Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kakak Juga Sayang pada Kamu, pada Mama, dan pada Papua

Doc. Pribadi
Doc. Pribadi

Hari itu matahari tepat di atas kepala, perjalanan tiga puluh menit itu rasanya begitu menyiksa. Tak ada sebab lain kecuali panas membara di atas kendaraan bak terbuka.Tidak ada pilihan lain untuk menuju kota selain kendaraan bak terbuka yang dipinjamkan pemda, dan taxi, sebuah sebutan bagi bis umum berukuran tiga perempat yang hanya muncul di waktu-waktu tertentu saja.

Seketika ingatan saya membawa pada hari-hari yang telah dilewati. Saya mengetahui bahwa di kampus saya ada mata kuliah wajib bernama KKN (Kuliah Kerja Nyata) bernama KKN-PPM (Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pengabdian Masyarakat) yang dilaksanakan selama dua bulan dengan lokasi KKN di hampir seluruh pelosok Indonesia, maka pilihan lokasi yang terbayang oleh saya saat itu: Papua. Padahal, saat itu saya masih semester dua, sedangkan KKN merupakan mata kuliah yang bisa diambil mulai semester enam atau sudah menempuh 100 sks. Padahal, saat itu saya sedang berjuang mempertahankan sebuah hubungan jarak jauh, sedangkan KKN pasti makin memperjauh suatu hubungan. Lho..

Entah kenapa Papua selalu menjadi impian saya. Bahkan ketika sudah kebelet ingin ke Papua sedangkan sks yang diambil masih di bawah seratus, saya berniat untuk nekat saja ikut Ekspedisi NKRI ke Papua Barat yang diadakan TNI. Sayang, niat itu pupus sudah karena ekspedisi menghabiskan waktu selama enam bulan dan mengharuskan saya untuk cuti kuliah. Sejujurnya, wajah ibunda selalu terbayang jika saya harus meninggalkan kuliah, untuk cuti ataupun untuk  bolos. Sejujurnya lagi, wajah ibunda itu memang selalu membayangi saya, karena kuliah kerap saya tinggalkan. Sampai akhirnya, saya merasa tak sanggup dibayangi lagi, apalagi selama enam bulan, apalagi karena ego pribadi ingin menginjak tanah Papua.

Setelah mimimpikan lama dan melalui proses plotting lokasi KKN yang penuh pertimbangan, akhirnya  tercapai juga impian untuk menginjakkan kaki di tanah Papua. Tidak tanggung-tanggung, saya bisa menginjakkan kaki di tanah Papua dan hidup bersama masyarakatnya selama 52 hari. Waktu yang bagi saya sangat lama. Di tempat yang dinamai Pulau Injilllah saya akhirnya ditempatkan. Selalu ada kebahagiaan tersendiri bertemu orang-orang baru, apalagi orang-orang tersebut menyambut kedatangan kami dengan sambutan hangat.

Sering saya terharu karena kata-kata masyarakat yang disampaikan dengan tulus dan jujur, mulai dari ucapan terima kasih karena bersedia datang, sampai doa-doa yang dirapalkan untuk saya dan teman-teman. Saya jadi teringat teman yang beberapa minggu lalu sepulang gereja bercerita sambil berkaca-kaca, tentang doa yang dirapalkan pendeta,

”...Adik-adik mahasiswa ini jauh dari orang tua, jauh dari dosen pembimbing, biar Tuhan yang jadi orang tua mereka, biar Tuhan yang jadi dosen pembimbing mereka...”

Tidak terhitung banyaknya doa-doa yang dirapalkan mereka untuk saya dan teman-teman lainnya, yang saya tahu kondisi kami yang bahagia dan baik-baik saja selama di Papua, salah satunya adalah karena doa mereka yang didengar Tuhan. Pengabdian masyarakat yang awalnya hanya untuk menuntaskan 3 sks saja, akhirnya menjadi pengabdian yang dilakukan sepenuh hati, bukan karena apa-apa melainkan karena tanah ini, pulau ini, masyarakat ini membuat apapun yang kami lakukan rasanya ingin kami lakukan dengan sepenuh hati.

Dua minggu awal rasanya berat karena susahnya menahan rindu pada rumah, dua minggu terakhir juga ternyata berat karena membayangkan bagaimana nanti menahan rindu pada rumah setelah rumah bernama Jogja dan rumah yang ditempati orang tua. Rumah baru ini bernama Papua. Seorang Mama pernah berkata pada saya mengenai anak perempuannya yang sering saya temani memasak,

“Nona tadi bilang ke Mama kalau Nona sayang kakak...”

Iya, kakak juga sayang pada kamu, pada mama, pada Papua.

 

Kampung Warbor, Supiori Utara, Papua 30 Juli 2016                                  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us