Di tengah citra Bali yang selalu identik dengan pantai eksotis, vila mewah, dan pariwisata kelas dunia, masih tersimpan kisah lain yang jarang muncul ke permukaan. Tidak semua sudut Pulau Dewata merasakan akses hidup yang layak, termasuk kebutuhan paling mendasar, yaitu air bersih.
Di Desa Ban, Karangasem, akses air bersih masih menjadi tantangan besar bagi warga. Di tengah kondisi geografis yang kering, mereka harus menempuh perjalanan jauh melewati jalur terjal dan berbatu hanya untuk membawa pulang satu jeriken air guna memenuhi kebutuhan harian. Kesulitan ini kian diperparah oleh dampak perubahan iklim, deforestasi, serta alih fungsi lahan yang membuat sumber air semakin langka dari tahun ke tahun.
Kondisi tersebut menjadi titik balik bagi Reza Riyady Pragita, seorang perawat muda yang kesehariannya tak hanya berkutat merawat pasien, tetapi juga dekat dengan dinamika hidup masyarakat yang sering luput dari perhatian. Melihat warga yang harus menunggu hujan turun atau menempuh perjalanan ekstrem hanya untuk mendapatkan air bersih, membuat hatinya terusik. Dari sanalah Reza merasa bahwa ia tidak bisa tinggal diam dan perlu melakukan sesuatu yang nyata bagi masyarakat Desa Ban.
Dari sinilah lahir SAUS (Sumber Air untuk Sesama), sebuah program yang ia bangun bukan dengan dana besar, melainkan tekad, kepedulian, dan mimpi agar masyarakat pedalaman bisa mengakses air bersih secara mandiri. Perjalanan SAUS tak hanya membuka akses air, tapi juga menumbuhkan harapan baru, hingga akhirnya mengantarkan Reza menjadi salah satu penerima SATU Indonesia Award 2022.
Bagaimana kisah lengkap perjuangannya menembus pelosok Bali demi membantu warga? Simak selengkapnya dalam artikel berikut!
