Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan Fatal saat WFH Jelang Akhir Tahun

Ilustrasi work from home
Ilustrasi work from home (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Menganggap WFH berarti bisa kerja kapan saja
  • Tetap mengecek kerjaan saat cuti mental
  • Tidak membedakan ruang kerja dan ruang istirahat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Akhir tahun sering dianggap waktu paling aman untuk menjalani work from home dengan santai. Target kerja mulai melonggar, suasana liburan makin terasa, dan godaan untuk menurunkan ritme produktivitas jadi makin besar. Sayangnya, banyak orang justru terjebak pola WFH yang merusak work life balance tanpa sadar.

WFH jelang liburan seharusnya jadi momen menata ulang energi, bukan sumber stres baru. Jika salah strategi, pekerjaan bisa melebar ke mana-mana dan waktu healing malah habis untuk urusan kantor. Kalau kamu merasa WFH akhir tahun justru bikin capek mental, yuk, simak lima kesalahan fatal saat WFH jelang akhir tahun yang perlu kamu hindari!

1. Menganggap WFH berarti bisa kerja kapan saja

ilustrasi perempuan menyelesaikan pekerjaan
ilustrasi perempuan menyelesaikan pekerjaan (freepik.com/freepik)

Salah satu kesalahan paling umum saat work from home adalah menghapus batas jam kerja. Karena merasa “di rumah saja”, banyak orang membiarkan pekerjaan masuk ke malam hari, bahkan akhir pekan. Akhirnya, waktu istirahat yang seharusnya jadi momen healing malah habis untuk urusan kantor.

WFH tetap membutuhkan struktur waktu yang jelas. Tanpa jam mulai dan selesai kerja, otak tidak pernah benar-benar beristirahat. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini merusak work life balance dan menurunkan produktivitas. Menjaga disiplin waktu justru membuat kerja lebih fokus dan hidup terasa lebih seimbang.

2. Tetap mengecek kerjaan saat cuti mental

ilustrasi work from anywhere
ilustrasi work from anywhere (freepik.com/senivpetro)

Banyak orang merasa bersalah saat ingin rehat di akhir tahun. Akhirnya, meski secara mental sudah lelah, mereka tetap membuka email, chat kantor, atau dokumen kerja. Dalihnya cuma “cek sebentar”, tapi efeknya bisa merusak proses healing.

Otak manusia butuh jeda total untuk pulih. Saat kamu tetap terhubung dengan pekerjaan, tubuh memang diam, tapi pikiran masih bekerja. Ini salah satu penyebab kenapa WFH terasa melelahkan meski tidak ke mana-mana. Berani benar-benar offline adalah kunci menjaga kesehatan mental dan work life balance.

3. Tidak membedakan ruang kerja dan ruang istirahat

ilustrasi perempuan rileks
ilustrasi perempuan rileks (freepik.com/pressfoto)

WFH tanpa batas ruang adalah jebakan klasik. Bekerja dari kasur, sofa, atau meja makan memang terasa nyaman di awal, tapi lama-lama mengganggu fokus dan kualitas istirahat. Ruang yang seharusnya jadi tempat relaksasi justru diasosiasikan dengan stres kerja.

Membuat batas fisik antara ruang kerja dan ruang pribadi membantu otak mengenali kapan harus fokus dan kapan harus istirahat. Ini penting terutama di akhir tahun, saat tubuh dan pikiran sudah lelah. Tanpa batas ruang, work from home bisa menggerus rasa nyaman di rumah sendiri.

4. Menumpuk pekerjaan demi kejar liburan

ilustrasi pekerjaan kantor menumpuk (freepik.com/cookie studio)
ilustrasi pekerjaan kantor menumpuk (freepik.com/cookie studio)

Banyak orang memaksakan diri menyelesaikan semua pekerjaan sebelum liburan dengan ritme yang tidak realistis. Jam kerja diperpanjang, multitasking berlebihan, dan istirahat dikorbankan. Harapannya, liburan nanti bisa tenang. Faktanya, tubuh keburu tumbang sebelum liburan tiba.

Produktivitas bukan soal bekerja lebih lama, tapi bekerja lebih cerdas. Menyusun prioritas dan menerima bahwa tidak semua hal harus selesai sempurna justru membantu menjaga energi. WFH akhir tahun seharusnya memberi ruang bernapas, bukan jadi ajang menyiksa diri.

5. Mengabaikan kebutuhan healing karena merasa belum pantas istirahat

Ilustrasi work from home
Ilustrasi work from home (freepik.com/freepik)

Kesalahan paling fatal adalah menunda healing dengan alasan merasa kurang produktif. Banyak orang berpikir istirahat harus “ditebus” dengan kerja keras. Pola pikir ini berbahaya karena membuat kelelahan dianggap normal.

Padahal healing bukan hadiah, tapi kebutuhan. Menjaga work life balance berarti mengakui batas diri dan memberi ruang untuk pulih, terutama saat WFH di akhir tahun. Ketika tubuh dan pikiran sehat, produktivitas justru akan meningkat secara alami.

WFH di akhir tahun bisa menjadi kesempatan menjaga produktivitas sekaligus kesehatan mental jika dijalani dengan tepat. Kuncinya ada pada batas yang jelas, fokus yang terjaga, dan kesadaran akan kebutuhan diri sendiri. Setelah mengetahui kesalahan fatal saat WFH jelang akhir tahun, yuk, mulai perbaiki pola work from home dari sekarang agar akhir tahun benar-benar jadi momen rehat yang berkualitas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

[QUIZ] Pilih Kebiasaan Upin Ipin, Kamu Lebih ke Humoris atau Serius?

13 Des 2025, 17:05 WIBLife