Hidup Itu Simpel, Namun 10 Hal Ini Bikin Kamu Malah Ribet Sendiri

2. Menjadikan persetujuan orang lain sebagai patokan

Unsplash.com/quinoal

Hanya karena tidak mendapatkan persetujuan dari orang lain, kamu bisa membatalkan banyak hal seperti tindakan yang sebenarnya kamu rasa perlu bahkan mimpi-mimpimu. Kalau kamu bertindak hanya berdasarkan persetujuan orang lain, bisa-bisa kamu gak akan pernah melakukan apa pun yang sangat penting dalam hidupmu.

Disetujui atau tidak oleh orang lain, kamu harus sadar bahwa kamulah yang paling berhak atas hidupmu. Sejauh itu bukan kejahatan atau sesuatu yang merugikan orang lain, lakukan saja.

3. Memperdebatkan bahkan berusaha mengubah keyakinan orang lain

Unsplash.com/ann_van_

Yang namanya keyakinan sudah pasti sesuatu yang dipegang amat kuat. Sering kali keyakinan bahkan tidak membutuhkan bukti apa pun. Yakin ya yakin saja.

Oleh karena itu, memperdebatkan apalagi berusaha mengubah keyakinan orang lain adalah sesuatu yang tidak bermanfaat. Lebih baik membiarkan masing-masing dengan keyakinannya. Orang akan berubah keyakinan jika dari dalam dirinya sendiri ada keinginan atau kebutuhan untuk itu.

4. Lebih mendengarkan kata orang lain ketimbang kata hati sendiri

Unsplash.com/wflwong

Siapa pun orang yang kamu anggap penting dalam hidupmu, bukan berarti kamu perlu mengabaikan kata hatimu sendiri. Kalau bukan kamu sendiri yang mendengarkan kata hatimu, siapa lagi?

Apalagi, kata hati biasanya benar. Itu adalah petunjuk yang ada dalam diri setiap orang. Kata hati bahkan sering kali melebihi ketajaman akal. Kata hati akan memandumu ke tempat terbaikmu, tempat yang paling sesuai denganmu.

5. Mati-matian mengikuti tren padahal tren terbaikmu adalah apa yang paling nyaman buatmu

Unsplash.com/anthonytran

Tren itu diciptakan. Masalahnya, gak semua yang diciptakan orang lain akan cocok dengan dirimu. Kalau kamu merasa cocok dan karenanya ingin mengikutinya, tentu bukan masalah.

Akan tetapi kalau kamu sampai memaksakan diri untuk mengikuti tren, kamu hanya akan merasakan ketidaknyamanan. Masalah berikutnya, sepintar apa pun kamu menutupi, ketidaknyamananmu akan tetap terbaca oleh orang lain.

Bahkan jika kamu bisa mengelabui satu atau dua orang, tentu kamu tidak bisa lari dari perasaanmu sendiri. Maka ketimbang memaksakan diri dengan tren yang bukan kamu banget, lebih baik tampil sebagaimana adanya kamu. Ingat, setiap orang pada dasarnya adalah pencipta tren terbaik untuk diri sendiri.

Baca Juga: 5 Langkah Mulai Hidup Minimalis, Gak Pakai Ribet

6. Tahu kamu tidak bahagia dan terus berusaha bertahan dalam ketidakbahagiaan

Unsplash.com/all_who_wander

Apakah kamu harus ‘sekuat’ itu? Bahkan memutuskan keluar dari kondisi yang membuatmu tertekan dan tidak bahagia bukanlah pertanda bahwa kamu orang yang lemah. Justru karena kamu orang yang kuat, kamu bisa memutuskan untuk keluar dari kondisi tersebut.

7. Mengomentari segala hal yang tidak membutuhkan komentarmu

Unsplash.com/sammieeev

Semua hal di dunia ini bisa kamu komentari. Namun apakah itu perlu? Tentu tidak karena komentarmu tidak bisa mengubah sebagian besarnya.

Jika kamu senang mengomentari segala hal, kamu hanya membuang-buang waktu dan energi yang seharusnya bisa kamu gunakan untuk hal-hal yang lebih utama dalam hidupmu.

Tidak banyak berkomentar bukan berarti kamu tidak peduli akan hal-hal yang terjadi di sekitarmu. Namun sebaik-baik kepedulian adalah kepedulian yang mengenal batasan.

8. Yakin orang lain tidak bahagia karena mereka memilih jalan hidup yang berbeda darimu

Unsplash.com/mehdizadeh

Kalau kamu merasa bahagia dengan jalan hidupmu, seharusnya kamu mengerti bahwa kemungkinan besar orang lain juga begitu. Mereka bahagia dengan jalan hidup mereka yang berbeda dari jalan hidupmu.

Jika kamu meyakini orang-orang tidak cukup bahagia hanya karena jalan hidup mereka gak sama denganmu, ujung-ujungnya kamu hanya akan merasa hidupmulah yang paling sempurna. Kalau sudah begitu, kamu akan mengasihani yang tidak perlu kamu kasihani bahkan bukan tidak mungkin malah meremehkan mereka.

9. Sadar salah tetapi gak mau mengakuinya apalagi minta maaf hanya karena merasa ego terancam

Unsplash.com/johnfo

Mau sampai kapan menolak mengakui kesalahan dan meminta maaf padahal hatimu sendiri tahu dirimu memang bersalah? Sampai egomu layu seperti bunga setelah berhari-hari mekar?

Sayangnya, ego bukanlah bunga. Bukannya layu setelah berhari-hari mekar, egomu malah akan makin tinggi jika kamu tidak bersikap tegas bahwa inilah saatnya mengaku bersalah dan meminta maaf.

Semua orang punya ego. Akan tetapi ego tidak boleh dan sebenarnya tidak bisa menguasai siapa pun kecuali kamu sendiri mengizinkannya. Kendalikan egomu, jangan malah kamu yang dikendalikannya.

10. Memperturutkan gengsi padahal melebihi kemampuan

Unsplash.com/joshrh19

Saat kamu punya kemampuan untuk memuaskan gengsimu, mungkin itu tidak akan menjadi masalah. Namun jika gengsimu sudah melebihi kemampuanmu, repot jadinya.

Kalau sudah biasa memperturutkan gengsi, menghentikannya akan susah. Jangankan menghentikan, menurunkannya sedikit saja sulitnya minta ampun.

Akan tetapi ingat ini. Hidup benar-benar cuma sekali. Kalau bukan sekarang, kapan lagi kamu akan berani tampil sebagaimana adanya kamu?

Tak jarang, kita sebenarnya cuma terjebak oleh perasaan kita sendiri. Membuat patokan yang lebih tinggi dari kemampuan diri saat tampil di muka umum karena yakin semua orang akan memperhatikan dan menilai penampilan kita.

Padahal kalau boleh jujur, kebanyakan dari mereka juga akan berkata bahwa sebenarnya mereka tidak cukup peduli dengan penampilan kita. Bahkan mungkin menyadari keberadaan kita pun belum tentu.

Jadi, kalau memang pernah, sekarang jangan lagi merumitkan hidupmu ya? Bukan orang lain yang akan kamu rugikan dengan kerumitan-kerumitan itu melainkan dirimu sendiri.

Baca Juga: 5 Cara Simple Memupuk Rasa Toleransi dalam Dirimu, Gak Ribet Sumpah!