Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
WhatsApp Image 2025-07-15 at 17.38.59.jpeg
Media gathering dan peluncuran Laut Bercerita sampul baru spesial cetakan ke-100 pada Selasa (15/7/2025) di Kopi Aloo, Gramedia Jalma Melawai, Blok M (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Intinya sih...

  • Angka penjualan yang luar biasa menunjukkan bahwa Laut Bercerita bukan hanya dibaca, tetapi benar-benar dicintai oleh pembacanya.

  • Sampul barunya menghadirkan nuansa baru dan tidak berwarna biru

  • Melalui beberapa kit tambahan, pembaca diajak menyelami dunia Biru Laut dengan cara yang lebih visual dan imajinatif.

Jakarta, IDN Times - Laut Bercerita, novel karya Leila S. Chudori, resmi menorehkan pencapaian luar biasa dengan memasuki cetakan ke-100 pada tahun 2025. Sejak pertama kali diterbitkan pada 2017, novel ini telah terjual lebih dari 500.000 eksemplar. Laut Bercerita juga menjadi novel sejarah fiksi yang banyak dibahas dan diminati oleh pembaca. Untuk menandai momen spesial ini, Laut Bercerita juga hadir dengan sampul baru yang menampilkan desain dengan konsep berbeda dari 2 sampul sebelumnya.

Pada Selasa (15/7/2025) di Kopi Aloo, Gramedia Jalma Melawai, Blok M, Leila menggelar acara media gathering untuk membahas lebih lanjut terkait hal baru dan spesial dari cetakan ke-100 Laut Bercerita. Momen spesial ini ditandai juga dengan peluncuran buku Laut Bercerita dengan sampul baru dan dihadiri oleh sejumlah penggemar. Sejak beberapa jam sebelum acara dimulai, penggemar Laut Bercerita sudah tampak memenuhi area acara sambil membawa buku dari Leila untuk sesi tanda tangan.

Di acara peluncuran ini, Leila Chudori pun tampak excited dan ia mengaku saat itu adalah kali pertamanya memegang dan membuka buku Laut Bercerita sampul ketiganya ini. Ada sejumlah hal yang baru dan berbeda, mulai dari ilustrasi hingga kit yang dihadirkan untuk cetakan kali ini. Leila juga bercerita dengan antusias apa konsep baru untuk cetakan terbaru Laut Bercerita. Penasaran?

1. Momen ini menjadi 'sejarah baru' untuk dunia kepenerbitan Indonesia

Media gathering dan peluncuran Laut Bercerita sampul baru spesial cetakan ke-100 pada Selasa (15/7/2025) di Kopi Aloo, Gramedia Jalma Melawai, Blok M (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Pencapaian Laut Bercerita yang berhasil mencapai cetakan ke-100 tentu bukan sekadar angka, melainkan refleksi dari kekuatan cerita yang mampu bertahan dan terus relevan di tengah arus penerbitan yang cepat berubah. Di tengah kondisi industri buku yang penuh tantangan, keberhasilan ini menjadi titik penting yang layak dicatat sebagai tonggak baru dalam sejarah penerbitan fiksi di Indonesia.

"Perjalanan sampai ke-100 ini unexpected, catatan baru di dunia kepenerbitan Indonesia. Sejauh yang saya tahu, kalau fiksi atau novel, di 20 tahun ke belakangan, itu saya kira baru Laut Bercerita yang sampai ke-100 cetakan," ujar Christine, perwakilan Penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Angka penjualan yang luar biasa juga menunjukkan bahwa Laut Bercerita bukan hanya dibaca, tetapi benar-benar dicintai oleh pembacanya. Diterbitkan dalam versi fisik serta versi digital, buku ini menjangkau berbagai kalangan dan generasi pembaca, memperluas jangkauannya hingga menjadi fenomena tersendiri di ranah sastra Indonesia.

Christine melanjutkan, "Laut Bercerita total eksemplarnya ada 500.000 yang sudah terjual, dengan hardcover dan soft cover, belum sama digital."

2. Sampul barunya menghadirkan nuansa baru dan tidak berwarna biru

Media gathering dan peluncuran Laut Bercerita sampul baru spesial cetakan ke-100 pada Selasa (15/7/2025) di Kopi Aloo, Gramedia Jalma Melawai, Blok M (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Perjalanan sebuah buku tak berhenti saat pertama kali diterbitkan. Seiring waktu, elemen visual seperti sampul pun turut berevolusi. Leila sebagai penulis memiliki perhatian khusus terhadap makna di balik setiap perubahan desain. Sampul bukan hanya bungkus, melainkan bagian dari narasi yang bisa menambahkan kedalaman bagi pembaca, termasuk melalui elemen ekstra yang memperkaya pengalaman membaca.

"Sejak ganti di sampul kedua di tahun ke-5 sejak terbit, saya suka merasa, orang kalau mau beli versi sampul baru itu harus ada tambahan atau something special. Saya pribadi, banyak ide yang tidak dimasukkan di ceritanya karena takut mengubah alur cerita. Jadi, di sampul kedua ada tambahan 'surat' dari Anjani," jelas Leila.

Untuk edisi ke-100 ini, perubahan sampul menjadi hal yang tak bisa dipisahkan dari perayaan pencapaian tersebut. Alih-alih mempertahankan nuansa biru yang ikonik dari edisi-edisi sebelumnya, Leila dan timnya justru memilih pendekatan visual yang berbeda. Dengan bersemangat, Leila menjelaskan makna dari sampulnya kali ini.

"Di sampul ketiga juga sama, ganti sampul gak bisa gitu aja. Jadi saya dibantu tim untuk membuat sampul baru, tapi saya minta jangan biru lagi. Mereka kasih ide tentang tema vintage dan saya suka itu. Jadi, di sampul ini nuansanya lebih ke berkas investigasi. Ini ceritanya folder atau map," tambahnya.

Menurut Leila, secara umum, Laut itu bersuara di dasar laut. Lalu, secara lebih dalam, buku ini bercerita tentang penculikan dan bagaimana keluarga korban merasakan kehilangan, lalu mencoba untuk mencari. Di sampul ketiga, Leila berusaha mengajak pembaca untuk melangkah ke level berikutnya, yaitu bagaimana peristiwa kehilangan ini harus diselidiki dan dicari tahu. Bagaimana masyarakat Indonesia meminta jawaban terkait ke mana larinya anak yang hilang (Laut). Seperti yang kita tahu, sampai saai ini belum ada penyelesaiannya.

3. Beberapa 'kit' yang berbeda dari cetakan sebelumnya

Media gathering dan peluncuran Laut Bercerita sampul baru spesial cetakan ke-100 pada Selasa (15/7/2025) di Kopi Aloo, Gramedia Jalma Melawai, Blok M (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Melalui beberapa kit tambahan, pembaca diajak menyelami dunia Biru Laut dengan cara yang lebih visual dan imajinatif. Detail-detail baru seperti stiker investigasi, ilustrasi, hingga catatan riset dan silsilah karakter tidak hanya memperkaya isi. Namun juga memperkuat kedekatan emosional pembaca dengan cerita yang sudah dikenal luas ini.

"Buat cetakan ini, ada stiker ala investigasi yang bisa ditempel. Lalu ada beberapa ilustrasi baru dalam bukunya, mulai dari tutorial masak mie instan khas Biru Laut hingga peta. Di bagian belakang bukunya juga ada catatan riset saya untuk menemukan nama Biru Laut. Lalu, ada juga silsilah keluarga karakter di buku ini," ujar Leila.

Beberapa hal baru yang Leila cantumkan menjadi langkah untuk mengajak pembaca memahami buku ini lebih dalam. Misalnya seperti silsilah keluarga para karakter Laut Bercerita. Leila menyebutkan, meskipun karakter keluarga mereka tidak keluar di alurnya, namun Leila pribadi ingin menyebutkan karakter itu. Leila percaya, seorang anak itu tumbuh dibentuk oleh pendidikan lingkungannya. Bagaimana anak berperilaku dan berkepribadian merupakan respons bagaimana orangtua mereka membesarkannya.

4. Flashback ke momen Leila menulis buku ini, ia merasa harus 'jujur'

Media gathering dan peluncuran Laut Bercerita sampul baru spesial cetakan ke-100 pada Selasa (15/7/2025) di Kopi Aloo, Gramedia Jalma Melawai, Blok M (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Leila mengungkap bahwa sejak awal ia menulis dengan dorongan kejujuran. Bukan hanya pada fakta, tetapi juga pada emosi dan karakter. Baginya, menciptakan tokoh yang hidup dan memiliki ruh adalah kunci agar cerita ini dapat terhubung secara mendalam dengan pembaca, bahkan dari generasi yang tidak mengalami langsung peristiwa yang diangkat.

"Saya tidak pernah menyangka buku ini dibaca oleh angkatan yang lebih muda. Saya juga tidak mengerti kenapa karena sebenarnya banyak karya lain yang mengangkat peristiwa '98. Tapi mungkin, saat menulis, saya merasa bahwa saya harus jujur. Jujur tentang perasaan dan tokoh-tokohnya. Saya selalu berusaha menciptakan tokoh yang punya 'ruh', bukan hanya fiksi, tapi terasa hidup," ucap Leila.

Maksud 'being honest' yang Leila sebutkan adalah bagaimana ia menciptakan tokoh-tokohnya secara jujur. Misalnya, ketika ia menulis atau menggambarkan tokoh Anjani. Dalam buku ini, Anjani awalnya dilihat sebagai anak yang ceria dan berbakat. Namun, akhirnya berbalik saat ia kehilangan Laut, secara fisik dan mental. Leila mengaku, saat menulis, itu sebenarnya ia tak tega. Namun pada realitas, ia banyak melihat peristiwa itu. Banyak yang kehilangan, break down, dan merasa sulit mengobati kesedihannya.

5. Laut Bercerita menjadi buku yang diminati, khususnya ketika mulai ada 'letupan' di negara ini

Media gathering dan peluncuran Laut Bercerita sampul baru spesial cetakan ke-100 pada Selasa (15/7/2025) di Kopi Aloo, Gramedia Jalma Melawai, Blok M (IDN Times/Nisa Zarawaki)

Daya tarik Laut Bercerita tidak hanya bertahan, tapi justru terus meningkat seiring perkembangan zaman. Buku ini menjadi semacam cermin sosial yang relevan di tengah dinamika kondisi politik dan sosial di Indonesia. Ketika keresahan masyarakat meningkat, buku ini kerap menjadi rujukan, seperti yang dirasakan langsung oleh Leila S. Chudori.

"Bisa dibilang, tiap 2 bulan cetak ulang. Setiap ada ‘letupan’ di negara ini, kita juga cetak ulang karena bukunya banyak dicari. Rasanya sebenarnya senang dan khawatir. Khawatir what's gonna happen in this country," terang Leila.

Fenomena tersebut juga tercatat oleh pihak penerbit. Menurut Christine, lonjakan cetak ulang yang konsisten, terutama sejak pandemik, menandakan bahwa buku ini menemukan audiens barunya melalui media sosial dan momentum sosial-politik yang terjadi.

Christine menambahkan, "Peningkatan awal itu saat pandemik tahun 2020. Itu berarti 3 tahun setelah terbit. Sejak tahun 2020-2024, itu terjadi cetakan ke-11 sampai ke-80, perkembangannya pesat. Banyak orang yang mengomunikasikan buku ini di media sosial. Ada momen saat letupan di negara ini terjadi, orang-orang heboh soal buku ini dan merasa harus segera membacanya."

Demikian beberapa poin dan hal baru dari cetakan ke-100 novel Laut Bercerita. Gimana, kamu tertarik untuk membeli cetakan terbarunya ini gak, nih?

Editorial Team