Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kakak Aman: Misi Menjaga Anak Indonesia Lewat Edukasi Seksual

Tim relawan Kakak Aman berkunjung di Alun-Alun Rangkasbitung
Tim relawan Kakak Aman berkunjung di Alun-Alun Rangkasbitung (instagram.com/kakakaman.id)
Intinya sih...
  • Gerakan Kakak Aman lahir dari rasa peduli terhadap perlindungan anak
  • Edukasi seksual yang seru lewat lagu, dongeng, dan games
  • Dongeng jadi cara konvensional yang efektif untuk belajar pendidikan seksual
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Maraknya kasus kekerasan seksual yang menimpa anak ini sungguh membuat miris. Apalagi sebagian besar korbannya anak usia dini. Luka yang mereka alami menimbulkan trauma mendalam yang bisa membayangi kehidupan mereka di masa depan.

"Pemicu utama berdirinya Kakak Aman adalah rasa marah atau emosi melihat banyaknya kasus kekerasan seksual pada anak. Tapi kok, tidak ada yang bergerak secara masif dan serius untuk mencegah hal ini terjadi," ungkap Hana.

Di media sosial, masyarakat marah, memaki pelaku, bahkan mengutuk mereka agar hidupnya tak tenang. Namun setelah kemarahan itu reda, apa yang benar-benar berubah? Sayangnya tidak banyak. Kasus kekerasan seksual masih terus terjadi, meninggalkan jejak trauma seumur hidup bagi anak-anak yang menjadi korban.

Salah satu penyebabnya adalah budaya lama yang menganggap pembicaraan tentang seksualitas sebagai hal tabu. Banyak orang tua berpikir anak akan paham dengan sendirinya seiring bertambah usia. Padahal, justru hal ini membuat tantangan semakin besar. Apalagi di era digital, anak-anak dengan mudah terpapar konten yang tidak pantas melalui gawai mereka.

Berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Digital angka eksploitasi seksual anak di ruang digital menunjukkan Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia. Laporan tahun 2024 mencatat sebanyak 1.450.403 kasus pornografi daring. Sebuah fakta yang menunjukkan masyarakat perlu melek edukasi seksual.

Pola asuhan yang diwariskan dari generasi sebelumnya juga berpengaruh terhadap pola pikir orang tua masa kini. Di tengah perubahan zaman yang cepat, ilmu parenting menjadi hal penting agar anak dapat terlindungi, baik secara fisik maupun mental.

Faktor-faktor inilah yang mendorong Hana Maulida mendirikan gerakan Kakak Aman. Tujuan mulianya sederhana mencegah kekerasan seksual pada anak melalui tindakan nyata, bukan sekadar kemarahan.

Sebagai ibu dari dua orang anak usia 4 dan 6 tahun, Hana memiliki sensitivitas tinggi terhadap isu kekerasan seksual. Ia tak sanggup membayangkan bagaimana perasaan dan kondisi anak-anak yang menjadi korban. Mereka masih kecil, hidupnya masih panjang, tetapi sudah harus menanggung luka yang begitu berat.

Tidak semua anak juga memiliki kondisi keluarga ideal. Banyak dari mereka yang tumbuh di lingkungan yang tidak aman, bahkan tanpa pengawasan orang tua. Paparan internet dan interaksi bebas bisa membawa dampak buruk dan membuka peluang terjadinya kekerasan seksual.

Melalui gerakan ini, Hana berharap semakin banyak anak Indonesia yang tahu cara melindungi dirinya dari kekerasan seksual. Bagaimana cara mewujudkannya? Yuk, kita simak perjuangan Hana bersama Kakak Aman.

1. Gerakan Kakak Aman lahir dari rasa peduli terhadap perlindungan anak

Hana Maulida menyampaikan materi Edukasi Pendidikan Seksual pada Anak kepada peserta dan para pendidik yg hadir
Hana Maulida menyampaikan materi Edukasi Pendidikan Seksual pada Anak kepada peserta dan para pendidik yg hadir (instagram.com/kakakaman.id)

Berbekal latar belakang ASN dibidang perlindungan anak, Hana Maulida mencetuskan gerakan "Kakak Aman". Nama itu dipilih karena memiliki makna yang mendalam. Kata kakak menggambarkan sosok yang dekat, usianya tidak jauh dari anak-anak, dan memiliki pembawaan yang menyenangkan. Sosok yang bisa diajak bermain, bercerita, sekaligus melindungi. Sementara kata aman berarti tenteram, ideal, dan nyaman.

Melalui kombinasi makna tersebut, Hana ingin mengajak siapa pun untuk menjadi kakak yang aman bagi anak-anak di sekitarnya. Berarti seseorang itu peduli dan berani melindungi.

International Technical Guidance on Sexuality Education dari UNESCO menyatakan bahwa pendidikan seksualitas komprehensif (CSE) perlu diberikan sejak usia muda. Pendidikan ini terbukti membantu anak-anak dalam memahami keamanan tubuh mereka, serta membangun hubungan sosial yang sehat. Hal ini pun selaras dengan tujuan gerakan Kakak Aman didirikan.

Kakak Aman sendiri berdiri pada awal tahun 2023 dengan modal pribadi dan tekad yang kuat. Gerakan ini percaya bahwa siapa pun bisa berperan dalam pencegahan kekerasan seksual. Tidak perlu menunggu tragedi terjadi baru bertindak. Edukasi bisa dimulai dari mana saja, dan oleh siapa saja.

2. Edukasi seksual yang seru lewat lagu, dongeng, dan games

Kegiatan edukasi pencegahan kekerasan seksual di Alun-Alun Rangkasbitung
Kegiatan edukasi pencegahan kekerasan seksual di Alun-Alun Rangkasbitung (instagram.com/kakakaman.id)

Kegiatan Kakak Aman sendiri didasarkan pada Modul Edukasi Pencegahan Kekerasan Seksual dan Modul Pendidikan Seksual Komprehensif, yang disusun secara mandiri. Modul ini bahkan bisa diadaptasi oleh komunitas di luar Banten hingga ke seluruh Indonesia.

Aktivitas Kakak Aman dilakukan di sekolah-sekolah dan tempat berkumpulnya anak-anak. Edukasinya disampaikan dengan cara yang ringan dan menyenangkan, melalui dongeng, video interaktif, lagu, tarian, serta lomba mewarnai dan permainan bertema perlindungan diri.

"Kegiatan kita paling lama 40 menit, karena fokus anak-anak tidak bisa terlalu lama," jelas Hana. "Target kami anak TK dan SD dalam modul pertama ini. Apalagi dalam jumlah yang banyak. Supaya tidak bosan, kegiatan dibuat seru tapi tetap bermakna."

Anak-anak juga tidak dipaksa untuk berbicara jika merasa dirinya tak nyaman. “Kalau ada anak yang malu, kami tidak memaksa. Setiap anak memiliki karakter yang berbeda, pembawaan kami happy saja. Sebenarnya anak-anak itu merekam pesan penting yang kami sampaikan. Entah itu lewat lagu maupun ceritanya,” tambahnya.

Peran guru pun sangat penting dalam menguatkan pemahaman seksual terhadap anak. Hana selalu berpesan, "Bapak Ibu, jangan bosan-bosan memberikan pelajaran seksual pada anak. Bisa diselip-selipkan dalam pelajaran sekolah. Karena dari situlah rasa aman mereka tumbuh."

3. Dongeng jadi cara konvensional yang efektif untuk belajar pendidikan seksual

Relawan Kakak Aman edukasi anak-anak di TBM Suka Baca Kragilan lewat dongeng
Relawan Kakak Aman edukasi anak-anak di TBM Suka Baca Kragilan lewat dongeng (instagram.com/kakakaman.id)

Tak disangka dari berbagai metode, dongeng menjadi cara paling efektif untuk mengajarkan pendidikan seksual pada anak. Anak-anak mendengarkan dengan antusias dongeng yang disampaikan relawan Kakak Aman melalui perantara boneka. Bahkan uniknya lagi yang semangat mendengar dongeng bukan hanya anak usia dini, melainkan anak-anak yang sudah dikategorikan ABG.

"Kegiatan yang paling berkesan adalah dongeng. Anak-anak kalau kita lihat kelas 6 tubuhnya sudah besar-besar. Mereka tetap antusias mendengarkan dongeng. Padahal anggapan kita dongeng hanya untuk anak TK. Oh, ternyata koneksi ini yang dibutuhkan untuk kita bisa menyampaikan pengetahuan yang penting buat mereka," ungkap Hana.

Melalui dongeng tim relawan bisa menjelaskan bagian tubuh mana yang harus dilindungi dan langkah apa yang harus dilakukan jika mereka merasa tidak nyaman dengan orang sekitarnya.

Ternyata, metode konvensional seperti dongeng masih sangat relevan di tengah arus digital. Anak-anak merasa diperhatikan dan dihargai ketika diajak berbicara dengan cara yang hangat dan imajinatif.

Respon orang tua pun sangat positif. Banyak yang mengaku kesulitan membicarakan pendidikan seksual di rumah. Kehadiran Kakak Aman memberi solusi mengajarkan hal penting tanpa membuat anak takut atau bingung.

4. Tantangan Kakak Aman melawan anggapan tabu tentang edukasi seksual

Parenting pencegahan kekerasan seksual dewan guru dan orangtua di SDN Margasana
Parenting pencegahan kekerasan seksual dewan guru dan orangtua di SDN Margasana (instagram.com/kakakaman.id)

Setiap perjalanan selalu memiliki tantangan yang meninggalkan kesan mendalam. Begitu pula dengan Kakak Aman. Salah satu tantangan terbesar adalah menghadapi perdebatan kecil tentang budaya dan pola pikir masyarakat terhadap pendidikan seksual. Masih banyak yang menganggap tabu menyebut alat kelamin secara langsung.

“Perdebatan kecil saat menyebut organ vital seperti kemaluan. Nggak banyak orang yang berani mengatakan kalau perempuan memiliki vagina, sedangkan laki-laki punya penis,” ungkap Hana.

Perdebatan ini membuat Kakak Aman tidak hanya fokus mengedukasi anak-anak, tetapi juga orang tua dan guru. Mereka sering bertanya, “Memang harus ya kita menyebutkan nama bagian-bagian itu dengan nama aslinya?” Padahal, menurut Hana, ketika anak mengenali dan menyebutkan bagian tubuhnya dengan benar tanpa rasa malu, itu justru membuat mereka lebih aman.

Jika anak tahu dan terbiasa menyebutkan dengan benar, mereka akan lebih mudah bercerita ketika terjadi sesuatu yang tidak nyaman sama seperti saat mengeluh sakit kepala. Sebaliknya ketika dianggap tabu, anak bisa takut berbicara hal tersebut karena khawatir mengecewakan orang tua.

Kakak Aman mencoba mendekati anak dengan cara hangat, seperti sahabat. Anak-anak diajak memahami batasan tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh, bahkan oleh orang terdekat.

“Ayah tidak boleh menyentuh bagian pribadi kamu ketika tidak ada sebabnya, ya?” salah satu pesan Hana terhadap anak-anak. Kalimat ini penting, karena banyak anak tumbuh dalam budaya harus patuh kepada orang dewasa. Pola ini kerap dimanfaatkan oleh orang yang berniat jahat yang bisa jadi dari orang terdekat entah itu ayah, kakek, paman, guru, atau tetangga. Edukasi seperti inilah yang berperan besar untuk melindungi anak sejak dini.

5. Kisah haru anak desa yang menguatkan tekad Hana Maulida

Anak-anak ikut kegiatan edukasi pencegahan kekerasan seksual di Alun-Alun Rangkasbitung
Anak-anak ikut kegiatan edukasi pencegahan kekerasan seksual di Alun-Alun Rangkasbitung (instagram.com/kakakaman.id)

Bertemu dengan banyak anak dari berbagai latar belakang membuat Hana Maulida sering tersentuh. Salah satu kisah yang membekas datang dari seorang anak di desa kecil. Ibunya bekerja sebagai TKW, sementara sang ayah tidak peduli padanya. Setiap hari anak itu berjalan kaki sejauh satu kilometer sendirian untuk pergi dan pulang sekolah.

“Rasanya sedih sekali melihatnya. Apalagi di desa, kasus kekerasan seksual juga ada. Saya khawatir kalau tidak ada yang mendampingi.” tutur Hana.

Saat itulah Hana memberi pesan khusus kepada anak tersebut agar bisa menjaga dirinya. “Nak, kalau ada siapa pun bahkan keluargamu sendiri yang menyuruhmu membuka baju, menyentuh bagian pribadimu, atau membuatmu tidak nyaman, kamu harus berani menolak, ya. Itu artinya mereka punya niat tidak baik.”

Hana merasa setiap pertemuan dengan anak-anak seperti itu menjadi pengingat bahwa perjuangannya belum selesai.

6. Dua tahun perjalanan Kakak Aman berhasil membangun kesadaran pentingnya pendidikan seksual

Kakak Aman menyapa anak-anak di SDN Ciwandan, Kota Cilegon
Kakak Aman menyapa anak-anak di SDN Ciwandan, Kota Cilegon (instagram.com/kakakaman.id)

Dua tahun sudah Kakak Aman berjalan, dan perubahan mulai terasa. Kini masyarakat, terutama di wilayah Serang, Banten, semakin terbuka terhadap pentingnya pendidikan seksual sejak dini. Guru-guru yang dulu canggung dan bingung harus mulai dari mana, kini mulai berani berbicara dengan bahasa yang tepat dan empatik kepada murid-muridnya.

"Sebelumnya diawal pertemuan bapak ibu guru canggung banget untuk bisa menyampaikan pendidikan seksual itu seperti apa? Bahkan untuk bertanya saja mereka bingung. Ingin bisa berdiskusi dan mengedukasi anak-anak, apalagi sekarang melihat makin banyaknya kasus. Sekarang setelah adanya interaksi antara Kakak Aman mereka mulai terbuka. Bahkan ada grup khusus untuk berbagi kasus atau pengalaman di sekolah," kata Hana.

Kini pembicaraan tentang pendidikan seksual bukan lagi sesuatu yang aneh. Kesadaran masyarakat meningkat, penerimaan terhadap Kakak Aman pun semakin besar. Perubahan ini menjadi bukti bahwa edukasi yang konsisten bisa mengubah pola pikir secara perlahan, tapi pasti terjadi.

7. Beragam profesi relawan Kakak Aman bergerak dengan satu tujuan mulia

Pelatihan Volunteer Kakak Aman
Pelatihan Volunteer Kakak Aman (instagram.com/kakakaman.id)

Di balik keberhasilan Kakak Aman, ada para relawan dengan latar belakang beragam yang ikut berperan. Tidak semuanya berasal dari dunia sosial, namun mereka memiliki satu kesamaan kepedulian yang tinggi terhadap keselamatan anak-anak.

Total hingga saat ini 55 volunteer ikut tergabung dalam gerakan Kakak Aman. Lebih dari 4.000 anak sudah teredukasi untuk memahami cara melindungi diri dari kekerasan seksual. Serta 17 daerah sudah merasakan manfaat dari program penyuluhan kekerasan seksual.

Sebagian besar relawan bekerja penuh waktu dari Senin hingga Jumat. Karena itu, kegiatan edukasi biasanya dilakukan di akhir pekan. Keterbatasan waktu sering menjadi tantangan tersendiri, apalagi jika undangan untuk mengisi kegiatan di hari kerja. Namun bagi Hana, hal itu juga menjadi pertanda baik.

“Artinya, dampak positifnya mulai terasa. Semakin banyak pihak yang ingin belajar dan ikut menyebarkan nilai-nilai perlindungan anak,” ujarnya.

Meski waktu mereka terbatas, semangat para relawan tidak pernah padam. Mereka percaya, setiap waktu yang digunakan untuk mengedukasi anak bisa menjadi investasi besar untuk masa depan mereka yang lebih aman dan bermartabat bagi generasi berikutnya.

8. Dedikasinya mencegah kekerasan seksual anak, Hana Maulida raih SATU Indonesia Awards 2024

Hana Maulida dan tim Kakak Aman di acara 15th Satu Indonesia Awards 2024
Hana Maulida dan tim Kakak Aman di acara 15th SATU Indonesia Awards 2024 (instagram.com/kakakaman.id)

Hana Maulida menceritakan momen tak terlupakan awal mula dirinya mendaftar penerima SATU Indonesia Awards ke-15. “Lucunya, saya baru mendaftar H-1 sebelum penutupan SATU Indonesia Awards. Saya sangat syukuri prosesnya sederhana, tapi pertanyaannya berbobot. Saya menyelesaikannya dalam satu kali duduk. Paling penting kita tahu apa yang ingin kita wujudkan dan apa yang ingin diperjuangkan.”

Tak disangka, dari ribuan peserta di seluruh Indonesia, Hana Maulida melalui program Kakak Aman terpilih sebagai salah satu penerima penghargaan SATU Indonesia Awards ke-15 pada tahun 2024 kemarin di bidang pendidikan "Sahabat Pelindung Anak dari Kekerasan Seksual". Hana merasa bangga sekaligus terharu. Penghargaan ini bukan semata untuk dirinya, tapi untuk semua relawan yang telah bekerja keras mengedukasi anak-anak tentang pentingnya melindungi diri dari kekerasan seksual.

9. Harapan mengenai pendidikan seksual jadi bagian dari life skill di sekolah

Kakak Aman edukasi pencegahan kekerasan seksual di SDN Cikande 1
Kakak Aman edukasi pencegahan kekerasan seksual di SDN Cikande 1 (dok. pribadi/Hana Maulida)

Harapan terbesar Hana Maulida agar pendidikan seksual semakin familiar dan bisa diajarkan di semua sekolah Indonesia, bukan hanya lewat kegiatan tambahan, tetapi menjadi bagian dari pembelajaran life skill. Keterampilan hidup ini dibutuhkan setiap anak untuk bertahan dan berkembang di dunia yang penuh tantangan.

“Minimal anak-anak tahu bagian pribadi mana yang harus mereka jaga, memahami betapa berharganya diri dan tubuh mereka, serta tahu apa yang harus dilakukan jika berada dalam situasi berbahaya. Saya pun ingin pendidikan seksual bisa dipelajari di seluruh sekolah Indonesia,” jelas Hana. Ia yakin, pendidikan seksual bukan hal tabu, tapi bentuk kasih sayang dan perlindungan. Ketika anak paham tentang tubuh dan batasannya, mereka tumbuh lebih percaya diri, berani berbicara, dan mampu menjaga diri sendiri.

"Harapan saya, semakin banyak anak dan orang dewasa yang teredukasi tentang pendidikan seksual. Dengan begitu, anak-anak Indonesia bisa berkembang secara maksimal, menemukan potensi terbaiknya, dan bukan malah menjalari hari-hari dalam trauma dan ketakutan," tuturnya lewat rekaman suara dari WhatsApp pada Rabu (5/11/2025).

Bagi Hana, perjalanan Kakak Aman bukan sekadar program sosial. Ini adalah pengalaman berharga untuk menebar manfaat, menanam nilai-nilai keberanian dan kasih sayang di hati anak-anak.

Melalui langkah-langkah sederhana, Kakak Aman berhasil membuka ruang aman bagi anak-anak untuk belajar tentang tubuh dan perlindungan diri. Gerakan ini menjadi pengingat bahwa mencegah kekerasan seksual menjadi tanggung jawab kita semua para orang dewasa yang ingin masa depan anak-anak tumbuh tanpa rasa takut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us

Latest in Life

See More

4 Rekomendasi Bedak Wardah untuk Kulit Kering, Cerah dan Flawless!

13 Nov 2025, 05:03 WIBLife