Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Manfaat Junk Journaling untuk Kesehatan Mental, Bikin Lebih Tenang!

ilustrasi junk journaling (pexels.com/melanfolia)
Intinya sih...
  • Mengurangi stres dan kecemasan melalui ekspresi bebas
  • Meningkatkan mindfulness dan fokus pada momen sekarang
  • Membangun rasa syukur lewat hal-hal kecil yang sering terabaikan

Di tengah dunia yang serba digital dan menuntut produktivitas tanpa henti, kita sering kali lupa menyediakan ruang untuk bernapas. Untungnya, tren junk journaling hadir sebagai cara kreatif yang menyenangkan untuk menenangkan pikiran. Meski terlihat sederhana, aktivitas ini terbukti punya dampak nyata terhadap kesehatan mental, mulai dari mengelola stres hingga memperkuat koneksi dengan diri sendiri.

Berbagai studi dan pengalaman pribadi menunjukkan, bahwa junk journaling bisa membantu mengelola stres, memperkuat rasa syukur, bahkan membuat kita lebih terhubung dengan diri sendiri. Buat kamu yang ingin tahu lebih dalam tentang manfaat junk journaling untuk kesehatan mental, langsung cek lewat artikel berikut ini!

1. Mengurangi stres dan kecemasan

ilustrasi wanita sedang memegang gelas (pexels.com/olly)
ilustrasi wanita sedang memegang gelas (pexels.com/olly)

Junk journaling membuka ruang untuk berekspresi secara bebas tanpa harus mengikuti aturan atau hasil akhir yang sempurna. Dilansir Verywell Mind, menurut Lisa Anderson, LCSW, direktur klinis di Brooks Healing Center, kegiatan ini dapat menurunkan tingkat stres karena tidak menuntut struktur baku seperti jurnal tulisan pada umumnya. Emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata bisa dialirkan melalui warna, tekstur, dan gambar yang dipilih secara intuitif.

Karena tidak ada tekanan untuk benar atau rapi, junk journaling terasa seperti jeda dari rutinitas yang serba menuntut. Dikutip CNN, Danielle Catton, praktisi junk journaling, menyebut bila aktivitas ini sebagai cara ampuh untuk "menenangkan otak" dari terlalu banyak stimulasi. Ketika fokusmu tercurah pada proses memilih, memotong, dan menempel, pikiran pun bisa beristirahat dari beban overthinking.

2. Meningkatkan mindfulness dan fokus pada saat ini

ilustrasi wanita berambut panjang (pexels.com/stockphotoartist)
ilustrasi wanita berambut panjang (pexels.com/stockphotoartist)

Junk journaling bukan sekadar kegiatan kreatif, tapi juga cara sederhana untuk melatih mindfulness dan fokus. Saat kamu menempel tiket, struk, atau potongan kertas favorit, pikiran otomatis tertambat pada apa yang sedang dikerjakan. Aktivitas ini membantu menenangkan otak dari distraksi dan membuatmu lebih sadar terhadap momen kecil sehari-hari.

“Proses kreatif yang bersifat taktil seperti memilih, memotong, dan menempel berbagai bahan dapat mendorong mindfulness, membantu kita untuk hadir sepenuhnya di momen sekarang,” kata Allison Barton, terapis spesialis trauma dan kecemasan dari San Diego, dilansir Verywell Mind.

Tidak perlu hasil yang sempurna, yang terpenting adalah proses dan rasa tenang yang muncul saat melakukannya. Seperti dijelaskan oleh Lorraine Collins, seorang psikoterapis, dilansir Harpers Bazaar, junk journaling mengajak kita merayakan kenangan, emosi, dan ketidaksempurnaan dengan cara yang personal dan bebas dari penilaian.

3. Membangun rasa syukur lewat hal-hal kecil

ilustrasi wanita membaca buku (pexels.com/georgemilton)
ilustrasi wanita membaca buku (pexels.com/georgemilton)

Junk journaling mengajak kita untuk menemukan makna dari benda-benda sederhana yang sering terabaikan. Bisa berupa struk kopi pagi yang menyenangkan, sobekan tiket film favorit, atau bungkus camilan dari perjalanan singkat. Ketika benda-benda ini disusun menjadi satu halaman, kita jadi lebih mudah mengingat momen kecil yang membahagiakan.

Lisa Anderson menjelaskan, bahwa junk journaling bisa membantu mengalihkan fokus dari stres menuju apresiasi terhadap hidup. Ini sejalan dengan tren “romantisasi hidup” yang kini banyak dibahas di media sosial, di mana seseorang belajar melihat keindahan dalam rutinitas harian. Dari sini, kita bisa membangun pola pikir positif secara bertahap, tanpa harus menunggu momen besar.

“Saat dikumpulkan dan ditata dalam jurnal, detail kecil ini menjadi pengingat visual akan momen-momen baik yang sering kita lupakan. Ini menggeser fokus dari stres ke hal-hal kecil yang membahagiakan,” jelas Lisa Anderson.

4. Membantu memproses emosi yang sulit diungkapkan

ilustrasi perempuan membaca buku di rest corner (pexels.com/timoarrr)
ilustrasi perempuan membaca buku di rest corner (pexels.com/timoarrr)

Tidak semua emosi bisa dijelaskan lewat kata-kata. Junk journaling menyediakan ruang bagi ekspresi yang lebih bebas dan simbolik, sehingga cocok untuk mereka yang sedang mengalami kesedihan atau trauma. Bahkan, potongan gambar, warna, atau tekstur bisa merepresentasikan perasaan yang sulit dilukiskan secara verbal.

Dilansir Verywell Mind, Janet Bayramyan, LCSW, psikoterapis EMDR dan Brainspotting bersertifikat, menjelaskan bahwa praktik ini dapat membantu orang memproses emosi kompleks secara perlahan dan aman. Janet menyebut junk journaling sebagai cara yang efektif untuk menyentuh lapisan emosi terdalam tanpa perlu merasa terpapar. Dengan demikian, jurnal ini bisa menjadi semacam “ruang aman” bagi pikiran.

5. Mengurangi ketergantungan pada layar dan meningkatkan koneksi diri

ilustrasi perempuan bermain handphone sebelum tidur (pexels.com/ronlach)

Di tengah arus informasi digital yang terus mengalir, junk journaling menjadi salah satu cara efektif untuk mengurangi ketergantungan pada layar. Aktivitas ini mendorong interaksi fisik dengan benda-benda nyata, seperti kertas, lem, dan gunting, yang sering terlupakan dalam rutinitas online. Saat fokus tercurah pada proses kreatif tersebut, perhatian pun berpindah dari dunia maya ke pengalaman yang lebih hadir secara nyata.

Selain itu, junk journaling juga menciptakan ruang untuk memperkuat koneksi dengan diri sendiri. Menyusun potongan kenangan di atas halaman jurnal dapat memunculkan perasaan yang sebelumnya tak disadari, sekaligus membantu memahami apa yang sebenarnya penting secara personal. Dengan menjauh sejenak dari layar dan memberi waktu untuk merenung, aktivitas ini dapat menjadi bentuk perawatan diri yang sederhana namun bermakna.

Daripada tenggelam dalam rutinitas digital yang melelahkan, sisihkan waktu untuk menjelajah halaman jurnalmu. Lewat potongan kertas dan lem, kamu bisa merajut ketenangan yang nyata dan itu mungkin jauh lebih menyembuhkan daripada yang kamu kira.

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Tarmizi Murdianto
EditorMuhammad Tarmizi Murdianto
Follow Us