyandang autisme. Karena itu, hal tersebut jadi tantangan tersendiri bagi Teman Autis.

2. Menyajikan informasi bagi orangtua dengan anak autis

Berawal dari Kekhawatiran, Teman Autis Jadi Wadah Edukatifsosok orangtua dengan anak autis (instagram.com/temanautis)

Teman Autis juga menjadi media informasi bagi para orangtua dengan anak autis untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai autisme. Informasi tersebut terkait informasi mendasar seputar autis dan alamat serta rekomendasi klinik terapi terdekat. 

Teman Autis menjadi perantara antara profesional dengan para orangtua yang ingin membawa anaknya terapi. Tak hanya itu, mereka juga terbuka untuk semua orangtua dengan anak autis yang ingin sekadar bercerita dan mengungkapkan keluh kesah mereka dalam membesarkan anak autis.

Baca Juga: Justitia Avila dan Suara Lantangnya Dampingi Korban Kekerasan Seksual

3. Seminar luring dan daring yang dilakukan secara rutin

Berawal dari Kekhawatiran, Teman Autis Jadi Wadah Edukatifseminar offline bersama Teman Autis (instagram.com/temanautis)

Organisasi yang dahulu dinamakan dengan Light it Up ini secara rutin mengadakan seminar, baik yang diselenggarakan secara luring maupun daring. Dalam seminar tersebut, Alvinia dan kawan-kawan memberikan wadah bagi para orangtua dengan anak autis untuk mendapatkan informasi seputar autisme dengan lebih mendalam. 

dm-player

Selain itu, dalam acara yang biasanya diselenggarakan sebanyak 1 hingga 2 bulan sekali ini, Teman Autis menghadirkan sosok dewasa autis yang sudah berkarya dan berkarier di dunia kerja atau usaha sebagai bintangnya. Tujuannya untuk memberikan edukasi dan motivasi bagi para orangtua dan penyandang autis itu sendiri. Teman Autis punya harapan besar agar para penyandang autis bisa berkembang dan memiliki masa depan yang sama seperti orang pada umumnya.

4. Kehadiran Teman Autis memberikan dampak positif bagi para anggotanya

Berawal dari Kekhawatiran, Teman Autis Jadi Wadah EdukatifTeman Autis (instagram.com/temanautis)

Kehadiran Teman Autis tentunya menjadi angin segar bagi para orangtua dengan anak autis karena mereka punya wadah untuk berbagi dan mendapatkan informasi. Namun, rupanya kebaikan dan benefit itu tak hanya dirasakan oleh satu pihak saja.

Alvinia dan rekan-rekannya juga mengaku banyak mendapatkan hal-hal positif dari berbagai kegiatan yang mereka selenggarakan, seperti perasaan bahagia dan bangga saat mampu membantu para orangtua dan penyandang autis.

"Waktu itu sempat ada dewasa autis yang DM (direct messages) di instagram. Dia bilang katanya terinspirasi banget dengan sesi sharing hari ini. Pulang-pulang langsung bikin CV di LinkedIn."

Itulah salah satu momen yang dibagikan oleh Alvinia. Kalimat-kalimat sederhana dari pesertanya itu rupanya berhasil membuat Alvinia dan rekan-rekannya menjadi bahagia dan semakin semangat untuk terus menebar kebermanfaatan bagi orangtua dan para penyandang autisme.

5. Mimpi untuk menciptakan tempat ramah autis bagi para penyandang autisme

Berawal dari Kekhawatiran, Teman Autis Jadi Wadah Edukatifsosok dewasa autis yang tergabung dalam Teman Autis (instagram.com/temanautis)

Bukan untuk sementara, tentunya Alvinia dan rekan-rekannya ingin Teman Autis menjadi organisasi yang terus bertahan lama dan semakin berkembang ke depannya. Karena itu, Teman Autis memiliki mimpi besar yang ingin mereka capai di masa yang akan datang. Mimpi besar tersebut:

  • Masyarakat bisa menerima autis di lingkungan sekitar mereka
    Kita tidak bisa memilih seperti apa kita dilahirkan, begitu pun dengan penyandang autis. Perasaan ingin diperlakukan sama seperti orang normal lainnya tentu dirasakan oleh para penyandang autis. Karena itu, Teman Autis hadir untuk terus memberikan awareness agar masyarakat kelak bisa menerima keberadaan autis tanpa membeda-bedakannya.
  • Mengembangkan konsultasi daring yang layak dan dapat diakses dengan mudah
    Teman Autis tengah mengembangkan konsultasi daring agar semua orang dari berbagai penjuru negeri bisa mendapatkan akses untuk menerima informasi seputar autis tanpa terbatas jarak dan waktu. Dengan konsultasi daring tersebut, Teman Autis berharap para orangtua bisa membantu anak-anak autis mereka untuk terus berkembang dan berbaur di lingkungan.
  • Mengembangkan mitra mereka hingga luar pulau agar orang-orang di luar pulau Jawa juga dapat bertatap muka dan berkonsultasi langsung dengan profesional
    Ada cukup banyak orangtua dengan anak autis yang kini tengah menunggu kehadiran Teman Autis di kota mereka agar bisa berkonsultasi secara langsung. Untuk itu, Teman Autis yang kini aktif di Jakarta ingin terus mengembangkan mitra mereka agar mampu menjangkau tempat terpelosok sekalipun.

Tersenyumlah Indonesia karena bersama Teman Autis peluang kita untuk mewujudkan tempat yang ramah bagi para penyandang autisme menjadi lebih besar. Namun, mimpi Alvinia dan rekan-rekan Teman Autis tentunya tidak bisa mereka wujudkan sendiri. Indonesia negara peduli autis dapat terwujud dengan dukungan dari berbagai pihak tak terkecuali kita.

Semoga ke depannya ada lebih banyak orang yang tergerak untuk mempelajari autis lebih dalam dan memberikan awareness pada sekitar mengenai autisme. Mari bersama wujudkan Indonesia yang lebih ramah autisme.

Baca Juga: Kisah Jordy Tingkatkan Literasi dan Edukasi di Mansinam, Papua Barat

Jihan Khoerunnisa Photo Verified Writer Jihan Khoerunnisa

Boleh jadi satu langkah yang kamu ambil hari ini, dapat mengubah dunia di hari esok✨

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya